Demo Megangsing dalam Jantra Tradisi Baru di PKB ke-44

Permain gangsing
Demonstrasi permainan gangsing serangkaian PKB ke-44 di Lapangan Timur Bajra Sandi, Renon.
banner 468x60

Ada sesuatu yang berbeda pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 tahun ini. Selain konten reguler, PKB tahun ini menampilkan acara baru yang bernama Jantra Tradisi Bali (JTB). Apa itu? JTB ini adalah sebuah kegiatan apresiasi budaya untuk penguatan dan pemajuan kearifan lokal, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, pengobatan tradisional, permainan rakyat serta olah raga tradisional.

Pada konten permainan tradisional, misalnya, ada nama megangsing atau permainan gasing. Kali ini gasing tidak dipertandingkan, namun ditampilkan sebagai acara demonstrasi agar masyarakat pecinta PKB bisa melihat dari dekat tentang seluk beluk permainan ini.

Read More

Sekilas tentang gangsing 

Gasing (atau juga disebut gangsing) adalah sebuah mainan tradisional yang dibuat dari kayu yang menyerupai cakram dan bisa berputar pada poros dengan berkesetimbangan pada suatu titik.

Menurut Wikipedia, gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain sudah menjadi mainan anak-anak dan orang dewasa, kadang gasing juga dimanfaatkan untuk bermain judi dan ramalan nasib.

Sebenarnya, memainkan gangsing tidaklah sulit, namun perlu memperhatikan cara-cara yang benar. Perlu juga dicatat bahwa pemain gasing tidak boleh ragu-ragu saat melempar gasing ke tanah. Lalu, bagaimana cara memainkannya?

Pertama-tama, pegang gangsing dengan tangan kiri, sementara tangan kanan memegang talinya. Lalu, lilitkan tali pelecutnya pada gasing dari bagian paksi (poros bawah) hingga badan gasingnya sambil memutar. Perlu dicatat, tangan harus benar-benar kuat. Baru dilempar ke tanah.

Acara PKB

Rangkaian acara PKB tahun ini juga diisi dengan demonstrasi atau murtirupa permainan gangsing yang dilakukan oleh salah satu komunitas yang menekuni permainan ini yaitu Sekaa Gangsing Kayu Sambuk dari Desa Gobleg, Banjar, Buleleng.

Walaupun sempat rehat karena hujan gerimis, para penonton sangat antusias menyaksikan permainan ini di lapangan timur Bajra Sandi, Renon, Sabtu (25 Juni). Satu per satu anggota komunitas memperlihatkan kepiawaian mereka bermain gangsing. Sesekali mereka juga memperingatkan penonton agar tidak terlalu dekat karena bisa terkena putaran tali pelecut ke belakang.

Uniknya, permainian ini ditekuni oleh masyarakat Desa Gobleg beserta beberapa desa tetangga lainnya di dataran tinggi tersebut seperti, Desa Munduk, Umajero, Gesing, Bengkel, Banyuatis, Kayu Putih dan Pedawa. Permainan ini konon dilakukan secara turun temurun untuk mengisi waktu luang mereka seusai panen cengkeh dan kopi di ladang. Permainan ini dilakukan semata untuk hiburan dan tidak ada unsur judinya.

Permainan gangsing memiliki banyak aspek menariknya untuk diamati, mulai dari kekokohan yang digunakan atau tidak mudah pecah saat digunakan. Apalagi ketika diadu dengan gasing lain. Kadang dari segi pewarnaan juga dibuat warna-warni agar menarik. Selain itu, saat sudah berputar di tanah atau lantai, pemain mengambilnya lalu ditaruh di telapak tangan sambil memutar badan layaknya seorang bartender. Setelah itu, dilempar kepada pemain lain sementara gasing terus berputar. Bahkan, akan dilempar kembali ke pemain awal dan gasingnya masih berputar. Nah, asyik bukan?

Atraksi wisata

Seiring dengan pengembangan desa wisata saat ini di Pulau Dewata, permainan ini dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata seperti oleh Desa Munduk, Gobleg dan desa-desa di sekitarnya untuk wisatawan yang berkunjung ke sana. O ya, permainan ini juga sering ditampilkan pada acara Festival Danau Kembar (Buyan dan Tamblingan) serta Festival Lovina.

banner 300x250

Related posts