- I GUSTI Ngurah Rai adalah sosok pemimpin pasukan Ciung Wanara di Bali yang bertempur gagah berani di Marga melawan pendudukan Belanda setelah Kemerdekaan Indonesia.
- Agar selalu dikenang generasi mendatang, nama beliau diabadikan dengan menamai bandara internasional serta jalan bypass pertama di Bali
Wisatawan yang berkunjung ke Bali dengan pesawat akan mendarat di Bandara Ngurah Rai. Setelah itu, mereka akan melewati Jalan Bypass Ngurah Rai. Baik menginap di kawasan Jimbaran, Nusa Dua, Sanur atau Ubud, mereka pasti akan melihat patung Ngurah Rai (I Gusti Ngurah Rai) di bundaran sebelah timur bandara atau Simpang Underpass Ngurah Rai, Tuban.
Siapa Ngurah Rai? Beliau adalah pahlawan nasional dari Bali kelahiran Desa Carangsari, Petang, Badung Utara, tanggal 30 Januari 1917. Pendidikan militer terakhirnya adalah Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO) di Magelang dan Artileri di Malang.
Berbekal ilmu kemiliteran serta tanggung jawab dan pengabdian yang tinggi kepada NKRI, pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, beliau membentuk Tentara Keamanan Rakyat Sunda Kecil (TKR) bersama rekan-rekan sejawatnya. Atas amanat markas TKR di Yogyakarta, beliau kemudian diangkat menjadi panglima.
Meski dengan kekuatan yang tidak seimbang, berbekal pasukan yang hanya terdiri dari 96 personel, sedangkan pasukan Belanda yang melebihi 300 personel dengan persenjataan modern saat itu, I Gusti Ngurah Rai terus berjuang melawan penjajahan Belanda tanpa kompromi.
Tentara Belanda sempat mengirim surat untuk mengadakan perundingan di Desa Plaga namun ditolak dengan tegas. Beliau mengatakan, negosiasi hanya dilakukan oleh pimpinan di pusat (Pulau Jawa). Bersama pasukan Ciung Wanara, beliau terus berjuang sampai mati.
Hal ini dibuktikan dengan peperangan paling heroik di Bali. Ngurah Rai terus berjuang hingga tetes darah penghabisan di medan pertempuran di Desa Marga pada tanggal 20 November 1946, yang kemudian peristiwa ini dinamakan Puputan Margarana.
Secara harfiah, puputan margarana berarti “pertempuran habis-habisan di Desa Marga”. Semua prajurit, termasuk Ngurah Rai sendiri, gugur dalam pertempuran yang mengerikan tersebut. Sementara itu, pihak Belanda harus kehilangan lebih dari 350 prajurit di sana.
Untuk mengenang dan mengabadikan jasa-jasanya pada negeri ini, namanya kemudian dipakai untuk nama jalan bypass pertama di Bali, Jalan Bypass Ngurah Rai yang membentang dari Tohpati di Denpasar Timur hingga Nusa Dua, Badung Selatan, bandara internasional pertama di Bali (Ngurah Bandara Internasional Rai) yang terletak di Tuban, Badung, serta Taman Hutan Raya Ngurah Rai untuk hutan bakau yang membentang dari kawasan Sanur Selatan (Denpasar), Kuta hingga Nusa Dua, Badung.
Selain itu, sosok beliau juga diabadikan pada uang kertas pecahan Rp 50.000 tahun emisi 2005. Generasi sekarang akan mengenal, selalu mengenang jasa-jasa serta meneladani nilai-nilai perjuangan beliau bersama pasukannya. Sedikitpun beliau tidak gentar dan mudah menyerah ketika harus berhadapan dengan kekuatan Belanda dengan rasio kekuatan pasukan 1:3.







