Lima Juta Pulsa Misterius dan Kopi Pahit di Bale Bengong

Gazebo
Ilustrasi seseorang sedang menerima panggilan telpon. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

SEJUKNYA hembusan angin di bale bengong sebuah restoran di Ubud yang menghadap ke hamparan sawah hijau sungguh menenangkan dan membuat Wayan, seorang pemandu wisata, menghela napas lega. Tugas pagi ini mengantar rombongan turis Prancis ke Pura Tirta Empul berjalan lancar tanpa insiden berarti, kecuali Colette yang hampir tersandung akar pohon beringin sakral.

Sekarang, sambil menunggu mereka menghabiskan nasi ayam khas Bali dan es kelapa muda, Wayan menikmati angin sepoi-sepoi dan secangkir kopi Bali yang pahitnya pas.

Read More

Tiba-tiba, ponsel bututnya berdering. Tertera nama “Nomor Tidak Dikenal“. Dengan malas, Wayan mengangkatnya.

“Halo?”

“Selamat siang, Bapak. Saya Robert Guyon dari Bank123.” Suara di ujung sana terdengar formal dan sedikit dibuat-buat.

Wayan mengerutkan kening. Bank123? Seingatnya, ia tidak pernah punya rekening di bank dengan nama sesantai itu. “Oh, siang, Pak Robert.”

“Begini, Bapak. Kami mendeteksi adanya transaksi mencurigakan dari rekening Anda sebesar lima juta rupiah untuk pembelian pulsa.”

Mata Wayan melebar, pura-pura terkejut. “Astaga! Kok bisa ya? Wah, gawat ini, rekening saya kecolongan!” Ia menepuk jidatnya dramatis, meskipun dalam hati ia tertawa geli.

“Betul, Bapak. Kami sangat prihatin dengan kejadian ini. Namun, kami bisa membantu menelusuri transaksi tersebut dengan bantuan pihak ketiga yang ahli di bidang ini.” Nada suara Robert Guyon berubah sedikit lebih akrab, seperti menawarkan rahasia penting. “Tentu saja, untuk membantu operasional pihak ketiga tersebut, kami mohon sedikit partisipasi dana dari Bapak, sekadar uang rokok lah.”

Wayan berpikir sejenak, memainkan peran orang panik yang mudah dibujuk. “Uang rokoknya berapa ya, Pak? Empat puluh ribu cukup? Itu rokokya sudah bagus, lho Pak.”

Terdengar helaan napas di seberang sana. “Wah, jangan segitu, Bapak. Naikkan dong, Pak. Masa’ sebungkus? Ini kan pekerjaan sulit dan melibatkan tim, menelusuri transaksi sebesar lima juta.”

“Oh, iya, ya,” kata Wayan, mencoba menyembunyikan senyumnya. “Oke deh, saya kasih. Berapa ya… lima ratus ribu?” Ia sengaja menawarkan angka yang lumayan tinggi untuk melihat reaksinya.

“Nah, begitu dong, Bapak baru faham!” Suara Robert Guyon terdengar lebih bersemangat. “Lima ratus ribu lumayanlah buat beli ‘bahan bakar’. Nanti Bapak transfer ke rekening yang akan kami berikan ya.”

“Oke, oke, nanti saya transfer,” jawab Wayan, pura-pura setuju. “Tapi, sebentar ya, Pak. Saya cek dulu rekening saya…” Ia membuat jeda dramatis. “…Oh, maaf, Pak. Saya berubah pikiran.”

“Maksud Bapak?” Nada suara Robert Guyon langsung berubah tegang.

“Iya, Pak. Saya akan cek sendiri saja penipunya atau pencolengnya, tanpa bantuan Bapak.”

“Lho, kok begitu, Bapak? Ini kan pekerjaan TI yang berat, Pak! Tidak main-main! Dan butuh keahlian khusus.” Ada nada meremehkan dalam suaranya.

“Berat sih berat, Pak. Tapi saya yakin saya bisa melakukannya sendiri.”

“Maksudnya bagaimana, Bapak ini?” Robert Guyon mulai terdengar tidak sabar.

Wayan menarik napas dalam-dalam, siap untuk klimaksnya. “Gini lho, Pak Robert… atau siapapun Anda sebenarnya. Saya kan tidak punya rekening di Bank123. Bagaimana bisa ada transaksi mencurigakan sebesar lima juta untuk pembelian pulsa?”

Hening sejenak di ujung telepon. Wayan bisa membayangkan ekspresi bingung bercampur panik di wajah si penipu.

“Jadi tahukah Anda siapa penipunya?” tanya Wayan dengan nada santai, sambil menyesap kopinya yang mulai dingin.

Tiba-tiba, sambungan telepon terputus. Wayan menatap ponselnya sambil tertawa terbahak-bahak. Rupanya, di balik wajah lugunya, seorang pemandu wisata juga bisa menjadi bug hunter (pencari celah keamanan dalam suatu sistem atau aplikasi) dadakan.

Tak lama kemudian, rombongan turis Prancisnya datang menghampiri, perut kenyang dan wajah sumringah. “Merci beaucoup (terima kasih banyak) Wayan! Makanannya enak sekali!” seru Jean-Pierre, sang kepala rombongan.

“Sama-sama, Monsieur (Tuan). Ada yang seru tadi sambil menunggu kalian,” kata Wayan sambil mengedipkan mata.

“Oh ya? Apa itu?” tanya Colette dengan rasa ingin tahu.

“Ah, tidak penting. Hanya… ada ‘bank’ yang menawarkan bantuan yang tidak saya butuhkan,” jawab Wayan sambil tersenyum misterius.

Ia tahu, petualangan hari ini tidak hanya tentang pura dan sawah, tapi juga tentang bagaimana teknologi, meskipun kadang disalahgunakan, bisa menjadi bumerang bagi para penipu amatiran.

Dengan sedikit kecerdikan dan keberuntungan, Wayan berhasil menghindari jebakan digital di tengah ketenangan bale bengong. Sekarang, ia siap untuk petualangan selanjutnya, mengantar para turis menikmati keindahan sunset di Tanah Lot, dengan cerita lucu tentang “Bank123” tersimpan rapi di benaknya. (*)

banner 300x250

Related posts