Kisah Mantri Muda dan Seorang Nelayan

Mancing di danau
Ilustrasi mancing di danau.
banner 468x60
  • SEORANG nelayan danau bernama Pak Koder tidak saja beraktivitas menjaring ikan, tetapi juga mengantarkan pemancing ke tengah dan balik dari danau.
  • Suatu ketika ia berhasil menyelamatkan seorang pemancing yang kecelakaan dan nyaris tenggelam

Keadaan cuaca yang sering berubah-ubah secara mendadak kadang menyebabkan gangguan pada kondisi tubuh. Misalnya, bisa demam atau badan meriang.

Hal serupa juga dialami oleh seorang nelayan yang bernama Pak Koder. Badannya demam dan menggigil. Karena itu, dia memaksakan diri untuk pergi berobat ke seorang mantri kesehatan terdekat. Berharap segera mendapat pertolongan, ia pun bergegas ke rumah sang mantri muda tersebut dan tiba sekitar pukul setengah dua belas siang.

Namun sayang, di sudah sana tertulis ‘ISTIRAHAT.’ Kendati demikian, sang nelayan tetap memberanikan diri melangkah ke loket dekat tulisan tersebut dan bertanya kepada petugas. “Maaf Bu, bukankah ini belum pukul 12, waktu istirahat pada umumnya?” tanya Pak Koder, sang nelayan.

Tiba-tiba terdengar suara dari dalam. “Bu, suruh pak pasien menunggu atau datang ke sini satu jam lagi,” kata sang mantri dari dalam kamar.

“Saya tidak berani membantah, Pak. Mantrinya yang menyuruh menaruh papan pengumuman istirahat tersebut. Silakan Bapak tunggu ya barang sejam lagi.”

Dengan hati sedikit kesal, sang nelayan berlalu dan meninggalkan klinik mantri tersebut. Kalau tahu keadaannya seperti itu, mungkin ia tidak akan datang berobat ke sana.

Namun ia tidak berkecil hati dan mencoba ke tempat lain. Untunglah ada seorang mantri yang sudah tua, pensiunan, namun sangat ramah dan pintu rumahnya selalu terbuka. Di sanalah ia mendapatkan pelayanan kesehatan segera. Singkat cerita, ia mendapat pelayanan yang baik.

******

Setelah beristirahat selama dua hari, kondisinya sudah bisa pulih dan merasa bisa beraktivitas kembali. Di pagi hari, ia pergi mengangkat jaring ikan di danau seperti biasa. Setelah agak siang, ia mengantar tamu atau wisatawan yang memancing ke tengah danau. Mereka diturunkan di anjungan dan sorenya di jemput kembali bila sudah dipanggil. Setelah itu barulah ia memasang jaring untuk diangkat keesokan harinya, dan begitu seterusnya.

******

Pada suatu Minggu pagi, ia hanya mengangkat jaring. Setelah itu ia ingin mengambil libur dan beristirahat, tidak mengantar tamu yang ingin memancing ke tengah danau.

Ketika sedang bersantai sambil minum kopi di depan rumanya, di pinggir danau, datanglah seorang tamu menghampiri. Dari barang bawaannya, bisa ditebak bahwa orang ini pastilah akan pergi memancing.

“Selamat siang Pak!” kata orang itu.

“Siang anak muda, gimana, ada yang bisa saya bantu?” sahut Pak Koder, si nelayan.

“Begini Pak, saya berniat memancing, tapi saya sudah keliling mencari perahu sewaan, tapi tidak dapat.”

“Tentu saja Pak. Hari ini ada warga kami yang mengadakan kegiatan adat. Jadi mereka hadir di sana, sementara untuk kegiatan di sini mereka libur.”

“Bapak tidak ikut gotong royaong ke acara itu?”

“Tidak Pak. Sudah diwakili anak saya.”

“Pak, bisa minta tolong gak, antarkan saya ke anjungan memancing. Setelah itu, turunkan saya dan Bapak balik dah!”

“Oh begitu, nak. Baiklah!”

Pak Koder pun mengantar tamu tersebut ke tengah untuk memancing. Setelah menurunkannya, ia pun pulang dan beristirahat kembali di bale bengong rumahnya yang menghadap ke danau.

********

Sekira tiga puluh menit kemudian, Pak Koder merasa mengantuk. Apalagi hembusan udara sejuk di kawasan danau membuatnya merasa nyaman sekali. Ia pun merebahkan badannya di bale bengong itu.

Belum sampai lima menit, tiba-tiba ia terbangun karena mendengar ada panggilan orang minta tolong. Pandangan Pak Koder menerawang ke arah danau. Dari kejauhan ia melihat tangan melambai-lambai pertanda minta tolong.

Ia bergegas meluncur ke arah orang itu dengan perahunnya. Dalam waktu tidak terlalu lama, ia sudah sampai di TKP.

“Mari Pak, ulurkan tangan Bapak. Sini-sini!” pinta Pak Koder.

“Baik-baik.”

Si pemancing yang basah kuyup nampak kedinginan karena cukup lama berendam di air danau. Untunglah ia masih berpegangan pada rangka anjungan bambu itu. Namun, tidak utuh lagi karena beberapa penyangganya patah dan tali pengikatnya putus. Mungkin karena sudah lama dan lapuk.

“Terima kasih banyak Pak, sudah menolong saya.”

“Sama-sama Pak. Syukurlah Bapak Selamat.”

“Ngomong-ngomong siapa nama Bapak?”

“Saya Koder, Pak. Nelayan yang sehari-hari bekerja di sini. Dan itu tadi rumah saya.”

“Dan saya mantri yang rumahnya dan berpraktek di dekat tanjakan itu Pak. O ya, sebentar Pak! Rasanya saya pernah dengar suara Bapak. Di mana ya?”

“Masak Pak? Saya tidak pernah ke mana-mana. Sehari-hari paling mondar-mandir di sini saja.”

“Benar Pak, mungkin dalam tiga hari terakhir ini. Bapak ada ke mana ya?”

“O ya, saya pergi berobat waktu demam tinggi itu. Waktu ke klinik, Bapak kan lagi istirahat.”

“Ooo…maaf ya Pak. Waktu saya tidak enak badan. Makanya saya istirahat lebih awal. Sekali lagi maaf ya Pak.”

“Tidak apa-apa, kalau sudah sakit mau bilang apa. Ya, harus istirahat agar cepat baikan.”

“Tidak seperti Bapak. Walaupun Bapak sedang istirahat, namun tetap berusaha menolong. Saya merasa malu di hadapan Bapak.”

“Jangan begitu Pak. Kita masing-masing memiliki keterbatasan. Mungkin kalau Bapak tidak ada masalah waktu itu, pasti Bapak juga bisa menolong saya. Sudahlah, lupakan itu.”

“Sekali lagi, terima kasih atas bantuan Bapak. Kalau Bapak tidak cepat datang, saya mungkin sudah tenggelam.”

“Nah begini saja, kita lupakan semua itu. Nanti kita bakar ikan di rumah dan makan bersama. Saya masih ada stok beberapa ikan di kolam belakang rumah. Tadi Bapak kan belum dapat ikan!”

“Baiklah, saya terima undangan Bapak. Terima kasih, sekala lagi.”

Mereka pun akhirya balik ke pinggir danau dan membikin acara bakar ikan dan makan bersama. Momen itu digunakan untuk menjalin keakraban antara mantri muda dan pak nelayan. (*)

BACA JUGA:

banner 300x250

Related posts