- CINTA kasih kedua putrinya yang tersayang seolah menarik Dea untuk kembali dari perjalanan alam roh dan bangkit dari tidur panjangnya
- Dea mengalami koma selama tiga hari di ruangan ICU rumah sakit setelah keguguran dan mengalami pendarahan. Haemoglobinnya drop sekali
Ruang perawatan biasanya cukup dingin, namun ruangan Perawatan Intensif (ICU) tempat Dea, seorang ibu muda dengan dua anak, dirawat pasca keguguran dan hemoglobinnya drop, terasa lebih dingin. Di sampingnya, ada lagi tiga pasien lain dimana dua orang sudah sadar dan satunya lagi juga koma.
Sudah dua hari ini Dea mengalami keadaan koma. Suami beserta anggota keluarga yang lain sudah pasrah, namun tetap berdoa tiada henti agar Dea dikuatkan menghadapi kondisi tersebut.
Dalam ketidaksadaran atau komnya, jiwa Dea melihat suaminya sedih sekali di samping tempat tidurnya saat menjenguk ke ruangan ICU. Kepalanya cuma geleng-geleng melihat keadaan seperti itu. Saat dokter datang bersama perawat, ia seperti dikejutkan karena pikirannya menerawang jauh.
“Alat pendeteksi denyut jantung ini masih bekerja. Kami akan tetap mengupayakan yang terbaik, Pak. Mohon bersabar dan terus berdoa siapa tahu nanti ada keajaiban,” pinta dokter kepada suamiku.
“Baik Pak Dokter, terima kasih banyak,” sahut suaminya singkat sambil mengangguk.
*********
Setelah dokter dan perawat keluar meninggalkan ruangan, Dea terasa melayang meninggalkan ruang itu juga, tetapi tak sampai menyentuh plafon ruangan.
Waktu berlalu demikian cepat, Dea tidak tahu entah dimana selanjutnya ia berada. Yang jelas, Dea seperti melewati sebuah taman bunga yang indah sekali. Udaranya sejuk sekali dan entah apalagi pujian yang cocok untuk mengatakan kondisi itu. Setelah beberapa lama, Dea tiba di sebuah sungai dengan air mengalir yang demikian jernih. Dea coba membasuh muka dan airnya benar-benar menyejukkan.
Dea sempat memandang ke sekeliling tempat itu. Rasa-rasanya Dea mengenal tempat itu, tetapi tidak tahu entah dimana itu. Begitu akan melangkahkan kaki ke seberang sungai untuk melanjutkan perjalanan, tiba-tiba dari belakang Dea mendengar ada suara memanggil.
“Mak….. mamaak…. Jangan pergi. Jangan tinggalkan kami!”
Begitu menoleh ke belakang, Dea melihat dua anak gadis mungil. Dea pun berbalik perlahan dan mendekati mereka. Ehh… ternyata mereka itu adalah kedua putri tersayangnya.
“Ada apa kalian menyusul mamak ke sini putri cantikku….??”
“Kami mencari Mamak dong!” jawab Putu dan Kadek sambil masing-masing memegang kedua tangan Mamaknya.
“Jangan tinggalkan kami dan Bapak Mak. Kami semua sayang Mamak!” tegas Kadek.
“Tadinya Mamak mau pergi kemana itu?” tanya Putu.
“Mamak mau pergi jauh.”
“Jauh kemana Mak ….?” tanya Putu.
“Mamak tidak tahu. Mamak hanya berjalan mengikuti kemana kaki melangkah. Entahlah… mau kemana itu.”
“Mamak tau gak? Bapak sedih sekali sejak dua hari ini, sepertinya sudah berputus asa mencarikan Mamak obat agar cepat sembuh.”
“O …. ya?”
“Ayo Maaak, kita pulang bersama. Kasihan Bapak…!” pinta Putu dengan sedikit memelas.
“Baiklah. Cinta kalian yang begitu besar sepertinya sudah menarik aku kembali. Tadi aku tak tahu entah akan kemana kaki Mamak melangkah. Sekarang, bersama kedua putriku, aku akan akan kembali pulang.”
Putu dan Kadek masing-masing memegang tangan ibunya dan bergandengan kembali pulang.
********
Sementara itu, di rumah sakit, tiba-tiba suaminya berniat menengok isterinya di ruangan ICU. Bergegas ia beranjak dari tempat duduknya di bangku panjang di luar. Waktu itu sekitar pukul 2 siang.
Begitu tiba di dekat bed istrinya, Dea, ia mengamati dengan seksama dari kaki hingga kepala bolak-balik. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada tanggannya.
“Wah…. telunjuk dan jari tengah tangan kanannya kok bergerak-gerak ya?” katanya dalam hati penuh penasaran.
Ia pun bergegas melaporkan kejadian yang dilihatnya itu kepada petugas jaga di ruangan ICU tersebut. Semuanya diceritakan dengan detail. Dan dua orang perawat pun datang dan memeriksa isterinya.
“Pak, mudah-mudahan ini awal yang baik bagi pemulihan kesadaran isteri Bapak. Kami akan terus memantaunya dan mengabari Bapak setiap perkembangan.”
“Baik. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas bantuan Bapak dan Ibu-Ibu di sini.”
“Sama-sama Pak, ini memang tugas kami.”
Sore hari selepas matahari terbenam, sang suami mendapat kabar jika kesadaran Dea sudah berangsur-angsur pulih. Tangannya bergerak-gerak dan bisa membuka matanya walaupun sekejap. Paling tidak, kondisi itu sudah melegakan hati suami dan kedua putrinya.
Singkat cerita, kesadaran Dea sudah berangsur-angsur pulih. Walaupun tidak dibolehkan bangun, Dea sudah bisa sedikit bercerita. Nah, pada saat kondisinya sudah lebih baik, ia emenceritakan kejadian yang dialaminya di kawasan air terjun. Kakinya terpeleset ketika akan membuka kios seni-nya. Maklumlah, pagi itu habis hujan sehingga jalan setapak menuju kiosnya agak sedikit licin. (*)