Okokan Memadukan Ekspresi Seni dan Penolak Bala

Ilustrasi Seni Okokan
Ilustrasi Seni Okokan dalam sebuah parade budaya.
banner 468x60
  • MASYARAKAT agraris sungguh kaya akan materi tradisi kesenian yang khas terkait dengan aktivitas keseharian mereka.
  • Para seniman kreatif menangkap inspirasi dari aktivitas ini, salah satunya berupa lonceng sapi yang dikombinasikan dengan unsur religi penolak bala

Kesenian yang unik ini berakar dalam dari tradisi masyarakat agraris dimana alat musiknya berupa lonceng sapi atau okokan. Namun ukurannya jauh lebih besar dari ukuran normal yang dipakaikan pada sapi. Alunan bunyi musik yang dihasilkan memberi suasana berbeda atau agak magis karena tidak seperti musik pada umumnya.

Tradisi seni okokan ini berkembang luas di kecamatan Kerambitan, Kediri dan kecamatan lainnya di Tabanan. Konon, tradisi ini bermula sekitar tahun 1960-an saat terjadinya wabah atau kabrebehan. Wabah tersebut menyerang warga dari segala usia dan penyakitnya pun berbeda-beda. Banyak warga yang meninggal dunia secara tiba-tiba dan penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Menurut keyakinan masyarakat setempat, wabah tersebut disebabkan oleh mahluk halus. Nah, untuk mengusir mereka digunakanlah alat-alat yang menghasilkan bunyi-bunyian seperti okokan tersebut.

Alat musik okokan

Alat musik ini dikalungkan pada leher pemain. Kemudian dimainkan dengan cara mengayun-ayunkan. Dengan demikian, alat pemukul di dalam okokan itu akan memukul-mukul dinding okokan. Dapat dibayangkan kemeriahannya bila melibatkan hingga 40-50 orang pemain dan kemudian dipadukan dengan gamelan baleganjur.

Pementasan kesenian okokan juga dipadukan dengan desain kostum tradisional yang khas, mulai dari ikat kepala (destar), kain poleng dengan kotak-kotak besar maupun kecil dengan tiga warna dasar atau tridatu, yaitu merah, hitam dan putih hingga penggunaan aksesori.

Apalagi dengan koreografi yang kreatif, pentas seni tradisional ini akan menjadi tontonan indah dan mengasyikkan. Okokan ini menghadirkan suasana magis karena dihiasi berbagai ornamen seperti karang boma, celuluk atau jenis wayang.

Sebagaimana pada umumnya, setiap kesenian tradisional di Bali pasti juga melibatkan unsur niskala (religi) agar memiliki jiwa atau taksu yang menghidupi kesenian tersebut dan kelihatan menarik, memberi manfaat terkait dengan tujuan utamanya (pengusir bala atau menetralkan sifat-sifat negatif yang ada di area pemukiman) dan pemainnya juga mendapat keselamatan ketika memainkannya.

Kapan kesenian ini dipentaskan?

Seperti dijelaskan sebelumnya, pementasan seni okokan terkait dengan ritual nangluk merana atau mengusir unsur-unsur negatif di lingkungan desa. Di luar fungsi utamanya, kesenian klasik ini juga dipentaskan bila ada parade budaya, pentas untuk wisatawan atau festival kesenian. Pada kesempatan tertentu, ia juga ditampilkan bersama kesenian tradisional lainnya yang berhasil direkonstruksi. Kesenian klasik yang sudah hampir punah seperti tersebut akhirnya bisa disaksikan kembali oleh generasi masa kini.

banner 300x250

Related posts