Kisah Supir Tangki dan Karma Madu

Truk tangki pengangkut madu
Ilustrasi truk tangki yang mengangkut madu mengalami kebocoran di jalan. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

MATAHARI sudah agak tinggi pagi itu. Di sebuah perumahan yang tenang, Pak Budi, seorang supir truk tangki yang terkenal karena kecerobohannya, sedang mengemudikan truk tangki raksasa-nya dengan muatan penuh madu dari peternakan lebah di hutan wisata. Budi, dengan senyum usil di wajahnya, merasa seperti raja jalanan. Ia membunyikan klakson dengan keras, membuat ibu-ibu yang sedang bergosip di pinggir jalan terlonjak kaget.

“Minggir, minggir! Sang Raja Madu mau lewat!” teriak Budi sambil tertawa terbahak-bahak.

Tiba-tiba, ia melihat seorang pejalan kaki yang sedang asyik bermain ponsel. Budi, yang merasa jengkel, dengan sengaja membelokkan setirnya sedikit, berharap bisa membuatnya terkejut.

“Duh! Kenapa sih ini orang?!” keluh Budi saat ia menyenggol pejalan kaki itu hingga terjatuh.

“Aduh, maaf ya, Pak! Saya tidak sengaja!” seru Budi, mencoba bersikap sopan.

Namun, alih-alih meminta maaf, Budi malah tancap gas. Ia mendengar pejalan kaki itu berteriak dengan marah.

“Awas kau! Kau akan kena karma!”

Budi hanya tertawa, “Karma? Hahaha! Karma tidak akan pernah bisa mengejar truk tangki secepat ini!”

Setelah beberapa menit, Budi melihat cermin spionnya. Ia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Sebuah cairan kuning kental menetes dari tangki.

“Astaga! Ada apa ini?!” seru Budi dengan panik.

Budi segera menepikan truknya dan turun untuk memeriksa. Ia melihat sebuah lubang kecil di bagian bawah tangki. Madu-madu itu menetes, menetes, menetes.

“Tidak! Tidak! Tidak!” Budi berteriak dengan panik, “Madu-madu saya! Ini semua madu dari peternakan lebah Pak Jono! Bisa-bisa saya dipecat!”

Tiba-tiba, Budi melihat sesuatu yang lebih buruk. Ratusan lebah dari peternakan lebah Pak Jono sedang mengejar truknya. Lebah-lebah itu, yang seolah-olah mengerti kalau madu mereka bocor, marah besar.

“Aduh, mati aku!” Budi berteriak dan berlari masuk ke dalam truk.

Ia mencoba kabur, tetapi lebah-lebah itu tidak mau menyerah. Mereka terbang di sekitar truk, seolah-olah sedang berdemo.

“Hey, Budi! Berhenti di sana!” teriak Pak Jono, si pemilik peternakan lebah yang mengejar Budi dengan motornya. “Tangki madumu bocor! Kamu harus bertanggung jawab!”

“Tidak, tidak, Pak Jono! Ini bukan salah saya!” Budi berbohong.

Namun, Pak Jono tidak percaya. Ia melihat lebah-lebahnya yang sedang marah.

“Lebah-lebah saya tidak pernah bohong!” kata Pak Jono sambil menunjuk lebah-lebah itu.

Budi, yang merasa terkepung, mencoba kabur lagi. Tapi, kali ini ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Ratusan semut, yang juga menyadari kalau ada madu gratis, sedang berbaris rapi menuju tetesan madu itu.

“Ini… Ini bencana!” Budi berteriak dengan putus asa.

Tak lama kemudian, warga perumahan, yang juga mencium aroma manis dari madu, berdatangan dengan membawa ember, botol, dan baskom.

“Wah, madu gratis!” teriak seorang ibu dengan gembira.

“Ayo, ambil sebanyak-banyaknya!” timpal bapak-bapak lainnya.

Budi, yang merasa bingung, hanya bisa melihat warga-warga itu mengerubungi truknya.

“Jangan! Itu madu saya!” Budi berteriak.

Namun, tidak ada yang mendengarkannya. Warga-warga itu asyik mengambil madu. Pak RT, yang terkenal karena kecintaannya pada madu, bahkan membawa sebuah ember besar.

“Pak RT! Tolong saya!” Budi memohon.

“Tenang, Budi. Ini karma,” jawab Pak RT sambil tertawa. “Kamu tadi menyenggol pejalan kaki, kan?”

Budi terdiam. Ia ingat pejalan kaki yang ia senggol tadi. Ia merasa bersalah.

“Baiklah, Pak RT. Saya akan bertanggung jawab,” kata Budi dengan nada pasrah.

Akhirnya, Budi menelpon perusahaannya. Perusahaan, yang terkejut dengan kabar itu, segera mengirimkan truk tangki lain.

Sambil menunggu, Budi melihat Pak RT, warga-warga, lebah-lebah, dan semut-semut yang sedang berpesta madu. Ia tersenyum kecil. Mungkin, karma tidak seburuk yang ia kira.

“Ya sudah lah, anggap saja ini sedekah,” gumam Budi, “Semoga saja saya tidak dipecat.”

Sejak kejadian itu, Budi tidak lagi menjadi sopir truk yang sombong. Ia mengemudi dengan lebih hati-hati, dan selalu meminta maaf jika ia membuat kesalahan. Ia belajar bahwa karma memang ada, dan karma bisa datang dalam bentuk yang sangat manis. (*)

banner 300x250

Related posts