Wisata Desa Spot Bambu dan Portal Waktu

spot bambu
Ilustrasi spot selfie kreatif dari ikatan bambu di pinggir sungai. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

SEBUAH desa terpencil di Bali yang sunyi dan damai, di antara perbukitan hijau dan aliran sungai jernih, menyimpan potensi wisata yang menarik. Di sana hiduplah seorang pemuda bernama Aditya yang memiliki impian besar. Ia ingin mengubah desanya menjadi desa wisata berbasis teknologi, di mana pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga merasakan sensasi luar biasa berkat inovasi masa kini.

Suatu hari, Aditya bertemu dengan Dr. Surya, seorang ilmuwan yang baru saja kembali dari luar negeri. Dr. Surya adalah penduduk asli desa yang memiliki kepedulian besar terhadap pembangunan daerahnya.

Read More

“Aditya, aku mendengar kau punya ide tentang desa wisata?” tanya Dr. Surya sambil menyeruput kopi di warung desa di tengah sawah.

“Iya, Dok. Aku ingin memanfaatkan rumpun bambu di tepi sungai sebagai daya tarik utama. Tempat itu sangat indah, tapi belum banyak yang tahu,” jawab Aditya penuh semangat.

Dr. Surya mengangguk. “Itu ide bagus. Tapi apa yang akan membuatnya berbeda dari tempat wisata lain?”

Aditya tersenyum. “Aku ingin menambahkan teknologi realitas tertambah (AR). Pengunjung bisa melihat sejarah desa ini melalui aplikasi yang menampilkan gambar dan cerita ketika mereka mengarahkan kamera ponselnya ke spot tertentu.”

Dr. Surya terkesan. “Menarik. Aku juga punya sesuatu yang bisa kita manfaatkan.”

Rahasia di Balik Bambu

Beberapa hari kemudian, Dr. Surya mengajak Aditya ke rumpun bambu di tepi sungai. Mereka membawa sebuah alat kecil berbentuk kubus yang tampak seperti pemindai.

“Kau tahu, bambu ini bukan bambu biasa,” kata Dr. Surya sambil menyalakan alat tersebut. Tiba-tiba, sinar biru menyala dari alat itu, membentuk semacam celah di udara.

“Apa itu?” Aditya mundur selangkah, terkejut.

“Ini adalah portal waktu. Aku menemukannya saat meneliti unsur mineral di akar bambu ini. Portal ini bisa menampilkan masa lalu desa kita,” jelas Dr. Surya.

Aditya terdiam, terpukau melihat bayangan samar-samar dari masa lalu yang muncul dalam portal: petani yang menanam padi, anak-anak bermain di sungai, serta prosesi adat yang telah lama terlupakan.

“Ini luar biasa! Bagaimana kalau kita memanfaatkannya sebagai daya tarik wisata?” kata Aditya penuh semangat.

Dr. Surya mengangguk. “Itulah rencanaku. Kita bisa membuat wahana wisata sejarah di mana pengunjung bisa melihat langsung kehidupan desa di masa lalu.”

Desa Wisata Masa Depan

Dengan bantuan warga desa, Aditya dan Dr. Surya mulai mengembangkan kawasan wisata. Mereka membangun jalan setapak bambu yang mengarah ke portal waktu, menambahkan dekorasi tradisional, serta menyediakan perangkat AR bagi wisatawan agar mereka bisa berinteraksi dengan gambar sejarah yang muncul.

Beberapa bulan kemudian, desa wisata itu resmi dibuka. Wisatawan mulai berdatangan, penasaran dengan pengalaman unik yang ditawarkan.

“Lihat ini!” seorang turis Jepang mengarahkan ponselnya ke portal dan terkesima melihat gambaran seorang raja Bali kuno yang sedang memberi perintah kepada prajuritnya.

“Aku merasa seperti benar-benar ada di masa lalu,” tambah seorang influencer asal Eropa yang langsung membagikan pengalamannya di media sosial.

Tidak butuh waktu lama, desa itu menjadi viral. Para turis datang dari berbagai negara, tertarik oleh pengalaman unik yang menggabungkan keindahan alam, budaya lokal, dan teknologi canggih.

Dampak Positif untuk Desa

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, ekonomi desa mulai berkembang. Warga setempat membuka warung makan, toko suvenir, serta menawarkan jasa pemandu wisata.

“Sebelumnya, aku hanya bertani, tapi sekarang aku bisa menjual kerajinan bambu kepada wisatawan,” kata Pak Ketut, salah satu warga desa.

Sementara itu, Aditya semakin sibuk mengelola desa wisata. Suatu sore, ia duduk di tepi sungai, memandang portal yang terus berpendar dengan cahaya biru.

“Kita berhasil, Dok,” katanya kepada Dr. Surya yang duduk di sampingnya.

Dr. Surya tersenyum. “Ini baru permulaan. Desa ini akan menjadi contoh bagaimana teknologi bisa berpadu dengan budaya dan alam untuk menciptakan pengalaman wisata yang luar biasa.”

Angin sepoi-sepoi menerpa rumpun bambu, membawa suara gemerisiknya yang khas. Desa yang dulunya sunyi kini menjadi pusat perhatian dunia, membuktikan bahwa inovasi dan kearifan lokal bisa berjalan beriringan menuju masa depan yang gemilang. (*)

banner 300x250

Related posts