- TOGEL atau Toto gelap, sejenis lotere tebak angka menjadi favorit di beberapa kelompok masyarakat
- Karena tergiur hadiah atau setelah menang sekali mungkin akan memicu petaruhnya untuk memasang lagi dan lagi
Seorang penggemar main togel, sebut saja namanya Mones, selalu berusaha keras mencari informasi dalam bentuk apapun agar tebakan angkanya tepat atau tidak meleset. Paling tidak, ia ingin mendapat kemenangan lewat pemasangan nomor dua angka.
Pada suatu hari menjelang pemutaran, ia tidak puas hanya dengan mengutak-atik angka syair di internet atau lembaran foto kopi dari temannya. Ia pun mencoba bertanya ke sana dan ke mari.
Dari usahanya itu diperolehlah bahwa ada sebuah pohon besar di dekat jembatan gantung dan sungai di bawahnya sering dilewati wisatwan berarung jeram. Jaraknya sekitar 4 km dari rumah Mones dan pohon itu konon sering digunakan orang sebagai ‘destinasi’ atau tempat memohon nomor kepada mahluk gaib si penunggunya.
******
Pada suatu hari, ketika pulang dari pasar, Mones secara kebetulan bertemu seorang kawan lama. Namanya Doe. Karena lama tak bertemu, mereka pun sepakat ngobrol sambil minum kopi di warung pinggir sawah.
“Nes, gimana pekerjaanmu sekarang? Lancarkah?” tanya Doe.
“Gimana ya?? Lancar juga kagak, tidak lancar juga bukan. Pokoknya, sedang-sedang saja. Cukuplah buat makan,” jawab Mones sambil sesekali menyeruput kopi.
“O ya, aku ada teman, nasibnya beruntung sekali dia?”
“Maksud lho?”
“Gini, tempo hari sepulang kerja, ia beli nomor togel seperti biasa. Tebakannya jitu Nes…!!”
“Teruss…terus, dia dapat berapa?”
“Ya, lumayanlah dua angka. Saat itu dia pasang 25 ribu.”
“Hebat kali temanmu itu. Gimana caranya dia dapat nomor jitu itu, aku ingin coba!”
“Katanya sih, dia memohon kepada mahluk gaib penunggu pohon besar yang tak jauh dari jembatan gantung di desa sebelah itu.”
“Ooh…gitu ya. Gimana caranya Doe, kau tahu nggak?”
“Aku sempat ngobrol sama dia, caranya sih gampang. Itu juga tergantung, apakah itu rezeki mu atau bukan. Cuma bawa sesajen kecil dan katakan apa yang kita inginkan dalam doa permohonan.”
“Cuma itu to, aku juga pingin Doe. Nanti, tolong Doe anterin aku ke sana. Siapa tahu aku dapat nomor jitu dan angka tebakan ku keluar, tentu kamu juga kebagian komisinya.”
“Kalau ngantar sih, aku gak keberatan Nes. Tapi ini waktunya jam 12 malam lho. Kamu berani nggak?”
“Kalau sama kau, pastilah. Aku akan coba bagaimana pun caranya. Tapi jangan tinggal aku sendirian. Tunggu aku pada jarak sekitar 50 meteran, itu lho di pos kamling dekat sawah itu.”
“Okeee…sip.”
*****
Hari yang sudah ditentukan pun tiba. Dengan diantar oleh temannya itu, Mones pun meluncur ke TKP, tepatnya di bawah pohon besar itu. Segala persiapan sudah dilakukan dengan baik karena ia ingin mendapatkan nomor yang jitu. Sementara Doe, diminta menunggu di pos kamling.
“Nah, sekarang aku sudah berada di lokasi. Semoga saja segala sesuatunya berjalan lancar sesuai harapan,” harapnya.
Suasana di sekelilingnya amat hening, malam terasa semakin mencekam. Di sekitar hanya terdengar suara jangkrik dan suara air sungai yang bah karena barusan hujan lebat di hulu. Sesekali ada suara burung hantu yang membuat merinding. Langitpun hanya tampak berhiaskan beberapa bintang dan sang rembulan yang sepi. Konsentrasi pun dimulai.
Intinya, Mones ingin diberikan nomer jadi atau paling tidak kodenya saja. Sisanya, ia akan mencari-carinya di halaman buku tafsir mimpi. O ya. kira-kira keheningan sudah berlangsung selam 30 menit.
