Di sebuah hutan yang rimbun dekat danau, hiduplah sekelompok burung yang hidup damai. Namun, di antara mereka ada seekor burung gagak bernama Koko yang terkenal culas, sombong, dan suka menghina burung lain. Suara serak Kareo sering digunakan untuk menyebarkan ejekan dan fitnah, membuat hutan menjadi tempat yang gaduh.
Koko selalu merasa dirinya lebih hebat dari burung-burung lainnya. Terutama, dia suka mengejek burung kecil bernama Kareo. Kareo adalah burung yang pendiam, suka membantu teman-temannya, tapi sering jadi sasaran hinaan Koko karena tubuhnya yang kecil dan suaranya yang pelan.
Koko (mengejek keras): “Hei, Kareo! Apa kamu pikir suara pelanmu bisa membuat perbedaan di hutan ini? Kamu terlalu lemah! Lihat aku, suaraku nyaring, aku bisa membuat semua burung mendengarkanku!”
Kareo (tersenyum sabar): “Tidak apa-apa, Koko. Aku hanya berusaha membantu dengan caraku sendiri. Setiap burung punya kekuatannya masing-masing.”
Koko (tertawa keras): “Ha! Caramu? Apa yang bisa dilakukan burung kecil sepertimu? Lihat saja nanti, aku akan memimpin semua burung di sini, dan kamu akan jadi pengikutku!”
Koko tidak hanya mengejek Kareo, tetapi dia juga suka menimbulkan keributan di antara burung-burung lainnya. Dia sering menyebarkan gosip buruk, membuat burung-burung lain saling bertengkar. Di balik semua ulahnya, Koko merasa tak terkalahkan dan terus memperbesar kesombongannya.
Suatu hari, Koko merasa tidak enak badan. Sayapnya lemah, paruhnya terasa sakit, dan suaranya mulai serak tak terkendali. Dia jatuh sakit. Awalnya, dia mengira ini hanya penyakit ringan yang akan segera sembuh, tapi semakin lama, kondisinya semakin memburuk. Koko, si gagak sombong, kini terpuruk dan kesepian.
Koko (berbisik lemah): “Kenapa tak ada satu pun burung yang datang menjengukku? Di mana semua teman-temanku? Aku begitu kesepian…”
Namun, semua burung di hutan sudah terlanjur takut dan muak dengan kelakuan Koko. Tidak ada satu pun yang berani mendekatinya. Mereka mengingat semua kata-kata pedas dan penghinaan Koko, dan memilih untuk menjauhinya.
Sampai suatu hari, di tengah kesunyian, terdengar suara langkah kecil mendekati sarang Koko.
Koko (terkejut): “Siapa yang datang? Apakah ini akhirku?”
Ternyata yang datang adalah Kareo, burung kecil yang dulu selalu diejek oleh Koko.
Koko (dengan suara serak): “Kareo? Kenapa kamu datang? Aku selalu menghina dan mempermalukanmu. Kenapa kamu mau menjengukku?”
Kareo (tersenyum lembut): “Aku tahu, Koko. Tapi, aku percaya setiap burung pantas mendapat bantuan, bahkan yang pernah menyakitiku. Tidak ada gunanya menyimpan dendam. Aku datang untuk membawakanmu makanan dan menemanimu.”
Koko sangat terkejut mendengar kata-kata Kareo. Ia merasa malu dan bersalah. Sambil menahan air matanya, Koko merenung dalam-dalam.
Koko (dengan suara lemah dan penuh penyesalan): “Aku… aku benar-benar minta maaf, Kareo. Aku sudah begitu jahat padamu. Aku menghina, membuat keributan, dan menyebarkan fitnah. Aku bahkan menghina suara lembutmu. Tapi di saat aku terpuruk dan tak ada yang mau peduli, kamu datang menyelamatkanku. Aku merasa sangat bersalah.”
Kareo: “Tidak apa-apa, Koko. Yang penting sekarang kamu belajar dari kesalahanmu. Semua burung bisa berubah menjadi lebih baik.”
Mendengar itu, Koko mulai menangis. Ia merasa sangat menyesal hingga berjanji untuk tidak akan pernah lagi menghina burung lain. Koko berjanji akan meminta maaf pada semua burung di hutan.
Setelah beberapa hari dirawat oleh Kareo, Koko pun mulai pulih. Saat Koko sudah cukup kuat, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang luar biasa—ia mulai berjungkir balik di depan burung-burung lain, sambil mengakui kesalahannya.
Koko (berteriak sambil berjungkir balik): “Aku, Koko si gagak, meminta maaf kepada semua burung di hutan ini! Aku telah bersikap sombong, culas, dan jahat. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku lagi!”
Burung-burung lain, yang awalnya kaget melihat Koko berjungkir balik, akhirnya tertawa. Mereka senang karena Koko akhirnya mengakui kesalahannya. Kareo tersenyum melihat Koko yang kini berubah menjadi lebih baik.
Mulai saat itu, Koko menjadi gagak yang jauh lebih bijaksana. Ia tidak lagi suka menghina atau menimbulkan keributan di antara burung-burung lain. Bahkan, ia sering membantu Kareo dan burung-burung kecil lainnya di hutan.
Pesan Moral:
Kesombongan dan kebencian hanya akan membawa kehancuran bagi diri sendiri. Dalam kesulitan, kita mungkin tidak menemukan teman sejati jika kita terus menyakiti orang lain. Tetapi, selalu ada kesempatan untuk berubah dan meminta maaf. Kebaikan akan selalu kembali, bahkan dari tempat yang tak terduga.