Arung Jeram & Arus Jodoh: Ketika Rafting Berujung Cinta Tak Terduga

Rafting
Ilustrasi aktivitas wisata rafting atau arung jeram. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

SEJUK dan memesona—Pagi itu, matahari bersinar cerah di atas Sungai Ayung, Bali. Udara segar khas pegunungan menyelimuti suasana, dan suara aliran sungai yang deras menjadi latar belakang bagi para wisatawan yang bersiap mengikuti sesi arung jeram.

Bagi Gede, seorang pemandu rafting yang sudah berpengalaman, hari ini sepertinya akan berjalan seperti biasa—memandu kelompok turis, menggoda tamu, dan memastikan semuanya bersenang-senang.

Read More

Namun, segalanya berubah saat ia melihat seorang perempuan bule dengan rambut pirang bergelombang dan wajah penuh rasa ingin tahu melambaikan tangan ke arahnya. “Hey, you! Are you my rafting guide?” teriaknya dengan aksen khas Inggris yang kental.

Gede menghela napas dan tersenyum. “Ya, saya Gede. Nama kamu siapa?”

“Lucy!” katanya dengan semangat berlebihan. “Ini pertama kalinya aku rafting! Seru, kan? Aku suka wisata santai di alam!”

Gede hampir tersedak tawa. “Santai? Ehm… pasti seru,” jawabnya sambil menyembunyikan senyum jahilnya.

Setelah sesi briefing selesai, kelompok mereka naik ke perahu karet dan bersiap menghadapi derasnya arus Sungai Ayung. Lucy, yang tampak penuh percaya diri, duduk di depan bersama Gede. “Jadi, ini kayak perahu santai di taman hiburan, ya?”

Belum sempat Gede menjawab, arus pertama datang menghantam perahu dengan keras.

“AAAAHHH!” Lucy menjerit histeris sambil memeluk dayungnya seperti nyawa tergantung padanya.

Gede tertawa kecil. “Lucy, dayungnya buat mendayung, bukan buat dipeluk!”

“AKU TAKUT! AKU TAKUT! KENAPA INI SEPERTI PERMAINAN MAUT?!” jerit Lucy dengan panik.

“Karena ini rafting, bukan naik perahu bebek di danau!” balas Gede sambil tetap fokus mengarahkan perahu.

Mereka terus meluncur melewati bebatuan, dan setiap kali air menerjang wajahnya, Lucy semakin menyesal telah ikut dalam petualangan ini. “Aku mau turun! Aku mau naik Ojek aja!”

“Ojek nggak bisa lewat sungai, Lucy! Pegang kuat-kuat!” Gede tertawa sambil memastikan mereka tetap aman.

Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Di tengah perjalanan, sebuah arus kuat menghantam sisi perahu mereka. Lucy yang masih panik kehilangan keseimbangan dan—BYUR!—terlempar ke sungai.

“LUCY!” Gede spontan melompat ke air dan berenang ke arahnya. Beruntung, arus membawanya tidak terlalu jauh, dan dengan cepat Gede menariknya kembali ke perahu.

Saat akhirnya berhasil naik kembali, Lucy menatap Gede dengan wajah basah dan ketakutan. “Aku hampir mati!”

Gede menahan tawa. “Kalau kamu mati, aku nggak bakal nolongin. Tapi kamu masih hidup, jadi santai saja.”

Lucy yang masih terengah-engah akhirnya ikut tertawa. “Aku serius, ini pengalaman paling gila dalam hidupku!”

Gede mengangguk. “Tapi bukankah hidup itu memang harus ada tantangan?”

Sejak insiden itu, Lucy perlahan mulai menikmati rafting. Ia mulai mendayung lebih baik, berhenti menjerit setiap kali air menyembur ke wajahnya, dan bahkan mulai bercanda dengan Gede.

Di salah satu bagian sungai yang lebih tenang, ia menatap Gede dan berkata, “Kamu tahu, awalnya aku pikir kamu hanya pemandu rafting yang suka menggoda turis. Tapi ternyata kamu orang yang bisa diandalkan juga.”

Gede tertawa kecil. “Aku memang suka bercanda, tapi keselamatan tamu tetap nomor satu. Apalagi kalau tamunya secerewet kamu.”

Lucy mencibir. “Aku tidak cerewet! Aku hanya ekspresif.”

“Oke, ekspresif,” jawab Gede sambil mengangkat bahu.

Setelah hampir dua jam mengarungi sungai, perjalanan mereka akhirnya sampai di titik akhir. Lucy yang awalnya ketakutan kini malah merasa puas. “Gede, aku pikir aku akan membenci pengalaman ini, tapi ternyata aku suka!”

Gede mengangkat alis. “Oh? Aku kira kamu bakal trauma.”

Lucy menggeleng. “Sebaliknya. Aku mungkin akan mencoba lagi. Tapi kali ini, aku mau pemandu raftingnya tetap kamu.”

Gede tersenyum lebar. “Berarti aku berhasil bikin kamu jatuh cinta pada rafting?”

Lucy menatapnya sebentar lalu tersenyum jahil. “Entah pada rafting… atau pada pemandunya.”

Gede tercengang. Tidak pernah sebelumnya seorang turis berhasil membuatnya kehabisan kata-kata. Dan di sinilah ia, seorang pemandu rafting yang selama ini hanya menggoda tamu, kini malah digoda balik oleh seorang bule cerewet yang awalnya takut air.

Mungkin, arus Sungai Ayung tidak hanya membawa petualangan, tetapi juga membawa arah baru dalam hidupnya. Entah bagaimana, Gede tahu ini bukan sekadar pertemuan biasa. (*)

banner 300x250

Related posts