Dua Penari ‘Topeng Monyet’ Menangis, Ini Sebabnya

  • Whatsapp
Bocah penari
Ilustrasi dua bocah penari monyet. (Image: Freepik)
banner 468x60
  • DUA bocah tujuh tahunan dengan semangat ikut berlatih menari dan memerankan monyet cilik yang lincah dan lucu
  • Di tengah seru-serunya berlatih, tiba-tiba kedua penari tersebuh menangis. Ada apa ya?

Dikisahkan ada sebuah sanggar drama cilik yang beranggotakan bocah-bocah berusia 7-10 tahun. Setelah menonton pentas drama pemuda di desa setempat, mereka terinspirasi untuk membuat drama cilik bersama kawan-kawannya.

Tujuan mulia ini mendapat dukungan dari beberapa pemuda dan sekaa gong (sanggar gamelan di desa) dengan meminjami beberapa buah gamelan. Sanggar cilik ini kemudian juga mendapat pinjaman topeng lengkap dari pemilik topeng dan tetua yang memang penari Calonarang sungguhan.

Read More

********

Dua bocah, panggil saja dia Made dan Ketut, sangat antusias bermain peran setelah menonton drama organisasi pemuda di desanya. Salah satu drama favorit yang sering dipentaskan dan masih aktif di desanya adalah Calonarang. Pementasan tersebut biasanya terkait dengan perayaan ulang tahun organisasi pemuda dan upacara piodalan di pura desa setempat.

Nah, dalam kisah Calonarang tersebut Made dan Ketut berperan menarikan sosok kera yang akan bermain-main dan mengerjai sang Barong Ket. Mereka mengenakan topeng berwajah monyet, namun yang ini berbeda dari pertunjukan ‘topeng monyet’ yang biasanya melibatkan seekor monyet dan pawangnya.

Adik berdua ini patut diacungi jempol karena mereka sudah berani tampil di depan orang banyak walau pun pada saat sesi latihan. Ini sebuah latihan keberanian bagi anak-anak seusianya.

Mereka berlatih di alam bebas dan berumput agar kelihatan alami. Gerakannya diajari oleh kakak-kakak mereka yang mendukung sanggar anak-anak tersebut.

“Brukkk!!!” kedua monyet itu bertabrakan.

“Adduhhh……..Iiiiiiiiiii,” Made segera buka topeng dan menangis yang kemudian disusul oleh Ketut.

“Adik jangan menangis ya. Ini kan baru sesi latihan. Mungkin tadi adik kurang hati-hati siih,” bujuk seorang kakak pelatih.

“Aku tidak mau berlatih lagi,” jawab Made.

“Aku juga Kak,” sambung Ketut.

“Kenapa?”

“Topengku tanpa lubang mata. Gimana bisa lihat. Jidatku jadi sakit ini,” protes Ketut.

“Oaalah, pantesan kamu berdua menangis. Ternyata topengnya tak ada lubang matanya. Okay…………, nanti kakak perbaiki untuk dibuatkan lubang matanya ya. Ini kakak kasih permen. Berhenti nangisnya. Sana istirahat dulu,” bujuk sang kakak.

“Baiklah kaak,” jawab mereka berdua kompak.

Mereka berdua kompak berhenti menangis. Memang membina anak-anak seusia mereka dibutuhkan kesabaran agar mereka tetap mau bergabung dengan sanggar ‘unofficial’ tersebut.

Namanya juga anak-anak. Jadi pembuatan topeng sederhana dari kertas karton tersebut tidak detail. Maksudnya, tidak memperhatikan detail matanya, dimana harus ada lubangnya agar si penari bisa melihat seperti halnya topeng lainnya untuk orang dewasa.

O ya, matanya cuma ditandai dengan bulatan dari buku hitam dari dari spidol anti air. Demikian pula untuk moncong bibirnya cuma ditandai bulatan warna coklat. Karena tidak ada lubang mata, kedua penari pun bertubrukan.

Demikianlah kisah dua penari cilik. Setelah topen kertas mereka diperbaiki, latihan pun dilanjutkan hingga kisah cerita utuh selesai.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60