- TEMPAT suci ini berdiri harmonis berlatar belakang bukit dan menghadap ke Pantai Kusamba
- Di belakang pura terdapat goa yang dihuni ribuan kelelawar namun tidak merasa terganggu oleh kehadiran pemedek atau peziarah
Salah satu destinasi wisata unik di Kabupaten Klungkung adalah Pura Goa Lawah yang berada di Desa Pesinggahan, Dawan. Menariknya lagi, pura ini bersebelahan atau berhadapan dengan Pantai Kusamba.
Dari Denpasar, destinasi ini berjarak sekitar 50 kilometer dan 10 kilometer dari Kota Semarapura, ibukota Kabupaten Klungkung. Karena berada di dekat tebing Bukit Tengah yang menghadap ke pantai, maka udara di sekitarnya terasa sejuk dan sangat nyaman dihembusi oleh semilir angin pantai.
Diperkirakan Pura Goa Lawah sudah berumur 10 abad. Sesuai dengan namanya, pura ini berada di dalam goa alami yang dikelilingi oleh beberapa bangunan pelinggih. Di samping itu, pura ini menjadi salah satu dari sembilan pura yang menopang mata angin Pulau Bali yang berada di sudut tenggara.
Sejarah Pura Goa Lawah dimuat di dalam Lontar Usana Bali dan Lontar Babad Pasek. Menurut kedua lontar tersebut, pura ini didirikan sekitar abad ke 11 Masehi, tepatnya pada tahun 1007 Masehi atas prakarsa Mpu Kuturan, penasehat Raja Anak Wungsu.
Kemudian pada abad ke-14 Masehi, kompleks pura ini diperluas dan pelinggihnya dipugar. Masyarakat setempat meyakini bahwa lorong gua tersebut terhubung dengan mulut Goa Raja di dalam Kompleks Pura Besakih yang berjarak sekitar 30 kilometer. Namun terowongan tersebut runtuh akibat gempa bumi hebat tahun 1917.
Ciri khas Goa Lawah adalah sekumpulan kelelawar yang memenuhi ruangan goa ini. Semua kelelawar di sini dilindungi oleh aturan adat setempat dan dilarang diburu atau ditangkap. Populasi kelelawar inilah yang menimbulkan keriuhan yang memberi fenomena tersendiri dan bisa disaksikan oleh pengunjung. Mereka bergelantungan pada dinding gua sementara beberapa lainnya terbang atau berebut tempat untuk bertengger.
Kehadiran hewan malam ini juga sakral, sehingga bila ada yang mengganggu kehidupannya diyakini hal itu akan membawa petaka setelahnya. Keberadaan kelelawar penghuni goa ini melengkapi kesan mistis yang ada di Pura Goa Lawah.
Saat memasuki kawasan pura, pengunjung dapat melihat bale-bale dan 3 pintu besar yang menghadap ke selatan. Satwa kelelawar mendapatkan posisi istimewa di kawasan pura ini sebagaimana ditunjukkan oleh adanya relief kelelawar di salah satu gapura yang memisahkan pelataran tengah dan pelataran dalam. Simbol kelelawar digambarkan dengan sayap yang mengepak. Pintu ini ada di tengah dan selalu tertutup. Pengunjung hanya dapat memasuki goa melalui pintu timur atau barat.
Menurut Lontar Prekempa Gunung Agung, Pura Goa Lawah di Klungkung ini melambangkan kepala Naga Basuki, sedangkan Pura Goa Raja di Kompleks Pura Besakih melambangkan ekornya. Dalam mitologi Hindu, Naga Basuki adalah salah satu dari tiga naga penjelmaan naga yang diturunkan untuk menyelamatkan bumi. Naga Basuki melambangkan keseimbangan siklus yang terjadi di alam.
Selain itu, Pura Gua Lawah juga berhubungan erat dengan Pura Besakih dalam prosesi Upacara Ngaben. Biasanya setelah upacara Ngaben, umat Hindu beribadah di Goa Lawah. Dari sini, mereka melakukan persembahyangan di Pura Besakih sebagai bentuk rasa syukur atas terselenggaranya upacara yang biasa disebut acara Nyegara-Gunung. Di depan goa terdapat pelinggih, nah di sinilah tempat untuk melakukan sembahyang Nyegara Gunung.
Karena Pura Goa Lawah merupakan tujuan wisata religi, maka tamu yang berkunjung diharuskan untuk menghormati adat istiadat kesopanan yang ada. Salah satunya, setiap pengunjung diwajibkan mengenakan kain dan selendang yang diikatkan pada pinggang. Yang terpenting, setiap pengunjung harus menjaga ketertiban, terlebih saat ada pengunjung lain yang sedang melakukan persembahnyangan di pura ini.
Setiap pengunjung juga diharuskan membeli tiket masuk dan sudah termasuk dengan biaya sewa selendang dan kain. Kemudian pengunjung bisa berkeliling menikmati keindahan Pura Goa Lawah selama jam operasional mulai pukul 07:00 hingga 19.00 setiap hari.