Survey dan Benih Cinta Bermula di Pantai Jimbaran

Pantai Jimbaran
Ilustrasi keindahan Pantai Jimbaran ketika matahari terbenam. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

LANGIT senja di Pantai Jimbaran melukis cakrawala dengan gradasi jingga dan ungu, menciptakan suasana romantis yang sempurna. Di sebuah kafe kecil yang menghadap ke pantai, seorang mahasiswi bernama Nadya sibuk meneliti laptopnya. Ia adalah mahasiswi pariwisata yang tengah mengerjakan survei untuk tugas akhir tentang daya tarik pariwisata Bali.

“Sudah dapat banyak responden?” tanya seorang pria yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

Naya mendongak. Pria itu mengenakan kemeja putih santai, dengan kamera tergantung di lehernya.

“Oh, aku baru memulai. Aku butuh data dari wisatawan yang mengunjungi destinasi ini,” jawab Nadya sambil tersenyum.

Pria itu menarik kursi dan duduk tanpa menunggu izin. “Kebetulan aku seorang travel vlogger. Namaku Arka.”

Nadya terkejut. “Serius? Mungkin kamu bisa membantuku.”

Arka mengangguk antusias. “Tentu! Aku bisa membagikan surveimu di akun media sosialku. Banyak pengikutku yang tertarik dengan wisata Bali.”

Perjalanan yang Menyatukan

Sejak pertemuan di kafe itu, Arka sering menemani Nadya ke berbagai destinasi wisata di Bali untuk mencari data. Mereka mengunjungi Pura Lempuyang, dengan gerbang surga yang ikonik, serta Pantai Melasti yang memukau.

“Menurutmu, apa yang membuat Bali begitu spesial?” tanya Nadya saat mereka berdiri di atas tebing di Uluwatu, menikmati deburan ombak.

Arka mengangkat kameranya, mengabadikan pemandangan sebelum menjawab. “Bali punya segalanya. Budaya, alam, dan yang paling penting, cerita di setiap sudutnya.”

Naya mengangguk setuju. “Itulah yang ingin kutulis di tugas akhirku nanti. Wisata Bali bukan sekadar tempat, tapi pengalaman.”

Arka tersenyum. “Mungkin aku bisa membantumu lebih dari sekadar survei. Bagaimana kalau kita buat video dokumenter bersama?”

Cinta yang Tumbuh di Antara Data dan Destinasi

Hari demi hari mereka habiskan bersama, berbagi ide dan impian. Naya mulai menyadari bahwa ia bukan hanya menikmati pekerjaannya, tetapi juga kehadiran Arka.

Suatu malam di Pantai Sanur, mereka duduk di tepi pasir, menatap lautan yang tenang.

“Apa rencanamu setelah lulus?” tanya Arka.

Naya tersenyum kecil. “Aku ingin bekerja di industri pariwisata. Mungkin di bagian promosi destinasi.”

Arka menatapnya dalam. “Aku juga ingin terus menceritakan keindahan dunia. Mungkin… kita bisa melakukannya bersama.”

Nadya merasa jantungnya berdebar. Ia menyadari bahwa perjalanan ini telah memberinya sesuatu yang lebih dari sekadar data penelitian. Ia menemukan seseorang yang bisa berjalan seiring dengannya.

Akhir yang Baru

Beberapa minggu kemudian, survei Nadya selesai. Dengan bantuan Arka, video dokumenter mereka menjadi viral di media sosial, menarik perhatian banyak wisatawan untuk mengunjungi Bali.

Di hari terakhir sebelum kembali ke kampusnya, Nadya dan Arka kembali ke kafe tempat mereka pertama kali bertemu.

“Jadi, ini perpisahan?” tanya Arka dengan nada sedikit sedih.

Nadya tersenyum, lalu mengeluarkan tiket pesawat dari tasnya. “Tidak juga. Aku dapat tawaran magang dari sebuah perusahaan promosi wisata. Dan aku rasa, aku butuh seorang partner untuk melanjutkan proyek ini.”

Arka terkejut, lalu tertawa. “Aku rasa aku tahu siapa yang bisa menemanimu.”

Mereka saling berpandangan, menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Di antara destinasi wisata dan sosial media, cinta mereka pun menemukan jalannya sendiri. (*)

banner 300x250

Related posts