- MENGAWAL upacara hingga mengantar perjalanan sang roh adalah bagian penting dari fungsi ritual Tari Baris Dadap
- Berbeda dari tari baris pada umumnya yang dinamis dan dramatis, gerakan Tari Baris Dadap lebih lembut
Masyarakat Bali memiliki sekitar 40 jenis tarian baris. Secara harfiah, kata ‘baris’ di sini dikaitkan dengan ‘bebarisan’ atau formasi berbaris atau pasukan. Ini merujuk pada keberadaan pasukan Bali kuno pada zaman kerajaan.
Nah, seperti namanya, tarian baris seperti Baris Dadap ini mengekspresikan jiwa patriotisme para ksatria untuk melindungi kerajaan dan rakyatnya dengan teguh dan gagah berani. Namun, gerakan tarian ini lebih lembut dibandingkan dengan tari baris lainnya yang cenderung bervariasi, yaitu dinamis, lincah dan energetik.
Tari Baris Dadap yang termasuk sakral dan konon berusia lebih dari 350 tahun ini hanya dipentaskan sehubungan dengan pelaksanaan upacara keagamaan. Sebagai prajurit, mereka bertugas menjaga keamanan. Dalam upacara tersebut juga demikian, tarian Baris Dadap berfungsi menetralisir kekuatan jahat, menjaga keamanan, dan membersihkan secara niskala (pemarisudha) agar upacara berjalan lancar karena pementasannya sendiri juga diawali dengan ritual.
Biasanya, tarian ini dibawakan oleh 4 hingga 40 orang penari laki-laki secara berpasangan. Seperti tari baris lainnya yang merepresentasikan prajurit, mereka juga membawa senjata seperti keris, tombak, perisai (dadap) atau senjata lainnya tergantung pada daerah asal tarian tersebut.
Secara umum, kostumnya terdiri dari kemeja lengan panjang, celana panjang, kain, hiasan kepala berbentuk kerucut serta badong dengan pernak-perniknya yang gemerlap. Mereka menari menghadap empat penjuru secara bergantian dan diiringi dengan tembang selendro dan gamelan.
Tarian Baris Dadap biasanya dipentaskan dalam kaitannya dengan pelaksanaan beberapa upacara keagamaan sebagai berikut:
Dewa Yadnya: upacara piodalan atau ulang tahun pura beserta rangkaiannya yang ditujukan kepada Tuhan Yang Mahaesa, khususnya manifestasi beliau yang dimuliakan di pura tersebut.
Manusa Yadnya: Pementasan Tari Baris Dadap terkait dengan upacara daur kehidupan manusia (life cycle) seperti upacara tiga bulanan bayi dan otonan yang dirayakan setiap enam bulanan (210 hari).
Pitra Yadnya: biasanya dipentaskan sehari sebelum upacara Ngaben, yakni ketika prosesi Ngaringkes yang diawali dengan Mapeed Pamuspaan.
Makna filosofis Baris Dadap dalam rangkaian Ngaben ini adalah simbolisasi Iswara atau Pralina. Kemudian, perahu yang dibawa oleh para penari melambangkan pengantar sang roh menuju alam Suralaya atau dunia asal. Konon, fungsi ini hanya terdapat di daerah Tabanan.