- PENTAS seni wayang calonarang tidak hanya menampilkan keindahan seni wayang itu sendiri dan cerita menginspirasi yang penuh filsafat
- Calonarang juga mengandung unsur mistis dan interaksinya dengan lingkungan sekitar
Dekade 1990an dan sebelumnya adalah masa di mana pentas hiburan tradisional masih kuat menjadi tuan di rumahnya sendiri. Ada drama gong, arja, wayang kulit, sendratari dan bahkan joged bumbung. Saat itu kehadiran media seperti televisi hanya ada beberapa stasiun dan internet tidak segencar dan semudah dewasa ini.
Pentas kesenian wayang kulit Calonarang, misalnya sangat digemari karena kesenian yang berbau mistis ini banyak menarik minat penonton. Jauh-jauh hari, penyelenggara biasanya sudah memasang pamflet atau poster di tempat-tempat keramaian umum seperti terminal, pinggir jalan raya dan sejenisnya.
Diceritakan ada sebuah desa dimana organisasi pemudanya mengadakan pementasan wayang calonarang dan bazaar sebagai ajang penggalian dana. Cerita calonaran serupa sudah sering dipentaskan di sini, baik dalam bentuk drama gong maupun arja. Semuanya sukses menarik penonton. Namun kali ini adalah dalam versi wayangnya yang berjudul Diusir Ratnamangali.
***
Pada hari H sore, bagian promosi berkeliling lintas kecamatan dengan kendaraan pickup sambil mengumumkan dengan pengeras suara TOA bahwa akan ada pentas wayang kulit calonarang spektakuler. Agar lebih seram dan seru, dikatakan semua leak (mahluk mistis jadi-jadian) di kawasan tersebut akan diundang hadir: ada leak merah, kuning, hijau dan lain-lain. Pokoknya seperti ramainya warna ‘pelangi’ dan dibumbui lagi agar kedengaran super seru.
Konon, selain sebagai media hiburan, pementasan calonarang semacam ini juga menjadi ajang adu ‘kesaktian’ antara si dalang dan ‘para undangan’ yang mempunyai kemampuan tersebut.
***
“Mohon maaf, saya merasa agak bingung ketika baru tiba di sini barusan,” kata sang dalang kepada salah satu anggota panitia yang menyambutnya.
“Memangnya kenapa Pak Dalang?” tanya aggota panitia tersebut.
“Rasanya tempat ini angker sekali dan banyak orang bisa itu (ilmu leak).”
“Bagaimana Bapak bisa tahu hal itu?”
“Perasaan saya mengatakan demikian. Baru kali ini mengalami hal seperti ini dari sekian kali pentas. Sepanjang perjalanan tadi kami sudah merasakan sesuatu yang berbeda. ”
“Misalnya?”
“Begini, suasananya tadi sudah ramai sekali seperti sudah ada banyak yang menyambut. Begitu turun dari kendaraan bersama rombongan, saya merasa diputar. Lalu tidak tahu arah.”
“Pak, kami sebenarnya sudah minta permisi secara niskala di pura tri kahyangan dan beberapa pelinggih pendamping dekat lokasi pementasan.”
“Syukurkah kalau sudah begitu. Semoga Tuhan melindungi kita semua dan acara nanti bisa berlangsung lancar hingga selesai,” tutup sang dalang.
***
Singkat cerita, pertunjukan wayang kulit calonarang tersebut dimulai sekitar pukul 23:00 di tanah lapang dekat perempatan ke Pura Dalem dan kuburan. Para penonton tidak disiapkan kursi atau bangku duduk. Mereka bisa duduk merumput di depan layar atau panggung wayang.
Pementasan berlangsung dengan mendapat sambutan hangat dari penonton. Sesekali juga diselingi humor segar sehingga penonton tertawa dan merasa terhibur. Sementara, bazaar yang diadakan juga sudah mendapatkan untung yang lumayan.
****
Menjelang tengah malam, dinginnya malam sudah perlahan merayap. Namun masih ada saja penonton yang baru datang dan mampir untuk berbelanja di meja bazaar.
Tiba-tiba ada suara gaduh di pojok barat laut. Para penonton heboh dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
“Ada apa ya, Pak, kok banyak penonton berkerumun di pojok sana?” tanya seorang pengunjung bazaar kepada sang pelayan.
“Maaf, saya tidak tahu ya Pak. Mungkin para undangan ‘leak’ sudah datang,” jawabnya dengan sedikit nada memprovokasi.
“Masak jam segini ‘leak-nya’ sudah datang, kan belum diundang?” tanyanya lagi penuh penasaran.
“Ya. Kita tunggu informasinya dari petugas keamanan kami. Mereka sedang memeriksa ke lokasi.”
Beberapa saat kemudian dikabarkan bahwa itu adalah salah satu petugas keamanan dari panitia yang jatuh pingsan karena penyakitnya kambuh yang dipicu kondisi cuaca dingin pada malam itu.
****
Pertunjukan wayang kulit calonarang yang sempat dihentikan sejenak barusan karena kejadian tersebut dilanjutkan kembali. Penonton kembali mendapat hiburan segar dan sudah tidak sabar menunggu sesi ‘mengundang leak’ atau mereka yang bisa ilmu hitam di area tersebut.
“Wahai para leak yang ada di sini dan sekitarnya, silakan datang kemari. Kalian tinggal pilih mana yang disukai, ada saya si dalang, asisten atau para penabuh kami. Jangan mengganggu orang lain yang tak berdosa. O ya, kami juga sudah siapkan sesajen untuk kalian. Pokoknya, kalian tidak akan merasa rugi datang ke sini,” demikian kata sang dalang untuk mengundang mereka para leak.
Tidak berapa lama kemudian lampu blencong wayang atau penerangan sang dalang tiba-tiba padam sendiri padahal minyaknya masih banyak. Secara logika, sebenarnya tidak ada masalah teknis.
“Dengan segala kerendahan hati, kami mohon maaf sebesar-besarnya, lampu kami tiba-tiba mati dan pertunjukan ini kami tidak bisa lanjutkan. Sebenarnya, lampu ini bisa dihidupkan kembali dengan kekuatan bathin, namun kami tidak memiliki kekuatan untuk itu.
Mendengar pengumuman sang dalam demikian, para penonton berteriak-teriak karena tidak puas. Menjelang sesi puncak paling seru dan menyeramkan yang ditunggu-tunggu tersebut akhirnya menjadi buyar dan dihentikan.
Lontaran gemuruh kekecewaan juga datang dari arah pinggir jalan tempat parkir. Ada sekitar empat truk yang baru menurunkan penumpang dari daerah kecamatan tetangga. Mereka dikenal sebagai penggemar berat calonarang. Di manapun acaranya pasti akan dikejar. Sayangnya mereka gagal kali ini dan harus pulang sebelum sempat menonton.