“Puuk…puuk, puuk.” Demikian suara yang berasal di kejauhan, namun suaranya masih jelas terdengar.
Ia tetap tak bergeming dan berusaha bertahan lebih lama lagi agar diberikan kode yang berkaitan dengan nomor togel yang akan keluar.
Karena sudah agak lama duduk bersila, sementara kode nomor tidak juga keluar atau diberikan info singkat oleh mahluk gaib penunggu pohon besar itu, ia pun komplin dan berkata pada pohon itu.
“Percuma saja pohon besar seperti kamu dan tua lagi tapi tak berguna. Semestinya kamu sudah ditebang beberapa tahun lalu. Namun karena warga masih ingin mempertahankan, pohon ini tetap kokoh berdiri hingga kini,” kata dia.
Belum selesai ia berbicara demikian, tiba-tiba di sampingnya sudah berdiri sesosok perempuan bergaun gelap dan berambut panjang.
“Apa yang kamu tunggu lagi anak muda. Tadi aku sudak kasi kode, benar nggak?” tanya perempuan itu.
“Siapa kau? Siapa kau perempuan cantik?” tanya Mones dengan nada gemetar.
“Hi….hii…hi, akulah perempuan penunggu pohon ini.”
“Maaf…Nona. Aku belum menemukan kode itu.”
“Lalu ….. tadi ada suara burung, dengar nggak?”
“Tapi….. aku ingin nomor yang gamblang. Tidak usah lagi bolak-balik buku syair atau tafsir mimpi.”
“Jadi kau mau enaknya? Gitu? Baiklah. Aku akan kasi kamu nomor jadi. Kamu tinggal pasangi angka tebakan dua angka atau tiga angka dan menang. Mau kamu?”
“Mau? Tentu mau Nonaa!!”
“Baiklah. Tapi ingat, ini ada satu syaratnya.”
“Apa itu Nona?”
“Gini. Berikan aku seorang tumbal manusia, aku kasih nomornya?”
“Maksudnya?”
“Ya, kamu persembahkan satu korban itu untukku. Kamu pasti akan menang. Perlu kamu catat!! Siapa pun yang memasangi nomor ku ini atas informasi dari kamu, dia juga akan menjadi tumbalku selanjutnya.”
“Maaf Nona, sepertinya syarat ini sulit dan berat sekali bagiku. Kalau begitu, aku tidak jadi memohon nomor. Maaf sekali ya, aku pamit Nona.”
Setelah mendengar penjelasan seperti itu, ia langsung beranjak dan lari tunggang langgang dari tempat itu tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Denyut jantungnya pun kedengaran tak beraturan. Ia berlari mencari jalan pintas dengan melewati persawahan.
Sementara, Doe yang menunggu dan terus mengawasi di pos kamling bingung dibuatnya. Tanpa ba bi bu, ia hidupkan sepeda motornya dan mengejar Mones lewat jalan desanya.
******
Setibanya di depan balai desa, langkah pelarian Mones terhenti. Nafasnya masih ngos-ngosan. Ia berdiri merunduk sambil memegangi perutnya.
“Ada apa Nes, kenapa lari seperti orang kesurupan begitu?”
“Wadduuuh…..kita sial hari ini Doe, nomornya tak kudapat. Malah aku dimintai tumbal oleh perempuan cantik, mahluk gaib si penunggu pohon itu.”
‘Terus kamu sanggupi?”
“Ya..tidaklah. Aku kan takut dijadikan tumbal. Makanya aku kabur.”
“Gak apa-apa, ini mungkin bukan jalan rezekimu Nes. Kita cari rezeki dengan cara yang wajar aja dan kerja keras.”
“Kau benar Doe. Kita mestinya gak ke situ. Kalau mau pasang, ya pasang aja. Gak usah minta nomor segala dan ke mana-mana lagi…”
Setelah mendengar ada permintaan ‘tumbal’ itu Mones menjadi takut dan selalu menghantui pikriannya. Dan ternyata benar, nomor yang keluar adalah nomor dengan kode burung hantu. Sebelumnya, saat ia semedi di bawah pohon besar itu ia sebenarnya mendengar suara burung hantu atau ‘kode alam’ namun ia nggak ngeh. Akhirnya ia pun pulang dengan tangan hampa. *)