Ketinggalan Itu Manusiawi: Temukan Ketenangan di Tengah Badai FOMO

Media sosial
Ilustrasi aktivitas di media sosial. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

PERNAHKAH Anda merasa gelisah saat melihat unggahan liburan teman yang tampak sempurna? Atau terdorong untuk mencoba restoran yang sedang hype hanya karena takut ketinggalan? Selamat datang di dunia FOMO: Fear of Missing Out. Di era digital yang serba terhubung ini, rasa takut ketinggalan pengalaman menarik yang dinikmati orang lain menjadi semakin nyata.

Artikel ini akan mengupas sekilas tentang fenomena FOMO, dari akar psikologisnya hingga dampaknya pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana media sosial memicu kecemasan ini. Mari kita telaah lebih dalam mengapa kita begitu takut ketinggalan dan bagaimana cara menavigasi era FOMO dengan lebih bijak.

Read More

FOMO yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘ketakutan ketinggalan’ adalah perasaan atau kecemasan yang timbul ketika seseorang merasa bahwa orang lain sedang mengalami hal-hal yang lebih menarik, menyenangkan, atau menguntungkan daripada dirinya, dan mereka takut melewatkan kesempatan tersebut.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai FOMO

  • Inti Perasaan: FOMO berakar pada keinginan untuk terhubung dengan orang lain dan tidak ingin merasa terisolasi atau ketinggalan tren, pengalaman atau informasi penting.
  • Pemicu Utama: Media sosial sering dianggap sebagai pemicu utama FOMO. Melihat unggahan teman atau orang lain yang tampak menikmati acara, liburan, pencapaian, atau tren terbaru dapat memicu perasaan iri dan takut ketinggalan.
  • Manifestasi: FOMO dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, seperti:
  1. Kecemasan: Merasa gelisah atau cemas saat tidak mengetahui apa yang sedang dilakukan orang lain.
  2. Perasaan Iri: Merasa iri atau tidak puas dengan kehidupan sendiri saat melihat kehidupan orang lain di media sosial.
  3. Kebutuhan untuk Terus Terhubung: Dorongan kompulsif untuk terus memeriksa media sosial dan gadget agar tidak ketinggalan informasi.
  4. Keputusan Impulsif: Melakukan sesuatu (membeli barang, menghadiri acara) hanya karena takut ketinggalan tren atau pengalaman yang sedang populer.
  5. Kesulitan Menikmati Momen Kini: Terlalu fokus pada apa yang mungkin sedang terjadi di tempat lain sehingga kurang menghargai atau menikmati apa yang sedang dialami saat ini.
  6. Rasa Tidak Puas: Merasa tidak pernah cukup atau selalu ada hal lain yang lebih baik yang sedang terjadi di tempat lain.

Dampak Negatif: FOMO dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang, termasuk:

  • Meningkatkan tingkat stres dan kecemasan.
  • Menurunkan rasa percaya diri dan harga diri karena terus membandingkan diri dengan orang lain.
  • Memicu perasaan kesepian dan isolasi.
  • Mengganggu fokus dan produktivitas.
  • Dapat berkontribusi pada perilaku adiktif terhadap media sosial.
  • Memengaruhi kualitas tidur.

FOMO dalam Konteks Pariwisata

Dalam dunia pariwisata, FOMO dapat mendorong orang untuk mengunjungi tempat-tempat populer, mengikuti tren perjalanan, atau melakukan aktivitas tertentu karena takut dianggap ketinggalan pengalaman yang sedang “viral” atau dibicarakan banyak orang.

Singkatnya, FOMO adalah ketakutan psikologis untuk melewatkan pengalaman berharga yang sedang dinikmati orang lain, dan fenomena ini semakin relevan di era digital dengan paparan konstan terhadap kehidupan orang lain melalui media sosial. (*)

banner 300x250

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *