- MENJAGA kelestarian alam pasti akan memberi dampak ekologis dan dampak ekonomis kepada masyarakat di sekitarnya. Hal ini juga dilakukan Desa Wisata Edelweis Wonokitri, Pasuruan, Jawa Timur
- Selain menikmati keindahan edelweis, pengunjung juga diberi edukasi tentang budidayanya serta membeli oleh-oleh bibit edeleweis siap tanam
Beberapa waktu lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, berkunjung ke Desa Wisata Edelweiss Wonokitri, Pasuruan, Jawa Timur. Desa ini masuk 75 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
Dalam siaran persnya, beliau berharap masyarakat setempat dapat terus menjaga kelestarian dan keberlanjutan daya tarik utamanya yaitu tanaman Edelweiss.
“Saya melihat keindahan alam bercampur dengan keragaman budaya membangkitkan semangat. Dan sekali lagi saya tekankan, ini harus kita jaga kelestariannya dan paket-paket wisata di sini justru meningkatkan edukasi kita dan menjadi daya tarik wisata. Saya yakin ini adalah bagian dari penciptaan 4,4 juta lapangan kerja di tahun 2024 yang ingin kami hadirkan,” kata Menparekraf Sandiaga usai kunjungan tersebut.
Edukasi budidaya bunga Edelweiss dimulai dari pemaparan terkait cara pemilihan biji bunga yang siap panen hingga cara penanaman bunga Edelweiss.
“Ini adalah satu prestasi yang kita syukuri. Bahwa di tempat-tempat lain banyak viralitas dari konten-konten yang merusak alam. Tapi di sini justru wisatawan diberikan edukasi untuk melestarikan. Dari mulai menebar benih hingga menanam,” ujar Sandiaga.
Bila wisatawan ingin memiliki bunga Edelweiss untuk dapat dijadikan oleh-oleh, pihak pengelola menyediakan bunga Edelweiss yang siap jual untuk dapat ditanam di rumah.
Konon, bunga Edelweiss berkaitan erat dengan budaya masyarakat Desa Wonokitri, yakni Suku Tengger, yang percaya bahwa bunga itu adalah bunga sakral. Masyarakat desa diperbolehkan untuk membudidayakan bunga Edelweiss sebab bunga tersebut dipergunakan untuk berbagai keperluan upacara adat masyarakat desa.
Pihak pengelola pun menghadirkan paket wisata “one day being Tengger”. Dimana wisatawan berkesempatan menjadi penduduk atau masyarakat Tengger dalam sehari.
“Kami juga sudah terhubung dengan salah satu perusahaan yang membangun desa ini yaitu Sampoerna. Mereka juga akan mendampingi. Tapi yang terpenting ada kelengkapan di beberapa lahan yang selama ini belum terlalu produktif, mungkin bisa dikerjasamakan dalam bentuk infrastruktur ekonomi kreatif melalui program dana alokasi khusus (DAK),” ujar Sandiaga.