Kandarupa PKB 2025: Sulur-Jagat-Suluh (Tata Semesta Pelita Rupa)

Lukisan wayang Sita Diculik
Lukisan berjudul Dewi Sita Kapandung (2023) atau Dewi Sita Diculik) karya I Ketut Suwela, 135x85 cm, media cat akrilik di atas kanvas.
banner 468x60

SELALU ada banyak hal menarik untuk disaksikan di Bali saat musim liburan sekolah tiba seperti tahun ini. Serangkaian dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025 ini, misalnya, Bali menghadirkan sebuah pameran seni rupa yang menjanjikan pengalaman transformatif: Bali Kandarupa: Sulur-Jagat-Suluh (Tata Semesta Pelita Rupa) selain pementasan berbagai kesenian tradisional.

Berlangsung dari tanggal 21 Juni hingga 19 Juli 2025, Anda memiliki kesempatan langka untuk menyaksikan evolusi artistik Bali yang kaya, tersebar di beberapa lokasi pameran yang prestisius seperti Gedung Kriya-Taman Budaya Provinsi Bali dan Nata-Citta Art Space (N-CAS) ISI Bali (Denpasar) serta Museum Puri Lukisan, Ubud.

Read More

Menyelami Semesta Melalui Garis dan Warna

Tema pameran ini, “Tata Semesta Pelita Rupa,” adalah sebuah undangan untuk menyingkap jalinan kompleks antara seni dan kosmos. Konsep ini berakar pada keyakinan filosofis Bali bahwa semesta adalah sebuah tatanan otonom yang melahirkan kausalitas alam. Hukum semesta ini, yang mencakup siklus keberadaan alam jagat raya dan isinya, mengajarkan kita tentang pentingnya harmoni.

Kehidupan yang arif, seperti yang diyakini dalam tradisi Bali, adalah kehidupan yang selaras dengan mega kausalitas alam raya ini. Seni rupa, dalam konteks ini, menjadi sarana bagi manusia untuk menyelami hukum-hukum kosmik ini melalui akal budi dan cita cipta.

Pameran ini bukan sekadar pajangan karya seni; ini adalah sebuah narasi visual tentang bagaimana seniman Bali selama berabad-abad telah menafsirkan dan merenungkan kedalaman kausalitas alam raya, baik yang kasat mata (sakala) maupun yang tak kasat mata (niskala).

Beberapa karya yang dipamerkan dalam pameran yang berlangsung di Gedung Kriya Taman Budaya in adalah Upacara Tawur Agung karya I Nyoman Juliartawan, Kalender Tika-Kamasan (Anonim), Bhisma Parwa (I Wayan Aryana), Hanuman Dustra Mencari Shinta (I Wayan Murka) dan Gugurnya Sang Ksatriya (Ngakan Made Sudarsana).

Jejak Sejarah dalam Goresan Seni

Pameran ini seperti membawa Anda sekilas menelusuri lini masa artistik, dimulai dari kombinasi seni lukis khas wayang Kamasan (Klungkung) dan penggunaan aksara Bali dalam karya Kalender Tika-Kamasan rupa magis modre dan rarajahan. Gambar-gambar ini, yang sering digunakan dalam ritual keagamaan, menunjukkan bagaimana seni pada awalnya berfungsi sebagai jembatan ke dunia spiritual, sebuah manifestasi visual dari keyakinan dan doa.

Kemudian, pameran ini akan memperkenalkan Anda pada kemampuan visual candikia pawayangan (seni wayang) mulai menghamparkan narasi-narasi epik dan filosofis. Ini adalah periode di mana seni mulai berkembang melampaui fungsi ritualistik murni, menjadi sarana untuk menyampaikan cerita, moral, dan ajaran.

Sebuah Perjalanan Seni di Destinasi Budaya Terbaik

Pameran Seni Rupa Bali Kandarupa lebih dari sekadar perhelatan seni; ini adalah sebuah undangan untuk merasakan denyut nadi spiritual dan artistik Bali. Ini adalah kesempatan untuk memahami bagaimana seni menjadi cerminan dari alam semesta dan bagaimana manusia terus berusaha untuk menyelaraskan diri dengan hukum-hukum kosmik yang tak terlihat. Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari perjalanan budaya yang mendalam ini di pulau dewata.

Pameran Bali Kandarupa pada PKB tahun 2025 menyajikan mahakarya dari 104 perupa Bali yang mengekspresikan sebuah renungan Sekala-Niskala tata semesta (makrokosmos); dalam bentuk karya seni lukisan, topeng, dan patung. Namun demikian, semua karya tersebut mengumandangkan Imaji, Memori, dan Jati Diri seni rupa Bali lewat beragam langgam seni klasik dan tradisi beserta turunannya. Adapun Tim Kurator untuk pameran kali ini adalah Prof. Dr. Wayan ‘Kun’ Adnyana, Prof. Dr. Ketut Muka P., M.Si dan Warih Wisatsana. (*)

banner 300x250

Related posts