SEMUA tampak sempurna. Malam itu, dengan gemerlap lampu kota dan rencana makan malam romantis yang sudah matang, cinta seolah sedang berpihak pada mereka—sampai mereka tiba di depan mesin ATM yang tampaknya punya agenda lain.
Deni memasukkan kartunya dengan penuh percaya diri, tapi tak lama kemudian, layar itu menampilkan pesan yang mengubah segalanya: “Transaksi Ditolak.“ Dalam sekejap, malam yang penuh harapan berubah menjadi kisah konyol penuh tawa, frustrasi, dan pelajaran hidup yang tak terduga. Siapa sangka, cinta bisa diuji oleh sebuah mesin yang keras kepala?
***
Pagi itu udara benar-benar sejuk dan langit kelihatan cerah dan Dani sedang berada di puncak kebahagiaannya. Ini hari yang spesial, karena ia akan mengajak pacarnya, Siska, makan malam romantis di restoran mewah untuk merayakan ulang tahun mereka yang ketiga.
Dani sudah merencanakan segalanya dengan sempurna—mulai dari bunga, cincin kejutan, hingga tempat di restoran yang memiliki pemandangan matahari terbenam terbaik di kota.
Namun, semua rencana itu membutuhkan satu hal penting: uang tunai. Dani yakin dompetnya sudah agak tipis, jadi sebelum berangkat, ia memutuskan mampir ke ATM untuk menarik uang. “Cepat dan mudah,” pikirnya. Dengan penuh percaya diri, ia memasukkan kartu ATM-nya ke mesin dan mulai mengetikkan PIN.
Namun, tiba-tiba, layar ATM menampilkan pesan yang tidak diharapkannya:
“Transaksi tidak dapat diproses saat ini.”
Dani mengerutkan dahi. “Mungkin salah PIN,” gumamnya, meski ia yakin telah memasukkan angka yang benar. Ia mencobanya lagi, dengan hati-hati memasukkan angka demi angka. Sekali lagi, pesan penolakan muncul, seperti penolakan halus dari mantan pacar.
“Ah, mungkin mesin ini rusak,” katanya mencoba menghibur diri. Ia pun berjalan ke ATM lain yang terletak tidak jauh. Dengan perasaan yang mulai sedikit gelisah, ia kembali mencoba menarik uang. Namun, apa yang terjadi?
“Transaksi tidak dapat diproses saat ini.”
Sekarang, Dani mulai merasa ATM-ATM ini berkonspirasi melawan malam romantisnya. “Apakah ini tanda dari alam semesta?” tanyanya dalam hati. Namun, cinta Dani pada Siska terlalu kuat untuk dikalahkan oleh mesin keras kepala ini. Ia berjalan ke ATM ketiga, berharap kali ini keberuntungan berpihak padanya.
Dan tentu saja, hasilnya tetap sama. ATM ketiga juga menolak transaksi.
Dengan napas berat dan keringat yang mulai menetes di pelipis, Dani mencoba menghubungi bank. Setelah berjuang mendengarkan musik hold yang lebih lama dari menunggu lift di kantor, akhirnya seorang customer service menjawab.
“Selamat siang, dengan siapa saya berbicara?” tanya suara lembut di telepon.
“Dani. Saya Dani, dan saya punya masalah besar!” jawab Dani, menahan rasa frustasinya.
“Baik, Pak Dani. Apa masalahnya?” tanya petugas.
“ATM menolak transaksi saya, sudah tiga kali saya coba. Saya butuh uang tunai sekarang untuk makan malam spesial saya!” katanya dengan nada panik.
Petugas itu tenang dan menjawab, “Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, Pak Dani. Apakah Anda sudah mengecek saldo Anda?”
Dani terdiam sejenak, wajahnya mulai pucat. Saldo!
Dengan gugup, ia segera mengecek saldonya melalui aplikasi mobile banking. Dan, di situlah ia melihat kenyataan pahit: Saldo: Rp 15.000
“Ya ampun…,” Dani hampir tertawa dan menangis bersamaan. Ternyata, rencana makan malam romantis itu hancur bukan karena ATM, tapi karena saldonya yang tidak bersahabat.
Akhirnya, Dani menghubungi Siska. “Sayang, bagaimana kalau malam ini kita makan mie instan di rumah saja?”
Siska, yang mendengar nada canggung Dani, hanya tertawa. “Aku nggak butuh restoran mewah kok, Dani. Mie instan dengan kamu sudah lebih dari cukup.”
Dani merasa lega, meski dalam hati ia tahu ada pelajaran besar yang ia dapatkan hari itu: **selalu cek saldo sebelum mencoba menarik uang di ATM!**
Dan begitulah kisah cinta Dani dan Siska berakhir—tidak di restoran mewah, tetapi di ruang tamu yang hangat, dengan semangkuk mie instan dan tawa yang tak terbendung. Meski ATM menolak, cinta mereka tetap diterima.