ADIT adalah digital nomad yang sangat menjunjung tinggi prinsip efisiensi. Baginya, setiap rupiah yang keluar harus menghasilkan return on investment yang maksimal. Prinsip ini ia terapkan di semua aspek kehidupannya, termasuk saat berpakaian untuk konferensi video. Jika klien hanya melihat bagian atas, mengapa harus memakai celana panjang yang ribet? Maka, rutinitasnya setiap pagi adalah mengenakan kemeja rapi, dasi, atau jaket, sementara di bawah, ia hanya memakai celana pendek.
Suatu pagi, ia memiliki janji penting dengan CEO dari sebuah perusahaan startup besar. Adit sudah mempersiapkan presentasinya dengan matang. Ia duduk di depan laptop, dengan latar belakang balkon yang bersih. Di balkon itu, ia menjemur beberapa pakaian yang baru dicuci, termasuk, ah ya, sebuah celana dalam berwarna merah muda yang ia beli karena diskon besar.
“Selamat pagi, Pak David,” sapa Adit dengan suara profesional.
“Pagi, Adit,” jawab Pak David, yang terlihat serius dari layar. “Saya sudah tidak sabar melihat presentasi Anda.”
“Tentu, Pak,” kata Adit, tersenyum lebar. Ia mengklik “Share Screen” dan memulai presentasinya. Suasana terasa sangat formal dan tegang. Adit berbicara tentang strategi pasar, proyeksi keuangan, dan data analitik dengan lancar.
Namun, di balik layar, drama komedi fisik baru saja dimulai.
Tanpa disadari Adit, seekor kucing liar berbulu oranye tiba-tiba melompat masuk ke balkon. Kucing itu terlihat tertarik pada sesuatu yang bergoyang-goyang di jemuran. Ya, celana dalam merah muda milik Adit. Dengan insting pemburu yang kuat, si kucing melompat, menggigitnya, dan dengan cepat melarikan diri. Kejadian itu terekam jelas di kamera webcam Adit. Meskipun ia tidak melihatnya, Pak David, sang CEO, melihat semuanya.
Pak David berhenti tersenyum. Matanya menyipit. “Adit,” ia memotong presentasi. “Saya, eh, ingin tahu, apa itu tadi? Celana dalam?”
Adit mengerutkan dahi. “Maaf, Pak? Mungkin koneksi internet saya kurang bagus?”
Di saat yang sama, staf front office yang sedang berjalan di lorong, Bu Rina, melihat pemandangan absurd di balkon Adit. Ia melihat seekor kucing berlari kencang sambil membawa sesuatu yang berwarna merah muda. Bu Rina sudah hafal dengan kebiasaan aneh para digital nomad di sini, tapi yang satu ini terlalu aneh untuk diabaikan. Ia mengintip ke dalam ruangan Adit dan melihat Adit sedang presentasi dengan sangat serius di depan laptopnya.
Bu Rina yang cerdik langsung mengambil inisiatif. Ia memanggil staf kebersihan, Pak Budi, dan berbisik, “Pak Budi, kita harus tangkap kucing itu!”
“Ada apa, Bu Rina?” tanya Pak Budi bingung.
“Kucing maling! Lihat itu!” bisik Bu Rina sambil menunjuk ke arah kucing yang berlari.
Pak Budi melihatnya dan mulutnya sedikit terbuka. Ia kemudian menyadari bahwa Adit sedang presentasi. Mereka tidak bisa membuat keributan. Rencana mereka sederhana: tangkap si kucing tanpa membuat suara.
Di dalam ruangan, Adit masih mencoba melanjutkan presentasinya, tapi Pak David tidak bisa fokus. Ia terus menatap ke arah balkon. “Adit, saya, eh, sangat tertarik dengan latar belakang Anda. Terlihat sangat… unik.”
Adit, yang tidak mengerti, merasa bangga. “Terima kasih, Pak. Itu balkon saya. Saya sering menjemur pakaian di sana.”
Tiba-tiba, kamera Adit menangkap bayangan aneh. Itu adalah Pak Budi, yang merangkak di lantai balkon, mencoba menggapai celana dalam yang kini berada di kaki meja. Bu Rini berada di belakangnya, memberi isyarat tangan seperti komandan militer.
“Adit… ada apa itu?” tanya Pak David, matanya terpaku.
Adit menoleh sekilas dan melihat bayangan itu. Ia panik. “Oh, itu… itu asisten saya, Pak! Dia sedang, eh, mencari wi-fi signal yang lebih kuat di bawah sana.”
Sialnya, saat Pak Budi berhasil meraih celana dalam itu, celana dalam itu tergelincir dari gigitan kucing dan jatuh tepat di kepala Pak Budi.
Pak David terdiam. “Asisten Anda… memakai celana dalam di kepalanya?”
Adit mendadak keringat dingin. “Tidak, Pak! Itu… itu topi fashion baru. Untuk, eh, mencari wi-fi lebih cepat!”
Tawa Pak David meledak. Ia tertawa terbahak-bahak sampai suaranya pecah. “Adit… deal-nya kita batalkan. Tapi saya akan memberikan Anda proyek baru. Proyek tentang bagaimana cara membuat presentasi yang paling tidak profesional di dunia. Dan saya ingin asisten Anda menjadi konsultan utama.”
Adit menatap layar, pasrah. Di luar, Bu Rina berhasil mengambil celana dalam itu dari kepala Pak Budi dan memberikan tatapan penuh pengertian kepada Adit. Adit hanya bisa menghela napas. Sejak saat itu, ia tidak pernah lagi memakai celana pendek saat konferensi video. Ia belajar dengan cara yang paling sulit bahwa dalam dunia kerja, tidak semua hal yang efisien itu profesional. (*)







