NAFAS Arya tertahan saat pintu villa kayu jati itu terbuka, menampilkan surga tersembunyi. Di hadapannya, istrinya, Luna, memekik senang. Pemandangan tepi Sungai Ayung yang jernih berkelok di bawah, dikelilingi hijaunya hutan tropis, seolah lukisan hidup yang bergerak dan turut merayakan bulan madu mereka. Aroma dupa tipis dan melodi gamelan samar menyambut mereka, mengantarkan pada ketenangan yang nyata.
“Ini… ini lebih indah dari yang kubayangkan, Arya,” bisik Luna, matanya berbinar. Arya merangkul pinggang Luna, dagunya bersandar di bahu istrinya.
“Hanya yang terbaik untuk istriku,” jawab Arya lembut, mengecup pelipis Luna.
Sore itu, setelah puas menjelajahi setiap sudut villa yang memesona, mereka menuju spa. Aroma serai dan melati memenuhi udara, menenangkan setiap saraf yang tegang. Luna tertawa pelan saat terapis dengan lembut memijat punggungnya, menghilangkan semua penat. Arya merasakan ketegangan di bahunya mencair. Setelahnya, mereka berendam di bak bunga mawar, jemari mereka bertautan.
“Aku merasa seperti terlahir kembali,” ujar Luna, menyandarkan kepalanya di dada Arya.
“Aku juga. Rasanya semua masalah di dunia hilang begitu saja di sini,” timpal Arya, mengusap lembut rambut Luna yang basah.
Malam harinya, di tepi infinity pool villa yang menghadap gemerlap lampu Ubud dari kejauhan, mereka menikmati makan malam romantis. Angin malam berbisik, membawa aroma bunga kamboja.
“Terima kasih untuk semua ini, Sayang. Kamu benar-benar mewujudkan janaji dan impian bulan madu kita,” kata Luna, menatap Arya dengan penuh cinta.
“Kamu adalah impianku, Luna. Setiap detik bersamamu adalah bulan madu,” balas Arya, menggenggam tangan Luna. Mereka menghabiskan malam dengan obrolan ringan, tawa, dan janji-janji masa depan, diiringi suara aliran sungai yang menenangkan.
Keesokan paginya, setelah sarapan dengan pemandangan Ayung yang memukau, mereka bergerak menuju Seminyak. Suasana berubah drastis, dari ketenangan Ubud menjadi hiruk-pikuk yang lebih modern. Hotel mereka memiliki kamar dengan pemandangan laut yang spektakuler. Biru luas Samudra Hindia terhampar di hadapan mereka, seolah tak berujung.
“Wah, ini baru namanya liburan pantai!” seru Luna, langsung menarik Arya menuju balkon.
Siang itu, mereka menghabiskan waktu berjemur di pantai, menikmati hangatnya matahari Bali di kulit mereka. Luna tertawa riang saat ombak kecil menerpa kakinya, sementara Arya merekam momen-momen indah itu dengan ponselnya.
“Aku suka bagaimana pantai ini punya energi yang berbeda,” kata Luna, menikmati es kelapa muda.
“Betul. Rasanya lebih hidup,” timpal Arya.
Malam harinya, mereka mencoba masakan Bali di sebuah restoran tepi pantai yang ramai. Ayam Betutu yang lezat dan sate lilit yang kaya rempah membuat lidah mereka bergoyang. Arya memesan satu botol arak Bali, dan mereka bersulang untuk kebahagiaan mereka.
“Ini benar-benar surga kuliner,” ujar Luna, mengusap perutnya yang kenyang.
“Dan kau adalah bidadariku di surga ini,” goda Arya, membuat Luna tersipu.
Hari terakhir bulan madu mereka membawa mereka ke tebing-tebing karang Uluwatu. Villa mereka terletak di puncak tebing, dengan pemandangan matahari terbenam yang tak terlukiskan. Warna jingga, merah, dan ungu berpadu di cakrawala, menciptakan panorama yang menakjubkan.
“Aku tidak bisa berhenti memandanginya,” kata Luna terpesona, memeluk lengan Arya.
“Ini adalah perpisahan yang sempurna untuk bulan madu kita,” sahut Arya, mencium kening Luna.
Malam itu, mereka menikmati makan malam romantis dengan lilin di tepi tebing. Menu barbekyu hidangan laut yang segar disajikan khusus untuk mereka. Suara deburan ombak di bawah tebing menjadi melodi pengiring mereka.
“Aku tidak ingin ini berakhir,” bisik Luna, matanya berkaca-kaca.
“Ini baru permulaan, Sayang. Kita akan punya lebih banyak momen indah seperti ini,” hibur Arya, menggenggam tangan Luna erat. Mereka berbagi kenangan, tawa, dan air mata kebahagiaan. Bulan madu ini bukan hanya tentang tempat-tempat indah yang mereka kunjungi, tapi tentang ikatan yang semakin kuat di antara mereka.
Saat lilin meredup dan bintang-bintang mulai bersinar terang di langit Uluwatu, Arya memeluk Luna erat. Di pelukan satu sama lain, mereka tahu bahwa petualangan cinta mereka baru saja dimulai, dan Bali akan selalu menjadi saksi bisu dari janji abadi mereka. (*)







