- AYUNAN jantra adalah permainan tradisional yang unik dan khusus dipersembahkan buat remaja putri Desa Tenganan
- Makna filosofis permainan ini adalah bahwa hidup yang kelak mereka jalani ada kalanya di atas dan ada kalanya di bawah bak permainan itu
Remaja masa kini bisa menikmati berbagai permainan menantang seperti roller coaster, carousel, atau sejenisnya, sementara Desa Tenganan Pegringsingan memiliki ayunan jantra yang unik dan tetap dileastarikan sejak dulu. Permainan tradisional ini tidak kalah asyiknya, namaya ayunan jantra.
Desa kuno yang berlokasi di Kecamatan Manggis, Karangasem, ini ternyata memiliki sejumlah keunikan dalam hal tradisi yang tidak ditemukan di desa-desa lainnya di Bali. Selain ayunan jantra di atas, ada juga kain tenun khas geringsing yang disakralkan dan tradisi perang pandan atau mekare-kare yang biasanya diadakan sekitar bulan Mei atau Juni setiap tahunnya.
Pelaksanaan perang pandan memang benar-benar unik karena acara ini bertepatan dengan penyelenggaraan ritual usabah sambah atau upacara naik remaja bagi pemuda-pemudi di desa setempat.
Sang pemuda akan terlibat dalam prosesi perang pandan yang menggunakan senjata dari dari seikat daun pandan beserta perisai rotan, sementara sang gadis akan mengikuti prosesi menaiki ayunan jantra yang dibuat dari kayu.
Remaja putri
Ayunan jantra ini akan diperasikan selama 18 hari oleh remaja putra terkait dengan pelaksanaan ritual Usaba Sambah yag berlangsung hingga sebulan tersebut. Untuk menjaga keamanan pengguna dan operatornya, kegiatan ini tetap diawasi oleh orang tua dan warga desa yang sudah dewasa.
Berapa batasan usia untuk dikatakan sebagai remaja putri di sini? Usia mereka tidak ditentukan secara biologis seperti harus berusia 17 tahun atau sudah menstruasi. Syarat utama adalah sudah menjalani tahapan-tahapan prosesi ritual adat, bahkan ada remaja yang baru berusia 12 tahun sudah diikutsertakan.
Ayunan jantra
Ayunan jantra ini berkapasitas 8 tempat duduk yang didesain sedemikian rupa sehingga menyerupai kursi dengan pegangan sekaligus sebagai penggantung di sebelah kiri dan kanan. Di atas masing-masing tempat duduk berisi atap kecil.
Hanya remaja putri yang diperkenankan untuk naik ayunan jantra ini. Sementara anak-anak tidak boleh, baik putra maupun putri. Remaja putri yang naik ayunan ini diwajibkan berpakaian adat khas Tenganan. Mereka menikmatinya dengan penuh suka cita. Lalu, sepasang pemuda bertugas memutar ayunan ini dengan berdiri di atas tumpuan sumbu putar ayunan.
Makna filosopi dari tradisi ayunan jantra ini adalah bahwa ketika para remaja putri ini sudah dewasa mereka harus siap menghadapi perjalanan hidup yang ada kalanya berada di atas dan ada kalanya di bawah.
Atraksi wisata
Tradisi ayunan jantra ini menjadi demikian unik karena hanya ada di Desa Tenganan dan dioperasikan berkaitan dengan upacara Usaba Sambah. Ritual tahunan ini bermakna memohon keselamatan, membersihkan kawasan desa agar terhindar dari bencana serta memberi penghormatan kepada Dewa Indra.
Nah, karena keunikannya ritual ini menjadi daya tarik wisata yang mampu menarik minat wisatawan untuk menyaksikan tradisi masyarakat Bali yang unik dan langka ini.