Petualangan ATV Antar Dimensi di Bali, Jelajahi Masa Depan

Kendaraan ATV
Ilustrasi kendaraan ATV untuk wisata petualangan. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

ASYIK dan menantang—Di sebuah pagi cerah di Bali, tepatnya di kawasan Tabanan, seorang turis bernama Kevin dari Kanada berdiri dengan penuh semangat di depan barisan ATV. Bersama rombongan kecilnya, termasuk sahabatnya, Rudi, seorang pemandu wisata lokal yang punya selera humor tinggi, mereka siap menaklukkan jalur berlumpur dengan kendaraan ATV.

“Awas lumpur, Kevin! Bisa jadi lebih licin dari mantan yang ghosting!” seru Rudi sambil tertawa.

Read More

Kevin tertawa kecil, lalu menaiki ATV-nya. Ia memang datang ke Bali untuk merasakan petualangan sejati. Dengan helm di kepala dan kacamata hitam, ia tampak seperti pahlawan film aksi… setidaknya sebelum mesin ATV-nya batuk-batuk seperti kakek-kakek terkena flu.

“Jangan khawatir, ini mesin bandel. Seperti saya waktu ditolak gebetan,” ujar Rudi sambil menepuk bahu Kevin.

Saat perjalanan dimulai, jalur berlumpur langsung menguji nyali mereka. Kevin dengan semangat melajukan ATV-nya melewati kubangan besar, menciptakan cipratan lumpur yang sukses mengenai wajah seorang turis lain.

“Maaf, bro! Itu bonus pengalaman autentik!” seru Kevin.

Namun, sesuatu yang aneh terjadi. Saat Kevin mencoba melewati sebuah kubangan yang lebih dalam dari biasanya, ATV-nya tiba-tiba bergetar hebat. Cahaya biru berkilat dari dalam lumpur, dan tanpa peringatan, Kevin serta ATV-nya tersedot ke dalam pusaran bercahaya!

Ketika Kevin membuka matanya, ia berada di tempat yang sama… atau setidaknya mirip. Namun, ada sesuatu yang tidak biasa. Langit tampak lebih keunguan, dan di kejauhan, monyet-monyet yang biasa bermain di hutan tampak mengenakan kacamata hitam serta membawa tablet.

“Apa ini? Bali edisi futuristik?” gumam Kevin sambil mengusap matanya.

Tiba-tiba, ATV-nya berbicara. “Selamat datang di Bali tahun 2124, Kevin.”

“Apa?! Mesin ini bisa ngomong?”

“Nama saya ATV-9000. Saya memiliki kecerdasan buatan dan program wisata antar dimensi.”

Kevin menganga. “Serius, Rudi pasti ngerjain gue…”

“Jika yang Anda maksud Rudi, dia masih ada. Namun, di dimensi ini, dia seorang ilmuwan terkenal yang menciptakan teknologi wisata lumpur lintas waktu.”

Tepat saat itu, seorang pria berbaju lab muncul dari balik semak-semak. Itu memang Rudi, tapi ia mengenakan jas laboratorium berkilauan dan sepatu boots dengan roket kecil di bagian belakang.

“Kevin! Wah, akhirnya ada turis dari masa lalu yang jatuh ke dalam eksperimen saya!” serunya.

Kevin memandang sekeliling. Warung-warung di pinggir jalan kini dilayani oleh robot, babi guling melayang di atas meja berkat teknologi anti-gravitasi, dan penjual es kelapa hanya perlu mengucapkan perintah kepada drone untuk menghidangkan kelapa segar.

“Ini Bali yang luar biasa,” gumam Kevin, terpesona sekaligus bingung.

“Dan sekarang, ayo kita makan! Wisata Bali tetap tak lengkap tanpa kuliner!” kata Rudi masa depan, menarik Kevin ke sebuah restoran unik.

Di dalamnya, menu tertulis dalam hologram. Ada “Sate Ayam Quantum”, “Nasi Campur Galaksi”, dan “Es Cendol Hiperdrive”.

“Ehm… yang ini aman dikonsumsi manusia kan?” tanya Kevin ragu.

“Tentu! Teknologi kami memodifikasi rasa agar makin enak dan tidak bikin perut sakit meski dimakan banyak,” jelas Rudi.

Kevin akhirnya mencoba sate ayam yang, meskipun berkilauan aneh, memiliki rasa yang luar biasa. “Ini lebih enak dari sate yang biasa gue makan di zaman gue!” serunya.

Mereka pun menikmati makanan sambil membahas dunia futuristik itu. Rudi menjelaskan bahwa sejak ditemukannya ATV antar dimensi, wisatawan bisa menikmati berbagai era dalam sejarah Bali, dari masa kerajaan hingga masa depan yang penuh teknologi.

“Tapi gimana cara gue pulang?” tanya Kevin.

“Ah, itu gampang! Kita hanya perlu menunggu lumpur antar dimensi terbentuk lagi,” ujar Rudi santai.

“Berapa lama?”

“Biasanya… tiga hari.”

“Tiga HARI?! Gue harus nginep di sini?”

“Ya, tapi santai. Hotel di sini punya kasur anti gravitasi dan layanan pijat robotik!”

Kevin mendesah. Namun, akhirnya ia menerima kenyataan. Lagipula, kapan lagi ia bisa menikmati Bali futuristik?

Tiga hari kemudian, lumpur antar dimensi kembali terbuka. Kevin menaiki ATV-nya, yang kini terasa lebih bersahabat, dan meluncur ke dalam pusaran cahaya.

Saat ia membuka mata, ia sudah kembali ke jalur ATV di Tabanan. Rudi yang asli berlari menghampirinya. “Bro! Kau baik-baik saja? Tadi kau nyemplung ke lumpur dan nggak muncul-muncul!”

Kevin menggelengkan kepala. “Gue baru aja pulang dari masa depan, Rudi.”

“Hahaha! Jangan-jangan kepalamu kejedot setang ATV!”

Namun, Kevin tersenyum. Ia melihat tangannya masih memegang satu tusuk “Sate Ayam Quantum” yang ia bawa dari masa depan.

“Mungkin suatu hari nanti, lo bakal tahu kalau gue nggak ngarang.”

Kevin pun tertawa, melanjutkan perjalanan, sambil membayangkan bagaimana Bali akan benar-benar terlihat dalam seratus tahun ke depan. (*)

banner 300x250

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *