Dikira Belum Cukup Umur, Doe Ditilang Polisi

  • Whatsapp
polisi dan murid
Ilustrasi polisi dan murid. (Image: Nusaweek/Pixabay)
banner 468x60

Hari sudah menunjukkan kira-kira pukul setengah sepuluh pagi waktu setempat, Doe meluncur dari lapangan umum di depan sekolah untuk pulang. Siswa kelas dua SMK Pariwisata ini baru saja selesai berolah raga. Dan siangnya nanti masuk sekolah seperti biasa.

Masih berbalut seragam olah raga berupa baju kaos dan celana pendek remaja imut ini meluncur dengan motor skuternya. Jalanan tidak begitu ramai. Maklumlah orang-orang yang berangkat kerja sudah lewat dan siswa-siswa lainnya pun demikian.

Tiba-tiba di sebuah tikungan 500 meter menuju rumah ada dua orang polisi yang jaga. Melihat ada petugas yang jaga, Doe mengurangi laju motornya.

“Prriiiit!!!” pak polisi menghentikan Doe.

“Selamat pagi Pak! Ada apa ya Pak?” tanya Doe.

“Tolong matikan motornya dulu, Dik!

“Maaf, adik ini kelas berapa sekarang?”

“Saya kelas dua SMK, Pak?”

“Ah…masak., jangan bohong. Bapak tidak percaya!”

“Benar Pak.”

“Begini ya Dik. Mari ikut saya ke kantor dan bawa motornya. Lalu telpon orang tua adik dan suruh datang ke kantor polisi.”

“Baik Pak.”

********

Atas permintaan polisi, Doe yang sedih bercampur aduk dengan rasa takutnya jika nanti dimarahi oleh orang tuanya. Tidak ada pilihan, ia terpaksa menelpon orang tuanya.

“Halo…Doe dimana ini. Kok jam segini belum pulang?”

“Doe di kantor polisi, Pak!”

“Aah…ngapain kamu di kantor polisi. Katakan kepada Bapak?”

“Gini Pak, ….Bapak jangan marah dulu, Pak. Aku tadi ditilang polisi.”

“Lho kok bisa?”

“Habis…. Pak polisi tidak percaya bila aku sudah kelas dua SMK.”

“Ohh….gitu, biar nanti Bapak yang menjelaskan. Tunggu Bapak!”

********

Dalam waktu sekitar 15 menit, orang tua Doe sudah tiba di kantor polisi untuk menyelesaikan atau mengklarifikasi urusan anaknya, Doe.

“Selamat pagi Pak!” sapa bapaknya Doe.

“Selamat pagi. Ada yang bisa kami bantu?”

“Gini Pak. Tadi anak saya, Doe, ada telpon. Dia bilang kena tilang di tikungan dekat rumah,”

“Betul Pak, tadi saya yang menangani kasus putra Bapak.”

“Begini Pak. Saya bermaksud menjelaskan hal terkait anak saya Doe yang sepedanya Bapak tahan.”

“Oh begitu. Maaf Pak, tadi saya tidak percaya bila sudah kelas dua SMK bila melihat dari wajah dan postur tubuhnya. Dari penampilannya, ia seperti masih SMP. Khawatirnya, bila belum cukup umur dan masih labil, nanti ikutan gabung sama-sama anak-anak nakal seperti kejadian tempo hari. Sekali lagi, mohon maaf ya Pak. Ini bukan masalah SIM.”

“Terus gimana jadinya urusan anak saya ini, Pak?”

“Kami cuma ingin klarifikasi usia saja, Pak. Dan saya pesan, tolong selalu ingatkan anak Bapak agar selalu melengkapi diri dengan helm dan membawa surat-surat kendaraan atau identitas diri. Siapa tahu terjadi sesuatu di jalan biar penanganannya oleh petugas kami di lapangan lebih mudah.”

“Oh…baik, Pak. Terima kasih, kami akan selalu ingatkan dia.”

banner 300x250

Related posts

banner 468x60