DIJULUKI sebagai Pulau Dewata, Bali menawarkan banyak cara untuk memikat hati wisatawan dari seluruh dunia. Lebih dari sekadar pantai indah dan sawah terasering yang menawan, pulau ini juga menawarkan dimensi spiritual dan kedekatan dengan alam yang luar biasa.
Salah satu manifestasi paling menarik dari perpaduan ini adalah destinasi wisata yang menggabungkan hutan kera sebagai habitat alami dengan pura Hindu kuno yang sakral. Konsep ini tidak hanya menciptakan daya tarik visual yang unik, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali yang menghargai harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan, yang dikenal sebagai Tri Hita Karana.
Konservasi dan Wildlife
Keberadaan hutan kera yang terintegrasi dengan area pura adalah contoh model konservasi yang menarik di Bali. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang mendiami hutan-hutan ini dianggap sebagai penjaga pura atau manifestasi dari entitas spiritual tertentu. Oleh karena itu, masyarakat lokal secara turun-temurun melindungi mereka.
Pura Alas Kedaton di Tabanan, Hutan Kera Sangeh di Badung, dan Hutan Kera Ubud adalah contoh utama. Di Alas Kedaton dan Sangeh, hutan pala yang rindang menjadi habitat ideal bagi ribuan kera. Kera-kera ini hidup bebas di habitat alami mereka, meskipun sering berinteraksi langsung dengan manusia.
Sistem pengelolaan yang ada, baik oleh adat maupun pengelola pariwisata, memastikan bahwa habitat mereka tetap terjaga. Pohon-pohon besar, vegetasi yang lebat, dan sumber air alami menjadi penopang ekosistem mereka.
Dari segi wildlife, ini adalah studi kasus yang menarik tentang koeksistensi manusia dan satwa liar. Kera-kera ini telah beradaptasi dengan kehadiran manusia, belajar mencari makan dari wisatawan, namun tetap mempertahankan perilaku alami mereka dalam kelompok.
Meskipun ada tantangan terkait kebersihan dan potensi gangguan dari kera (seperti mengambil barang milik pengunjung), pendekatan konservasi berbasis komunitas yang kuat memastikan populasi kera tetap sehat dan terkontrol. Pemberian makan teratur oleh pengelola juga berperan dalam menjaga populasi dan meminimalisir kera mencari makan secara agresif di luar area hutan. Ini adalah contoh bagaimana kepercayaan lokal dapat menjadi fondasi yang kuat untuk upaya konservasi keanekaragaman hayati.
Aspek Religi dan Spiritual
Dimensi religi adalah inti dari keberadaan pura-pura ini. Kera-kera di area pura seringkali diyakini sebagai penjaga pura atau hewan suci. Kisah-kisah kuno dan mitologi seringkali mengaitkan kera dengan dewa-dewi tertentu, seperti Hanoman dalam epos Ramayana, yang melambangkan kekuatan dan kesetiaan. Kepercayaan ini menumbuhkan rasa hormat dan perlindungan terhadap kera di kalangan masyarakat lokal.
Pura Uluwatu, sebuah pura laut yang megah di atas tebing curam, adalah contoh ikonik di mana kera dianggap sebagai penjaga pura. Kera-kera di sini terkenal “nakal” karena sering mengambil barang milik pengunjung, namun ini juga menjadi bagian dari daya tarik dan mitos yang melingkupinya. Pura Pulaki di Bali Utara dan Pura Mekori juga memiliki koloni kera yang erat kaitannya dengan pura. Keberadaan kera di sekitar pura memperkuat aura mistis dan sakral tempat-tempat tersebut, menarik peziarah dan wisatawan yang ingin merasakan energi spiritualnya.
Bagi umat Hindu, mengunjungi pura-pura ini bukan hanya tentang melihat kera atau menikmati pemandangan, tetapi juga untuk bersembahyang, mencari ketenangan, dan merasakan koneksi dengan alam dan yang Ilahi. Interaksi dengan kera, meskipun kadang menantang, dipandang sebagai bagian dari pengalaman spiritual di tempat-tempat suci ini.
Daya Tarik untuk Wisatawan
Kombinasi hutan kera dan pura Hindu menawarkan paket wisata yang sangat komprehensif dan unik bagi wisatawan:
- Pengalaman Budaya dan Sejarah: Wisatawan dapat menjelajahi arsitektur pura yang megah, mempelajari sejarah dan filosofi Hindu, serta menyaksikan ritual keagamaan (jika ada). Ini memberikan pemahaman mendalam tentang budaya Bali.
- Interaksi dengan Alam dan Satwa Liar: Kesempatan untuk melihat dan berinteraksi (dari jarak aman) dengan kera dalam habitat alami mereka adalah daya tarik besar, terutama bagi keluarga dan pencinta alam. Ini adalah pengalaman yang berbeda dari melihat satwa di kebun binatang.
- Fotografi: Pemandangan pura yang eksotis berpadu dengan tingkah laku kera yang lucu dan latar belakang alam yang hijau menawarkan banyak kesempatan fotografi yang menawan dan ikonik.
- Edukasi: Wisatawan dapat belajar tentang upaya konservasi lokal, ekosistem hutan, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
- Relaksasi dan Spiritual: Terlepas dari keyakinan, suasana tenang dan sakral di sekitar pura, dikelilingi oleh alam, menawarkan kesempatan untuk relaksasi dan refleksi diri.
Meskipun terdapat tantangan seperti pengelolaan sampah, perilaku kera yang kadang agresif, dan kepadatan pengunjung, pengelola terus berupaya meningkatkan pengalaman wisatawan sekaligus menjaga kesejahteraan kera dan kesucian pura. Pemandu lokal seringkali hadir untuk memberikan informasi dan tips keselamatan.
Secara keseluruhan, situs-situs wisata yang menggabungkan hutan kera dan pura Hindu di Bali adalah model keberhasilan dalam menggabungkan konservasi alam, warisan budaya, dan daya tarik pariwisata. Mereka tidak hanya menawarkan pengalaman yang memuaskan bagi wisatawan, tetapi juga menjadi pengingat akan kebijaksanaan lokal Bali dalam menjaga harmoni dengan alam dan spiritualitas yang mendalam. Ini adalah esensi sejati dari “Pulau Dewata” yang terus memesona dunia. (*)







