TOMBSTONE tourism atau yang juga dikenal dengan sebutan cemetery tourism, grave hunting, atau taphophilia atau wisata makam adalah bentuk pariwisata minat khusus di mana individu memiliki ketertarikan untuk mengunjungi kuburan, nisan, makam, dan situs pemakaman lainnya.
Para “turis nisan” ini tidak hanya sekadar melihat-lihat, tetapi mereka memiliki minat mendalam terhadap sejarah, seni, arsitektur, dan cerita di balik orang-orang yang dimakamkan di sana. Ini bisa mencakup:
- Sejarah: Mempelajari sejarah tokoh-tokoh terkenal atau pahlawan yang dimakamkan di sana, atau sejarah area pemakaman itu sendiri.
- Genealogi: Mencari jejak leluhur atau kerabat yang dimakamkan di suatu tempat.
- Seni dan Arsitektur: Mengagumi keindahan ukiran nisan, monumen, mausoleum, atau tata letak pemakaman yang unik. Beberapa pemakaman bahkan dirancang sebagai taman yang indah (garden cemeteries).
- Fotografi: Mendokumentasikan keunikan nisan dan suasana pemakaman.
- Cerita: Menggali kisah-kisah di balik kehidupan orang yang telah meninggal, termasuk peristiwa tragis, heroik, atau misterius.
Sejarah Tombstone Tourism
Ketertarikan pada makam dan situs pemakaman bukanlah hal baru. Sejak berabad-abad yang lalu, orang-orang sudah melakukan ziarah ke situs pemakaman tokoh agama atau pemimpin penting. Di Tiongkok, tradisi penghormatan leluhur juga melibatkan kunjungan ke makam dan kuil.
Pada abad ke-19, muncul konsep garden cemeteries atau pemakaman taman di Eropa dan Amerika Utara. Pemakaman ini dirancang dengan lanskap yang indah, jalan setapak, dan monumen yang megah, mendorong masyarakat untuk datang dan menghabiskan waktu di sana, tidak hanya untuk berziarah tetapi juga sebagai tempat rekreasi dan kontemplasi.
Père Lachaise Cemetery di Paris, Prancis, adalah salah satu contoh paling terkenal dari pemakaman yang kini menjadi daya tarik wisata utama, dikunjungi jutaan orang setiap tahun untuk melihat makam seniman, penulis, dan tokoh terkenal dunia.
Contoh Destinasi Tombstone Tourism
Banyak pemakaman di seluruh dunia yang menjadi destinasi populer bagi tombstone tourism, antara lain:
- Père Lachaise Cemetery, Paris, Prancis: Rumah bagi makam tokoh-tokoh seperti Oscar Wilde, Jim Morrison, Frédéric Chopin, dan Molière.
- Highgate Cemetery, London, Inggris: Dikenal dengan arsitektur Gothic dan makam Karl Marx, George Michael, dan Douglas Adams.
- St. Louis Cemetery No. 1, New Orleans, Amerika Serikat: Terkenal dengan makam di atas tanah yang unik dan terkait dengan praktik voodoo.
- Boothill Graveyard, Tombstone, Arizona, Amerika Serikat: Sebuah pemakaman bersejarah di kota Wild West yang terkenal dengan cerita para penjahat dan penembak jitu.
- Okunoin Cemetery, Gunung Koya, Jepang: Salah satu situs pemakaman tertua dan paling sakral di Jepang, dengan ribuan lentera batu dan makam para biksu.
- Taj Mahal, Agra, India: Meskipun dikenal sebagai monumen cinta, Taj Mahal sebenarnya adalah sebuah makam megah untuk Mumtaz Mahal, istri kaisar Mughal Shah Jahan.
- Di Bali ada makam Jayaprana di kawasan Teluk Terima, Bali Barat, TMPN Pancaka Tirta Tabanan dan makam Raden Ayu Siti Khotijah atau Raden Ayu Pemecutan di Jalan Gunung Batukaru, Denpasar.
Dampak Tombstone Tourism
Seperti bentuk pariwisasa lainnya, tombstone tourism juga memiliki dampak positif dan negatif:
Dampak Positif:
- Pelestarian Sejarah dan Budaya: Membantu memromosikan dan melestarikan situs-situs bersejarah ini, mendorong pemeliharaan dan restorasi.
- Pendidikan: Memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar tentang sejarah, seni, arsitektur, dan kehidupan orang-orang yang dimakamkan.
- Ekonomi Lokal: Menarik wisatawan yang pada gilirannya dapat memberikan pendapatan bagi komunitas lokal melalui pemandu wisata, transportasi, akomodasi, dan toko suvenir.
- Penghormatan: Memberikan penghormatan kepada individu-individu penting dan warisan mereka.
Dampak Negatif:
- Over-tourism: Terkadang, popularitas yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada nisan atau area pemakaman, mengganggu ketenangan, atau menyebabkan kemacetan.
- Isu Etika: Ada perdebatan tentang etika mengunjungi makam sebagai objek wisata, terutama jika tidak dilakukan dengan rasa hormat. Penting bagi pengunjung untuk selalu menjaga etika dan tata krama saat berada di area pemakaman.
- Privasi: Beberapa makam mungkin masih sering dikunjungi oleh keluarga almarhum, dan keramaian wisatawan bisa mengganggu privasi mereka.
Secara keseluruhan, tombstone tourism adalah fenomena yang menarik, menggabungkan minat akan sejarah, seni, dan pengalaman spiritual di tempat-tempat peristirahatan terakhir. Namun, seperti semua bentuk pariwisata, kesadaran dan rasa hormat adalah kunci untuk menjaga keberlanjutan dan nilai-nilai yang melekat pada destinasi tersebut. (*)








