ANDI, seorang pekerja yang baru saja mengambil cuti panjang bersama istrinya, memutuskan untuk menyewa mobil dari sebuah rental mobil di kota tempat ia tinggal. Ia ingin berlibur di luar kota. Setelah memilih mobil yang diinginkannya, ia bertemu dengan Pak Budi, pemilik rental, untuk serah terima kunci. Sebelum menerima kunci, Andi tiba-tiba teringat sesuatu.
“Maaf Pak Budi, boleh saya cek kondisi mobilnya sebentar?” tanya Andi dengan sopan.
Pak Budi mengangguk, “Tentu saja, silakan.”
Andi berjalan mengitari mobil, memperhatikan setiap detailnya. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, kemudian merekam video sambil menyebutkan tanggal dan waktu.
“Ini bagian depan, sisi kanan, belakang…” ujar Andi sambil memastikan semua sudut terekam dengan jelas, termasuk sebuah penyok kecil di belakang samping mobil. Setelah selesai, ia menyimpan kameranya dan menerima kunci dari Pak Budi.
Tiga hari kemudian, Andi kembali ke rental untuk mengembalikan mobil. Ia merasa senang karena perjalanan liburannya berjalan lancar dan memberikan pengalaman menarik. Namun, saat ia menyerahkan kunci kepada Pak Budi, ekspresi wajah pemilik rental itu berubah.
“Mas Andi, lihat ini,” kata Pak Budi sambil menunjuk bagian belakang mobil. “Ada penyok di sini. Ini jelas tidak ada waktu saya serahkan mobil ini kepada Anda. Saya minta ganti rugi.”
Andi terkejut, namun ia tetap tenang. “Maaf, Pak Budi. Saya tidak merasa pernah menyenggol atau merusak mobil ini.”
Pak Budi mulai mengeraskan suaranya, “Saya nggak peduli! Pokoknya, Anda harus tanggung jawab, atau saya lapor polisi!”
Andi menghela napas panjang, lalu mengeluarkan ponselnya. “Pak Budi, apa Bapak benar-benar mau lapor polisi? Apa Bapak berani?”
Pak Budi menatap Andi dengan mata menyala-nyala, merasa di atas angin. “Iya! Saya akan lapor karena saya sudah dirugikan!”
Andi tersenyum tipis. “Baiklah, silakan kalau Bapak mau. Tapi sebelum itu, mungkin Bapak ingin melihat ini dulu.”
Andi memutar video yang ia rekam saat serah terima mobil. Dalam video itu, terlihat dengan jelas kondisi mobil dari semua sisi, termasuk penyok kecil yang sudah ada di bagian belakang samping.
Pak Budi terpaku, wajahnya yang semula tegang perlahan berubah pucat. Ia tidak dapat membantah bukti yang ada. Video itu membuktikan bahwa penyok tersebut memang sudah ada sebelum mobil diserahkan kepada Andi.
“Wah… ini tidak mungkin. Boleh saya pinjam ponselnya sebentar?
“Tentu…Pak, Ini Pak, silakan!”
Pak Budi memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan kelihatan memperbesar tampilan pada bagian yang penyok itu. Tiba-tiba ia menekan tombol hapus pada bagian video itu untuk menghapusnya.
“Pak Budi,” kata Andi dengan nada datar, “saya kira jejak ini tidak bisa Bapak hapus. Kalaupun Bapak menghapus yang ada di ponsel saya, cadangannya masih ada pada ponsel istri saya. Bagaimana Pak, masih mau lapor polisi? Selain itu, cadangan lain juga saya kirim ke grup WA keluarga yang jumlahnya 15 orang.”
Pak Budi hanya bisa geleng-geleng kepala dan terlihat lesu, merasa malu atas kesalahannya. “Maafkan saya, Mas Andi. Saya benar-benar tidak tahu kalau penyok itu sudah ada sebelumnya. Anda tidak perlu membayar untuk penyok itu.”
Andi tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja, Pak Budi, karena saya tidak melakukan kesalahan apapun. Lain kali, layani konsumen dengan lebih baik. Saya sudah baca beberapa review tentang rental Bapak ini di media sosial.”
Setelah menyelesaikan urusannya, Andi bersama istrinya pun pergi dengan perasaan lega, sementara Pak Budi mendapat sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya kejujuran dan kehati-hatian dalam menjalankan bisnis. (*)