Joran Waktu dan Misteri Ikan Bumbu Ajaib

Memancing
Ilustrasi 3 orang sedang memancing di sungai. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

DENGUNGAN lembut dari Time Angler 5000 membawa Maya dan Lila melintasi riak-riak waktu. Tujuan mereka kali ini: era ketika manusia masih terpukau dengan kegiatan memancing konvensional dan belum sepenuhnya bergantung pada sintesis makanan 3D. Mereka pergi ke sungai yang tampak asri dan airnya bening, lengkap dengan suara jangkrik digital yang disetel ke mode “nostalgia”.

“Wow, lihat, Lila! Alat pancingnya masih manual!” seru Maya, menunjuk seorang bapak tua dengan topi lusuh yang sedang melempar umpan. “Dan ikannya… terlihat nyata sekali!”

Lila, yang lebih tertarik pada aspek kuliner perjalanan waktu mereka, mengendus udara dengan hidungnya. “Hmm, aroma apa itu? Seperti bumbu rempah yang kompleks…”

Tiba-tiba, bapak tua itu menarik jorannya dengan semangat. Seekor ikan berwarna keperakan dengan sisik mengkilap melayang di udara. “Strike!” serunya gembira.

Maya dan Lila mendekat. “Permisi, Bapak. Kami wisatawan waktu. Ikan apa itu?” tanya Arya sopan.

Bapak tua itu tersenyum ramah. “Ini? Ini ikan mas biasa. Tapi yang luar biasa adalah bumbu yang akan saya pakai nanti. Resep rahasia turun-temurun.”

“Wah, menarik sekali!” timpal Lila. “Kami juga penggemar kuliner. Bapak punya tebak-tebakan lucu tentang mancing dan makanan?”

Bapak tua itu tertawa terbahak-bahak. “Tentu saja! Sambil menunggu ikan berikutnya menggigit, mari kita bertebak-tebakan. Siap?”

“Siap!” jawab Arya dan Lila serempak.

“Oke, tebak-tebakan pertama: Ikan apa yang paling pintar?”

Maya berpikir sejenak. “Hmm… ikan paus? Karena otaknya besar?”

“Salah!” jawab bapak tua itu sambil terkekeh. “Ikan yang paling pintar itu… ikan teri! Karena dia selalu *ber-teriak* minta tolong kalau digoreng!”

Lila tertawa. “Lucu sekali! Giliran saya. Kenapa tukang masak kalau lagi mancing sering gagal dapat ikan?”

“Wah, ini sulit…” Maya menggaruk kepalanya. “Karena dia lebih fokus mikirin resep daripada umpannya?”

“Hampir! Karena dia selalu menggoreng umpannya duluan!” sahut Lila sambil tertawa.

Bapak tua itu mengacungkan jempol. “Kalian berdua lumayan juga! Oke, tebak-tebakan selanjutnya dari saya: Sayuran apa yang paling malas ikut mancing?”

“Sayuran, Hmm… wortel? Karena dia lebih suka di dalam tanah?” tebak Maya.

“Salah lagi! Sayuran yang paling malas ikut mancing itu… kangkung! Soalnya dia sukanya ngangkang di air!”

Giliran Lila terbahak. “Ya ampun, Bapak! Tebakannya bikin perut saya lapar! Oke, tebak-tebakan dari saya lagi: Kenapa ikan kalau berenang di laut asin?”

Maya berpikir keras. “Karena air laut memang asin?”

“Betul, tapi ada alasan lucunya juga! Karena dia nggak pernah gosok gigi!” jawab Lila dengan senyum lebar.

Tiba-tiba, joran bapak tua itu bergerak lagi. Kali ini tarikannya lebih kuat. Setelah berjuang beberapa saat, seekor ikan yang lebih besar dengan warna keemasan berhasil diangkat.

“Wow! Ikan apa itu, Bapak?” tanya Maya kagum.

“Ini ikan gurami,” jawab bapak tua itu bangga. “Nah, tebak-tebakan terakhir dari saya sebelum saya mulai memasak. Apa bedanya pemancing profesional dengan koki hebat?”

Maya dan Lila berpikir sejenak, mencium aroma rempah yang semakin kuat dari peralatan masak sederhana di dekat bapak tua itu.

“Kalau pemancing profesional dapat ikan banyak?” tebak Maya.

“Kalau koki hebat masakannya enak?” timpal Lila.

“Hampir! Bedanya adalah… kalau pemancing profesional narik ulur ikan, kalau koki hebat narik ulur bumbu!” jawab bapak tua itu sambil tertawa riang. “Nah, sekarang kalian mau mencicipi ikan bumbu ajaib saya?”

Maya dan Lila saling pandang, perut mereka tiba-tiba keroncongan. “Tentu saja, Bapak! Kami sangat penasaran!”

Sambil menikmati ikan bakar dengan bumbu rahasia yang rasanya benar-benar ajaib, Maya dan Lila menyadari bahwa perjalanan waktu tidak hanya tentang melihat masa lalu, tetapi juga tentang berbagi tawa dan kehangatan manusia, bahkan dengan tebak-tebakan sekonyol sekalipun. Dan siapa tahu, mungkin resep “bumbu ajaib” itu adalah salah satu alasan mengapa kuliner di masa lalu terasa begitu istimewa. (*)

banner 300x250

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *