Barong Brutuk, Kesenian Unik Masyarakat Trunyan

  • Whatsapp
Barong Brutuk
Ilustrasi penari Barong Brutuk. (Foto: Dok. Nusaweek)
banner 468x60

Dalam tradisi budaya Bali, ada banyak jenis barong atau sosok mitologis yang disakralkan. Sosok ini ditampilkan dalam bentuk berbagai binatang berkaki empat, seperti singa, babi hutan atau sejenisnya. Hal ini ada kaitannya dengan tujuh unsur universal kebudayaan, yaitu sistem religi dan seni.

Namun masyarakat Desa Trunyan di Kintamani, misalnya, sebagai salah satu desa adat di Bali, yang merupakan desa tua sekaligus desa wisata, memiliki kesenian barong sakral unik dan sangat berbeda dengan jenis barong lainnya, namanya barong brutuk. Barong ini dibawakan sendirian, tidak seperti barong ket dan barong macan yang dibawakan berdua.

Barong sakral ini memiliki unsur magis yang tinggi dan hanya boleh ditarikan pada upacara khusus. Pementasan barong sakral ini juga tidak sembarangan karena penarinya harus melewati tahapan penyucian. Demikian pula bahan kayu pembuatan topeng barongnya sendiri juga harus diambil dari tempat khusus, seperti kuburan.

Barong brutuk

Umat ​​Hindu setempat percaya bahwa barong brutuk adalah simbol penguasa Desa Trunyan. Selain itu, barong ini juga dipercaya melambangkan pertemuan antara laki-laki (Ratu Sakti Pancering Jagat) dan perempuan (Ida Ratu Ayu Pingit Dalem) sesuai dengan konsep Purusha dan Pradhana dalam agama Hindu.

Tradisi barong ini juga membekali generasi muda dengan pengetahuan tentang bagaimana menjaga hubungan sosial dan kerukunan seperti yang dilakukan para leluhur. Hal ini ditunjukkan dengan peran topeng barong brutuk seperti raja brutuk, ratu brutuk, wakil gubernur serta kakak perempuan ratu, dan peran ini ditandai dengan hiasan daun kelapa muda di kepala penari. Yang lainnya diberi nama unen-unen (rakyat).

Secara fisik, rambut barong brutuk ini terbuat dari daun pisang kering (kraras) dan akan dikenakan mulai dari kepala hingga badan. Terakhir, setiap penari mengenakan topeng dengan desain gaya primitif sambil membawa cambuk.

Pertunjukan

Pada umumnya, tari barong brutuk dibawakan oleh 21 pemuda. Sebelum tampil, mereka dikarantina atau menjalani penyucian diri selama 42 hari di area pura. Selama masa karantina tersebut, mereka tidak diperbolehkan meninggalkan area pura dan berhubungan seks dengan perempuan. Selain itu, mereka tidak diperbolehkan untuk berjudi, minum minuman keras atau minuman beralkohol dan mengkonsumsi obat-obatan.

Selama masa karantina, mereka belajar nyanyian kidung dan mengumpulkan daun pisang kering kemudian merajutnya dengan tali dan kelopak pisang untuk membuat tiga macam kostum untuk dikenakan di pinggang, bahu dan leher, dan hiasan daun untuk kepala.

Sebagai seni sakral, Barong Brutuk di Desa Trunyan hanya dipentaskan pada upacara Ngusaba di Pura Pancering Jagat Desa Trunyan yang jatuh pada bulan purnama bulan keempat dalam penanggalan Bali (sekitar bulan Oktober).

Pertunjukan dimulai pada pagi hari dan para penari berlari sambil mengelilingi dinding kompleks pura sebanyak tiga kali sambil mengayunkan cambuk yang dapat menghasilkan suara melengking ke arah penonton (peserta upacara).

Konon, cambuk barong brutuk awalnya digunakan terkait mewabahnya penyakit cacar dan penyakit kulit lainnya di Desa Trunyan. Saat itu, orang menyembuhkan penyakitnya dengan cambuk hingga luka berdarah dan akhirnya mengering. Oleh karena itu, masyarakat setempat percaya bahwa cambuk itu akhirnya memberikan kesembuhan dan keselamatan.

Pendeta pura kemudian memanjatkan doa dan menaruh sesaji sambil dihadiri oleh seluruh keluarga brutuk. Mereka semua mengelilingi kompleks dinding pura.

Sementara itu, para peserta (penonton) berlomba-lomba mengambil kostum daun pisang yang lepas. Menurut kepercayaan mereka, kostum yang berserakan itu akan disebar di sekitar areal perkebunan demi kesuburan tanaman mereka.

Pada penghujung pertunjukan di sore hari, semua penari barong brutuk akan melepas topeng dan kostumnya dan mereka mandi bersama-sama di danau. Setelah itu, mereka berdoa bersama dan makan bersama (magibung).

Di manakah lokasi Desa Trunyan? Desa ini terletak di tepi Danau Batur, Kintamani, Bangli. Untuk mencapai desa ini, pengunjung dapat mengambil jalur darat atau naik perahu dari dermaga Kedisan.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60