Pura Melanting dan Perjalanan Danghyang Nirartha

  • Whatsapp
Pura Melanting
Pura Melanting berlokasi Desa Banyupoh, Grokgak, Buleleng. (Foto: Kemenparekraf)
banner 468x60

Salah satu pura besar yang terdapat di Kabupaten Buleleng adalah Pura Melanting yang berdiri megah dan cantik di ketinggian. Pura ini terletak di Desa Banyupoh, Grokgak, Buleleng. Berjarak sekitar 50 km sebelah barat kota Singaraja. Selain berlokasi strategis di pinggir jalan Singaraja-Gilimanuk, pura ini juga memiliki pemandangan menghadap ke laut.

Lokasi pura ini cukup dekat dengan Pura Pulaki termasuk juga Pura Pabean, Ida Mutering Jagat di Pemuteran dan Kerta Kawat. Dilihat dari sejarahnya, mereka berkaitan erat satu sama lain.

Pura Melanting ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat persembahyangan umat Hindu terutama kaum pedagang, tetapi juga sebagai destinasi wisata karena pura di Bali ini menampilkan keindahan arsitektur tradisionalnya yang dikombinasikan dengan pewarnaan ornamen masa kini.

Untuk mencapai kawasan pura, Anda harus berjalan kaki menapaki beberapa anak tangga, melewati gapura dengan dua patung naga besar yang menghiasi gerbang utama pura.

Karena berada di dataran tinggi, saat berada di areal pura Anda dapat menyaksikan keindahan alam sekitarnya, pemandangan bukit hijau yang mengitari kawasan ini serta dari kejauhan terlihat birunya Laut Jawa.

Fungsi

Pura Melanting adalah salah satu Pura Kahyangan Jagat atau pura umum di Bali. Pura ini bersifat fungsional karena sebagai tempat untuk memuja Ida Bhatari Melanting atau Dewi Melanting guna memohon kemakmuran, kesuburan, keselamatan dan agar dilancarkan dalam usaha dagang. Itulah sebabnya di setiap pasar didirikan Pura Melanting.

Sejarah

Pura ini didirikan oleh Danghyang Niartha saat melakukan perjalanan suci dari Pulau Jawa ke Pulau Bali. Perjalanan beliau juga mengemban misi penting yaitu menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai luhur agama Hindu kepada masyarakat Bali.

Perjalanan beliau ke Bali tak terlepas karena runtuhnya kerajaan Majapahit di tanah Jawa. Dalam perjalanan tersebut, beliau mengajak keluarga seperti istri dan anak-anaknya.

Dalam perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan tersebut, beliau beristirahat karena istri beliau, Danghyang Biyang Patni Keniten, saat itu sedang hamil tua dan sudah merasa kelelahan dan kakinya bengkak dan ngilu. Rasanya tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan ke arah Timur yang masih jauh.

Dalam kondisi seperti itu, beliau memutuskan untuk melanjutkan perjalanan bersama beberapa putra dan putrinya dan meninggalkan sang isteri di tempat tersebut yang ditemani seorang putrinya, Dyah Ayu Swabawa, serta sejumlah pengikutnya.

Sementara itu, pujawali atau piodalan di Pura Melanting ini jatuh pada Purnama sasih Kapat sesuai kalender Isaka.

Fasilitas

Kawasan pura ini dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat parkir yang luas serta kios yang menjual berbagai peralatan sembahyang serta minuman dan makanan ringan yang diperlukan oleh umat Hindu atau wisatawan religi yang hendak bersembahyang dan wisatawan umum lainnya.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60