Bu Jinggo dan Serbuan Balasan Surat Kaleng

  • Whatsapp
surat kaleng
Ilustrasi surat-surat yang ditulis pada kaleng-kaleng bekas. (Ilustrasi: Nusaweek)
banner 468x60

BU Jinggo, seorang ibu rumah tangga di desa kecil, terkenal dengan hobinya yang agak unik, yaitu membuat ‘surat kaleng.’ Maksudnya, membuat kritikan pada sebuah kaleng bekas susu, minuman ringan atau larutan penyegar dengan spidol anti air.

Setiap kali ia merasa kesal atau ingin mempermalukan orang lain, ia tak ragu menggunakan kaleng bekas sebagai media utama komunikasinya. Namun, pada suatu hari, kebiasaannya ini malah membuatnya menjadi bahan tertawaan di seluruh desa.

Semua bermula ketika Bu Jinggo merasa tidak puas dengan hasil lomba lari karung di pantai setempat. Sebagai penggemar berat tim desanya, kekecewaannya meluap-luap. Tanpa pikir panjang, ia duduk di meja dapurnya, mengambil kaleng bekas, dan mulai menulis surat kaleng yang penuh dengan sindiran kepada juri dan pemain dari tim lawan, desa seberang.

Beberapa hari kemudian, Bu Jinggo mendapati hal yang cukup mengejutkan. Di depan pintu rumahnya, tumpukan kaleng bekas yaang cukup tinggi. Ternyata, masyarakat desa memberikan “balasan” atas setiap surat kaleng yang Bu Jinggo kirimkan. Setiap kaleng berisi sindiran yang kocak dan tajam, membalikkan situasi dengan membuat Bu Jinggo menjadi bahan tertawaan.

Salah satu kaleng berisi tulisan, “Selamatkan kaleng bekas, jangan biarkan mereka dihina oleh tulisan Bu Jinggo!”

“Kertas habis untuk menghapus air mata kekalahan, makanya ia pakai kaleng.”

“Tak ada kertas, kalengpun jadi!”

“Kelemahan tim sendiri, pihak lawan yang disalahkan.”

“Kekalahan hari ini bisa jadi awal kekalahan hari esok.”

“Ini hanyalah sebuah kemenangan tertunda.”

“Ceritanya akan lain bila Bu Jinggo yang menang.”

“Tak kuat bicara, surat kaleng solusinya.”

Kalimat-kalimat kreatif dan sindiran pedas terus berdatangan dalam bentuk surat kaleng, membuat Bu Jinggo semakin bingung. Desa yang awalnya memandang rendah hobinya, kini justru membuatnya merenung.

Mengapa kaleng-kaleng itu diarahkan ke Bu Jinggo? Karena dirinya paling menonjol saat menjadi suporter tim lari karungnya, kadang komentarnya agak kasar dan memojokkan pihak lawan, kadang jurinya pun diserang.

Tanpa disadari, Bu Jinggo telah menjadi korban dari strategi balik-menyindir yang cerdas dari masyarakat desa. Mereka memutuskan untuk menjadikan setiap kaleng bekas sebagai kanvas kreatif mereka, membalas sindiran dengan senyum dan kecerdasan mereka sendiri.

Bu Jinggo pun belajar dari kejadian ini. Ia menyadari bahwa kaleng bekas bukan hanya untuk menyampaikan kekecewaan atau kemarahan, tapi bisa menjadi media untuk menyebarkan kebahagiaan dan keceriaan.

Sejak saat itu, Bu Jinggo beralih dari membuat surat kaleng bernada negatif menjadi surat kaleng kocak dan positif yang membuat seluruh desa tertawa bersama.

Kisah ini menjadi pembelajaran bagi semua warga desa tentang kekuatan positivitas dalam menghadapi cobaan dan tantangan, bahkan ketika mereka disindir dengan surat kaleng. Dan sejak itu, setiap kali ada kekecewaan atau konflik, warga desa memilih untuk menghadapinya dengan senyum dan kecerdasan yang penuh kebaikan hati.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60