Liburan Seru Keluarga di Pulau Burung

Liburan keluarga
Ilustrasi liburan sebuah keluarga ke pulau burung. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

KELUARGA Pak Wira akhirnya bisa mengambil liburan setelah sekian lama terjebak dalam rutinitas kota. Mereka memilih sebuah pulau kecil yang terkenal dengan keanekaragaman burungnya. Pulau itu merupakan kawasan konservasi, dan Pak Wira sangat bersemangat mengenalkan dunia burung kepada anak-anaknya, Dito dan Sari.

Setelah menyeberang dengan perahu kecil, mereka tiba di pulau yang hijau dan penuh suara kicauan burung. Ibu Ratna langsung menggelar tikar dan mengeluarkan bekal, sementara Pak Wira membawa anak-anaknya menjelajahi hutan kecil di pulau itu.

Read More

“Lihat itu, burung enggang! Lihat paruhnya yang besar dan melengkung!” seru Pak Wira sambil menunjuk ke atas pohon.

“Itu burung jalak Bali! Wah, cantik banget bulunya!” kata Sari dengan kagum.

Namun, suasana damai mereka terusik saat mereka melihat sekumpulan pria mencurigakan dengan jaring dan kandang. Para pria itu tampak berbisik-bisik sambil menangkap burung-burung yang berharga.

“Eh, itu kan dilarang!” bisik Dito.

“Benar! Ini kawasan konservasi, mereka nggak boleh menangkap burung seenaknya!” tambah Sari.

Pak Wira berpikir keras. Mereka bukan petugas, jadi tidak mungkin menghadapi para pemburu secara langsung. Ibu Ratna yang mendengar kejadian ini langsung ikut berpikir.

“Gimana kalau kita nakut-nakutin mereka?” usul Ibu Ratna.

“Bagaimana caranya?” tanya Sari.

“Kita bikin suara-suara aneh! Kita goyangin pohon-pohon bambu! Mereka pasti panik!” kata Pak Wira sambil tersenyum jahil.

Mereka pun segera beraksi. Pak Wira dan Dito mengambil posisi di balik pepohonan dan mulai membuat suara-suara menyeramkan.

“Wuuuoooo… waaaahhh… keluar dari pulau kami…” Pak Wira menggeram dengan suara seram.

“Aaaaaaaaoooo… ini tanah para roh burung… pergiiiii…” Ibu Ratna menirukan suara hantu.

Dito dan Sari menggoyangkan pohon-pohon bambu sehingga terdengar suara gemerisik dan gemuruh aneh di sekitar hutan. Angin malam yang mulai berhembus membuat suasana semakin mencekam.

Para pemburu langsung panik.

“Astaga! Pulau ini angker! Ada hantu penjaga burung!”

“Lariii!” teriak salah satu dari mereka.

Mereka berhamburan, meninggalkan kandang-kandang berisi burung yang mereka tangkap. Saking paniknya, mereka bahkan tidak sempat membawa peralatan mereka. Dengan tergesa-gesa, mereka naik ke perahu dan mengayuh sekuat tenaga ke tengah laut.

Keluarga Pak Wira tertawa terbahak-bahak dari persembunyian mereka.

“Hahaha! Mereka lari secepat kilat!” kata Dito sambil memegangi perutnya.

“Aku sampai sakit perut ketawa!” tambah Sari.

Setelah memastikan para pemburu benar-benar pergi, mereka melepaskan burung-burung kembali ke alam liar.

“Nah, kalian sudah bebas! Terbanglah ke habitat kalian,” kata Pak Wira dengan senyum puas.

Malam itu, keluarga kecil itu duduk di pantai menikmati angin laut dengan perasaan bahagia. Liburan mereka tidak hanya menyenangkan, tapi juga penuh petualangan dan aksi heroik!

“Besok kita kemana lagi?” tanya Dito.

“Asal jangan bikin jantung bapak copot lagi ya,” ujar Ibu Ratna sambil tertawa.

Mereka semua tertawa bersama, menikmati malam di pulau yang kini kembali damai. (*)

banner 300x250

Related posts