- CO-WORKING Space atau ruang kerja bersama kini menjadi salah satu alternatif bagi pebisnis pemula, UMKM dan digital nomad sebagai tempat kerja atau ruang kantor dengan biaya terjangkau.
- Pilihan tempat kerja ini bisa disewa dengan perhitungan tarif harian, mingguan atau bulanan.
Banyak hal sudah berubah dalam dunia bisnis termasuk ruang kerja saat ini. Kalangan muda kreatif, perusahaan rintisan dan digital nomad memiliki ‘habitat’ baru yang bernama coworking space atau ruang kerja bersama.
Dikutip dari laman drop-desk.com, coworking adalah pengaturan dimana pekerja dari perusahaan berbeda berbagi ruang kantor yang memungkinkan penghematan biaya dan kenyamanan melalui penggunaan secara bersama infrastruktur dan fasilitas umum, seperti peralatan, utilitas, akses internet dan layanan resepsionis.
Ruang kerja bersama ini biasanya mengenakan tarif keanggotaan bulanan atau tarif harian bagi yang tidak berlangganan dan ini sangat cocok bagi mereka yang sering bepergian seperti digital nomad.
Ruang kantor bersama ini semakin banyak dimanfaatkan oleh kontraktor independen, ilmuwan independen, pekerja jarak jauh, pelaku UMKM, perusahaan rintisan (startup) dan para profesional yang bekerja di rumah, termasuk mereka yang suka bepergian.
Bekerja di ruang kerja bersama kaum milenial ini bisa membantu mereka menghindari perasaan terisolasi yang mungkin dirasakan ketika bekerja sendirian di rumah.
Sejarah coworking space
Mengutip dari laman CoworkingResources.org, kisah coworking ini berawal pada tahun 2005. Konsepnya sudah berkembang secara dramatis sejak saat itu di San Francisco yang dipelopori seorang insinyur perangkat lunak bernama Brad Neuberg.
Meskipun ia memulai coworking space resmi pertama, ide serupa sebenarnya sudah ada selama bertahun-tahun sebelumnya. C-base, misalnya, didirikan di Berlin pada tahun 1995, adalah salah satu tempat peretas pertama di dunia. Banyak yang sekarang menganggap tempat ini sebagai cikal-bakal dari ruang kerja bersama saat ini.
Menurut Neuberg, San Francisco Coworking Space adalah yang pertama dan terletak di dinding Spiral Muse, sebuah kolektif feminis. Ia memiliki kolega di Spiral Muse dan menyampaikan ide tersebut kepada salah satu dari mereka, Elana Auerbach. Dia setuju untuk mengizinkannya penggunaan ruang di Spiral Muse dua kali seminggu dengan sewa USD 300 sebulan.
Gagasan Neuberg ini kemudian menyebar ke beberapa kota besar di Amerika seperti New York, Brooklyn Coworking (2006) serta Austin dan Phoenix (2007). Pada tahun 2009, Global Coworking Unconference Conference didirikan, dan masih menjadi otoritas di industri coworking hingga saat ini. Pada tahun 2012, sudah ada lebih dari 2.000 coworking space di dunia, yang memperkuat kekuatannya sebagai kecenderungan global.
Di Indonesia
Di tanah air, konsep ruang kerja ini sudah lama tersedia secara luas di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Jogjakarta dan Makassar. Sementara untuk, coworking space di Bali bisa ditemukan di kawasan wisata favorit seperti Ubud, Sanur, Seminyak dan Canggu. Masing-masing area tersebut tentu menawarkan kekhasan suasana and keistimewaan tersendiri sehingga para pengguna merasa betah dan nyaman.