Bisma dan Nyepi, Sebuah Refleksi Diri Dalam Keheningan  

  • Whatsapp
Guru Bisma
Salah satu ogoh-ogoh mini pada Kasanga Festival yang menggambarkan Bisma sedang terbaring di atas sejumlah anak panah menjelang kematiannya di medan perang Kurukhsetra dalam epos Mahabharata. (Foto: Nusaweek)
banner 468x60

KASANGA Festival 2024 di Kota Denpasar serangkaian menyambut perayaan Nyepi 2024 menampilkan aneka rupa ogoh-ogoh yang diilhami oleh mitologi Hindu maupun epos Mahabharata. Salah satu yang menarik untuk disimak adalah ogoh-ogoh mini yang mengangkat sosok Guru Bhisma yang terbaring di atas topangan beberapa anak panah.

Kematian Guru Bisma dalam epos Mahabharata dan tradisi Nyepi di Bali memiliki benang merah yang terjalin erat dalam keheningan. Keheningan Bisma dalam menghadapi kematian dan keheningan Nyepi sebagai ritual penyucian diri, mencerminkan esensi spiritual yang mendalam tentang makna kehidupan dan kematian.

Read More

Keheningan Bisma: Menerima Takdir dengan Keteguhan

Guru Bisma, sang pendekar terhebat dalam Mahabharata, memilih untuk gugur di medan perang Kurukshetra dengan penuh keteguhan. Ia mendahulukan dharma (kewajiban) dan kesetiaannya kepada Hastinapura di atas rasa kasih sayang kepada Pandawa, yang merupakan darah dagingnya sendiri.

Kematiannya bukan merupakan kekalahan, melainkan sebuah kemenangan atas hawa nafsu dan ego. Bisma memilih untuk mati dengan penuh kesadaran dan kehormatan, tanpa penyesalan dan keraguan. Keheningannya dalam menghadapi kematian menjadi simbol keteguhan dan kebijaksanaan seorang ksatria yang telah mencapai pencerahan spiritual.

Ketika Pandawa mengunjungi kakek Bisma, mereka diberikan beberapa pesan penting selama momen terakhirnya di medan perang Kurukshetra. Beberapa pesan tersebut meliputi:

  1. Kesetiaan dan Kebajikan: Bisma menekankan pentingnya kesetiaan dan kebajikan dalam kehidupan. Dia mendorong Pandawa untuk selalu bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang tinggi, bahkan dalam kondisi terberat sekalipun.
  2. Keadilan dan Kebenaran: Bisma menegaskan pentingnya memperjuangkan keadilan dan kebenaran dalam segala hal. Dia mengingatkan Pandawa untuk tidak pernah menyimpang dari jalan kebenaran, bahkan jika itu berarti menghadapi kesulitan atau pengorbanan.
  3. Kesederhanaan dan Kerendahan Hati: Bisma menyarankan Pandawa untuk hidup dengan sederhana dan rendah hati, tidak tergoda oleh kekayaan atau kekuasaan. Dia mengajarkan pentingnya menjaga sikap yang rendah hati dan tidak sombong di hadapan keberhasilan atau kejayaan.
  4. Kesatuan dan Persaudaraan: Bisma menekankan pentingnya persatuan dan persaudaraan di antara Pandawa. Dia mengingatkan mereka bahwa kekuatan sejati datang dari persatuan dan kerjasama, dan bahwa mereka harus tetap bersatu sebagai keluarga meskipun ada perbedaan dan konflik di antara mereka.
  5. Penghormatan terhadap Orang Tua dan Guru: Bisma mengingatkan Pandawa untuk selalu menghormati orang tua dan guru mereka. Dia menekankan pentingnya menghormati dan mendengarkan nasihat dari para sesepuh dan orang-orang yang lebih bijaksana.

Pesan-pesan ini tidak hanya berlaku bagi Pandawa dalam konteks Mahabharata, tetapi juga memiliki relevansi universal dalam kehidupan sehari-hari, mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang penting bagi setiap in

Introspeksi dan Penyucian Diri

Nyepi, tradisi unik di Bali, merupakan ritual penyucian diri dan alam semesta yang dirayakan dengan penuh keheningan. Pada hari Nyepi, umat Hindu di Bali melakukan Catur Brata Penyepian, yaitu: Amati geni (tidak menyalakan api), Amati karya (tidak bekerja), Amati lelungan (tidak bepergian) dan Amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Keheningan Nyepi menjadi ruang untuk introspeksi diri, merenungkan makna kehidupan dan kematian, serta membersihkan diri dari segala kotoran batin. Sama seperti Bisma yang memilih untuk merenung sebelum kematiannya, Nyepi memberikan kesempatan untuk menenangkan pikiran dan jiwa, mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang lebih baik.

Kesamaan Esensi: Menuju Kematian dengan Kesadaran

Baik Bisma maupun Nyepi, keduanya menekankan pentingnya kesadaran dalam menghadapi kematian. Bisma menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah transisi menuju kehidupan selanjutnya. Nyepi mengingatkan kita untuk selalu merenungkan kematian dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Keheningan menjadi kunci dalam kedua tradisi ini. Keheningan Bisma mencerminkan ketenangan batin dan keteguhan hatinya, sedangkan keheningan Nyepi memberikan ruang untuk introspeksi diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Kematian Guru Bisma dan tradisi Nyepi di Bali adalah dua contoh bagaimana budaya dan spiritualitas dapat membantu manusia untuk memahami dan menerima kematian dengan penuh kesadaran. Keheningan menjadi media untuk mencapai ketenangan batin dan mempersiapkan diri untuk transisi menuju alam baka.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60