- ARCA Dwarapala biasanya ditempatkan di sebelah kanan dan kiri di depan pintu masuk ke tempat suci, rumah brahmana, istana atau sejenisnya
- Secara filosofis, sepasang arca tersebut adalah penjaga keamanan kawasan tersebut
Ketika berkunjung ke tempat suci atau pura-pura di Bali atau candi-candi di Pulau Jawa, Anda mungkin pernah melihat sepasang patung atau arca penjaga pintu gerbang berupa sosok berbadan kekar, berambut keriting, mata mendelik, wajah menyeramkan dan membawa senjata seperti gada. Itulah salah satu varian arca dwarapala.
Secara simbolik, arca dwarapala tersebut adalah penjaga pintu masuk ke kawasan tempat suci, rumah bangsawan, rumah brahmana dan sejenisnya.
Dari segi bahannya, arca Dwarapala ini ada yang dibuat dari batu andesit hitam dan kokoh yang memberi kesan berwibawa atau batu padas yang berwarna abu-abu yang memberi kesan elegan.
Makna filosofis
Secara filosofis, arca dwarapala juga bisa dihubungkan dengan mithologi yaksa di India karena dwarapala pada mulanya merupakan yaksa. Dalam Bahasa Sanskerta, yaksa berarti mahluk alam gaib yang hidup di hutan yang dipandang sebagai sumber kehidupan.
Dalam aspek ini, yaksa berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Akhirnya muncullah pemujaan yang dilakukan oleh penduduk yang berkepentingan. Sampai saat ini dwarapala yang dikonsepsikan dengan Kala, Yaksa, dan umumnya ditempatkan di pintu masuk pura maupun tempat-tempat pemukiman masyarakat dengan tujuan sebagai arca penjaga, dan penolak bala dan perlindungan.
Sosok Dwarapala dimaknai sebagai penjaga pintu masuk agar tidak sembarangan dilalui oleh mereka dengan maksud tidak baik atau energi-energi negatif yang dapat mengganggu kesucian area tengah dan area dalam sebuah kawasan suci atau istana tersebut.
Sosok dwarapala atau arca penjaga pintu masuk memiliki berbagai varian, ada yang berupa sosok raksasa, Nandisuara-Mahakala, Merdah-Tualen, Sangut-Delem, Rangda-Celuluk, Raksasa berkepala gajah dan lain-lain. Hal itu tergantung pada tempat atau tempat suci dimana arca tersebut dipasang. Misalnya, pasangan dwarapala berwujud rangda bisa ditemukan di pintu masuk ke area pura dalem. Rangda adalah representasi manifestasi Dewi Durga, shakti dari Dewa Siwa yang bersemayam atau dipuja di Pura Dalem.
Dalam ritual melaspas atau inisiasi bangunan menurut tradisi Hindu, lokasi dan semua bahan serta bangunan yang digunakan disucikan terlebih dahulu lalu ‘dihidupkan’ sesuai fungsinya dan dimohonkan agar Sang pencipta bisa memberikan kekuatan untuk menciptakan ketenangan dan kesejahteraan bagi penghuni atau pengunjung. Secara niskala juga dimohonkan kekuatan suci agar area, bangunan dan elemen-elemen pendukungnya mendapat anugerah kekuatan suci dan diaktifkan.
Kadang-kadang ada orang ‘kawehan’ atau melihat penampakan bahwa patung penjaga tersebut tampak seperti hidup. Ada yang meyakini, hal ini bisa terjadi karena sudah adanya keterkaitan yang dibangun antara dunia nyata (sekala) dan tak nyata (niskala) melalui proses ritual melaspas tersebut.
Kehadiran Dwarapala juga dimaknai sebagai pengingat agar seluruh pengunjung selalu berperilaku sopan serta beretika yang baik saat akan memasuki kawasan dan tempat suci tersebut sehingga kesucian dan kenyamanan tempat tersebut dapat senantias dijaga.