Overtourism: Apa Itu dan Apa Saja Indikasinya?

  • Whatsapp
Overtourism
Ilustrasi kepadatan pengunjung. (Image: GwAi/Nusaweek)
banner 468x60

DESTINASI wisata yang populer memiliki daya tarik luar biasa, tetapi terlalu banyak wisatawan atau overtourism dapat mengancam keindahan dan kelestariannya. Untuk itu, pengambil keputusan harus juga memikirkan tentang jangka panjangnya.

Sementara dari sisi wisatawan, saat merencanakan perjalanan, ia juga alangkah baiknya mempertimbangkan dampak yang akan ditinggalkan. Pilih waktu kunjungan di luar musim puncak, dukung usaha lokal, dan hormati alam serta budaya setempat. Dengan menjadi wisatawan yang bertanggung jawab, kita bisa menikmati keajaiban dunia tanpa mengorbankan masa depannya.

Apa itu Overtourism?

Overtourism adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana jumlah wisatawan di suatu destinasi melampaui kapasitas lingkungan, infrastruktur, dan komunitas setempat. Fenomena ini dapat mengganggu keseimbangan ekologi, merusak situs bersejarah, dan mempengaruhi kualitas hidup penduduk lokal.

Beberapa indikasi overtourism yang dapat dilihat secara kasat mata meliputi beberapa indikator yang menunjukkan tekanan berlebihan pada destinasi wisata. Berikut ini adalah beberapa ciri yang umumnya terlihat:

Kepadatan Wisatawan

Kerumunan Besar: Terlihat kerumunan orang yang sangat besar di lokasi wisata, terutama di tempat-tempat populer seperti landmark, pantai, atau situs budaya.

Antrian Panjang: Antrian yang sangat panjang untuk masuk ke atraksi wisata, restoran, atau transportasi umum.

Kemacetan Lalu Lintas

Jalanan Padat: Jalanan di sekitar area wisata sering macet, terutama selama musim puncak atau acara besar.

Keterbatasan Parkir: Kesulitan menemukan tempat parkir akibat jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas.

Peningkatan Polusi dan Sampah

Sampah Berserakan: Terlihat sampah berserakan di area publik dan di sekitar objek wisata, menunjukkan kurangnya pengelolaan limbah.

Polusi Udara dan Air: Meningkatnya polusi udara dan pencemaran air, terutama di kawasan pesisir dan kota besar.

Kerusakan Lingkungan

Degradasi Alam: Kerusakan pada lingkungan alam, seperti jalur hiking yang rusak, erosi pantai, atau terumbu karang yang rusak akibat aktivitas wisata yang tidak terkendali.

Habitat Terganggu: Flora dan fauna lokal yang terganggu, termasuk hilangnya habitat alami.

Perubahan Sosial dan Budaya

Komersialisasi Berlebihan: Peningkatan jumlah toko suvenir dan restoran yang menargetkan turis, sering kali mengesampingkan bisnis lokal yang lebih tradisional.

Penurunan Kualitas Hidup: Penduduk lokal mungkin menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan, seperti demonstrasi atau protes menentang pariwisata yang berlebihan.

Kenaikan Harga

Biaya Hidup Meningkat: Kenaikan harga barang dan jasa, termasuk sewa properti dan harga makanan, yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari wisatawan.

Harga Akomodasi Melonjak: Tarif hotel dan penginapan lainnya meningkat secara signifikan selama periode kunjungan tinggi.

Infrastruktur Tertekan: Sistem transportasi umum, listrik, air, dan sanitasi yang kewalahan menghadapi jumlah pengguna yang melebihi kapasitas.

Kualitas Layanan Menurun: Layanan publik dan wisata yang mengalami penurunan kualitas karena tidak mampu memenuhi kebutuhan semua pengunjung.

Kondisi semacam itu menjdi indikasi  bahwa suatu destinasi sedang menghadapi overtourism, dan langkah-langkah untuk mengelola dan mengatasi situasi ini perlu diambil untuk melindungi lingkungan, masyarakat, dan industri pariwisata itu sendiri.

Kondisi Real di Lapangan

Overtourism telah menjadi isu global yang mempengaruhi banyak destinasi populer di seluruh dunia. Berikut beberapa contoh nyata dari kondisi overtourism di lapangan:

  1. Venice, Italia: Kota ini mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang drastis, menyebabkan kepadatan di kanal, jalan-jalan, dan situs budaya. Hal ini memicu kenaikan harga properti dan penurunan jumlah penduduk lokal karena sulitnya hidup di lingkungan yang terlalu padat.
  2. Barcelona, Spanyol: Kota ini sering dilaporkan mengalami overtourism, terutama di musim panas. Penduduk lokal mengeluhkan kebisingan, harga sewa yang melonjak, dan tekanan pada layanan publik.
  3. Machu Picchu, Peru: Situs Warisan Dunia UNESCO ini menarik ribuan wisatawan setiap hari, melebihi batas yang direkomendasikan untuk pelestarian. Hal ini berdampak pada kerusakan fisik situs dan ekosistem sekitarnya.

Langkah-Langkah untuk Mencegah Overtourism

Untuk mengatasi dan mencegah overtourism, diperlukan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan, termasuk:

Pengelolaan Kapasitas: Menetapkan batasan jumlah pengunjung harian di situs-situs sensitif dan meningkatkan regulasi kunjungan dapat membantu mengurangi tekanan pada destinasi.

Pengembangan Destinasi Alternatif: Mempromosikan destinasi wisata alternatif yang kurang dikenal dapat mengalihkan sebagian aliran wisatawan dan mengurangi tekanan pada destinasi populer.

Menerapkan Teknologi: Menggunakan teknologi untuk mengelola aliran wisatawan, seperti aplikasi yang menyediakan informasi real-time tentang kepadatan pengunjung dan antrian.

Edukasi Wisatawan: Meningkatkan kesadaran wisatawan tentang dampak overtourism dan mendorong perilaku bertanggung jawab selama berkunjung.

Pembangunan Berkelanjutan: Mengembangkan infrastruktur yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta memperkuat kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan komunitas lokal.

Meningkatkan Pajak dan Biaya Masuk: Menyesuaikan pajak pariwisata atau biaya masuk untuk mendanai pelestarian dan pengelolaan destinasi, serta mengurangi jumlah wisatawan berlebih.

Kesimpulan

Overtourism adalah tantangan yang kompleks, namun dengan kebijakan yang tepat dan kolaborasi yang kuat, dampak negatifnya dapat diminimalkan. Langkah-langkah pencegahan yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial sangat penting untuk memastikan pariwisata yang berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60