Kerta Gosa, Jejak Peradilan Zaman Kerajaan

Lukisan Kamasan di Kertagosa
Lukisan Kamasan di plafon Balai Kertagosa, Semarapura.
banner 468x60

BERADA di jantung kota Semarapura, Kertagosa sebagai obyek andalan Klungkung memiliki lokasi yang sangat strategis. Kertagosa ini adalah bagian dari kompleks puri (istana) Semarapura yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Klungkung, Dewa Agung Jambe, pada abad ke-17

Kompleks obyek wisata ini terdiri dari Bale Kertagosa (bangunan terbuka), Bale Taman Gili yang dikelilingi kolam serta Museum Semarapura dimana sebelumnya digunakan untuk gedung sekolah oleh Belanda.

Read More

Pada zaman penjajahan Belanda di Klungkung (1908-1942), Balai Kertagosa ini difungsikan sebagai ruang sidang pengadilan terbuka, tempat pertemuan raja-raja se-Bali dan upacara Manusa Yadnya (seperti papar gigi) untuk putra-putri raja. Hingga kini, balai yang berada di pojok timur laut ini masih menyimpan kursi dan meja sidang tersebut.

Menariknya, plafon balai ini dihias indah dengan lukisan wayang yang penuh makna filsafat berkaitan dengan hukum karma (sebab akibat) dan kelahiran kembali. Lukisan wayang ini bergaya khas Desa Kamasan. Hingga kini, gaya seni lukis ini masih dilestarikan.

Demikian pula, plafon Bale Kambang di sebelahnya juga dihiasi lukisan wayang gaya Kamasan. Setidaknya ada enam tema yang diceritakan lewat lukisan Kamasan yang penuh makna filsafat tersebut. (1) Sutasoma—mengisahkan perjalanan Sutasoma dari Kerajaan Hastina Pura ke Pegunungan Mahameru. Berkat kekuatan bathin yang dimiliki, ia mampu mengatasi seluruh rintangan yang dihadapi dalam perjalanan; (2) Pan Brayut—yang dikaruniai 18 orang anak sehingga habis waktunya dicurahkan untuk mengurus sang anak; (3) Palalintangan—atau astrologi—berkaitan dengan keyakinan bahwa peredaran bintang-bintang di langit berpengaruh terhadap kehidupan atau kelahiran manusia di bumi. Total ada 35 lintang yang menggambarkan watak manusia; (4) Ni Dyah Tantri—gadis yang pintar bercerita kepada sang raja yang membuat raja insyaf sehingga tidak lagi berkeingian untuk mengawini gadis setiap hari; (5) Bhima Swarga—perjalanan Bhima ke Yamaloka untuk bertemu ayahnya Pandhu; (6) Palelindon—makna gempa bumi berdasarkan sasih (bulan Bali) kejadiannya.

Bila Anda tertarik melihat dari dekat bagaimana cara melukis wayang gaya Kamasan ini dan tidak sempat berkunjung ke Desa Kamasan, biasanya setiap hari ada dua warga Kamasan mendemonstrasikannya di Bali Kambang. Atraksi melukis ini dilakukan oleh warga secara bergiliran. Ada yang membuat sketsa, sementara teman pendampingnya bertugas mewarnai.

Sementara museum di sebelahnya menyimpan benda-benda atau perkakas zaman dahulu yang digunakan pada zaman kerajaan. Ada pula lukisan seni tari tradisional.

Setelah mengunjungi kompleks Kertagosa, Anda bisa mampir di Pasar Seni berloksi di seberang jalan atau di sebelah timur Kertagosa. Uniknya, di sini dijual kain khas Bali seperti endek dan songket. Ada juga yang sudah berupa baju.

banner 300x250

Related posts

Comments are closed.