DESA Cempaka Sari selalu menyimpan cerita-cerita misteri tentang hutan di seberang sungai. Di sana, menjulang sebuah pohon tua yang batangnya dipenuhi formasi alami menyerupai ratusan mata, mengawasi setiap langkah di bawahnya. Di ujung jalan setapak yang berliku, terbentang jembatan gantung reyot, konon menjadi saksi bisu bagi kejadian-kejadian aneh. Rumpun bambu di pinggir sungai berdesir pelan, seolah menyimpan rahasia yang enggan diungkapkan.
Malam itu, hujan rintik-rintik membasahi dedaunan. Di sebuah gubuk sederhana di tepi desa, duduklah Arya, seorang pemuda desa yang dikenal pemberani namun selalu penasaran dengan hal-hal gaib, dan Kanti, seorang wanita tua yang disegani karena pengetahuannya tentang sejarah, dunia mistis dan mitos desa.
“Kau yakin dengan apa yang kau lihat, Arya?” tanya Kanti, matanya yang keriput menatap tajam pemuda di hadapannya.
Arya mengangguk, raut wajahnya serius. “Saya melihatnya sendiri, Nek. Semalam, saat melewati area dekat rumpun bambu, ada cahaya aneh di seberang sungai, di dekat jembatan gantung. Seperti… seperti obor yang menari-nari sendiri.”
Kanti menghela napas panjang. “Sudah lama sekali tidak ada penampakan di sana. Terakhir kali… terakhir kali adalah malam menghilangnya Pak Kades sepuluh tahun yang lalu.”
“Apa hubungannya, Nek?” tanya Arya, dahinya berkerut. “Pak Kades kan menghilang saat mencari kayu di hutan utara.”
“Itu yang dikatakan orang-orang,” jawab Kanti pelan. “Tapi beberapa sesepuh desa dulu pernah bercerita, sebelum Pak Kades menghilang, ia sering terlihat termenung di dekat jembatan gantung. Katanya, ia merasa diawasi oleh ‘mata-mata’ pohon besar itu.”
Rasa penasaran Arya semakin berkobar. “Nek, saya ingin menyelidiki lebih lanjut. Cahaya semalam… rasanya bukan cahaya biasa.”
Kanti menggeleng pelan. “Jangan gegabah, Arya. Tempat itu menyimpan aura yang tidak baik. Banyak cerita tentang orang yang hilang di sana dan tidak pernah kembali.”
“Tapi Nek, kalau memang ada sesuatu di sana, kita tidak bisa terus membiarkannya menjadi misteri,” balas Arya dengan nada yakin. “Mungkin ada petunjuk tentang hilangnya Pak Kades, atau mungkin…”
“Atau mungkin kau akan menjadi korban berikutnya,” potong Kanti dengan suara khawatir. “Ingatlah, pohon seribu mata konon bisa melihat segalanya, bahkan yang tersembunyi di dalam hati manusia.”
Meskipun diperingatkan, Arya tetap teguh pada niatnya. Keesokan paginya, setelah hujan reda dan kabut tipis mulai menyelimuti hutan, Arya berjalan menuju sungai. Ia membawa sebuah tongkat kayu dan lentera minyak. Sebelum menyeberangi jembatan gantung yang tampak semakin rapuh di bawah terpaan angin pagi, ia berhenti sejenak dan menatap pohon besar di seberang. Formasi alami pada batangnya tampak semakin jelas dalam cahaya pagi, benar-benar menyerupai ratusan mata yang mengawasi.
“Baiklah, ‘mata-mata’,” gumam Arya. “Mari kita lihat rahasia apa yang kalian sembunyikan.”
Dengan hati-hati, Arya melangkahkan kaki di atas papan-papan jembatan yang berderit. Di bawahnya, sungai mengalir tenang, namun tetap menyimpan kesan dalam. Rumpun bambu di kedua sisi sungai bergerak perlahan, menciptakan suara gesekan yang misterius.
Setelah berhasil menyeberangi jembatan, Arya menyusuri jalan setapak yang mengarah ke pohon besar. Semakin dekat, aura mistis tempat itu semakin terasa kuat. Ia melihat sekeliling, mencari jejak-jejak aneh atau petunjuk yang mungkin tertinggal.
Tiba-tiba, ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya di bawah akar pohon besar. Sebuah ukiran kecil di tanah, membentuk simbol yang tidak dikenalnya. Arya mencoba mengingat apakah pernah melihat simbol serupa, namun otaknya kosong.
“Simbol apa ini?” gumamnya sambil mengamati ukiran itu dengan seksama.
Saat ia sedang berjongkok, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dari arah rumpun bambu. Arya segera bangkit dan bersiap dengan tongkatnya.
“Siapa di sana?” serunya.
Dari balik rimbunnya bambu, muncul seorang pria tua dengan wajah pucat dan mata cekung. Pakaiannya lusuh dan tampak tidak terawat. Arya terkejut, ia tidak pernah melihat pria ini sebelumnya di desa.
“Kau… siapa?” tanya Arya dengan nada hati-hati.
Pria tua itu tidak menjawab. Ia hanya menatap Arya dengan tatapan kosong, lalu mengulurkan tangannya yang kurus menunjuk ke arah pohon besar.
“Dia… melihat…” bisik pria tua itu dengan suara serak. “Semua… dia tahu…”
Sebelum Arya sempat bertanya lebih lanjut, pria tua itu tiba-tiba terjatuh ke tanah, tubuhnya kejang-kejang. Arya segera menghampirinya, namun pria itu sudah tidak bernapas. Di dekat tubuhnya, Arya melihat sesuatu berkilauan tertutup tanah. Ia berjongkok dan membersihkannya. Itu adalah sebuah liontin perak dengan simbol yang sama persis dengan ukiran di bawah pohon.
Jantung Arya berdebar kencang. Mungkinkah pria tua ini memiliki hubungan dengan misteri di tempat ini? Dan apa arti simbol itu?
Saat Arya sedang memikirkan semua itu, tiba-tiba ia merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya. Ia menoleh ke arah pohon besar. Kali ini, ia melihat sesuatu yang membuatnya merinding. Beberapa formasi di batang pohon tampak bergerak-gerak, seolah “mata-mata” itu benar-benar sedang mengawasinya.
Tiba-tiba, dari arah jembatan gantung terdengar suara teriakan. Arya terkejut dan segera berlari menuju jembatan. Di sana, ia melihat Kanti sedang berusaha menyeberangi jembatan yang kini tampak semakin tidak stabil.
“Arya! Tolong!” teriak Kanti panik. Beberapa bagian papan jembatan tampak sudah lapuk dan bolong.
Tanpa ragu, Arya kembali menyeberangi jembatan, kali ini dengan lebih hati-hati. Ia berhasil meraih tangan Kanti dan membantunya kembali ke tepi sungai.
“Nek! Apa yang terjadi?” tanya Arya khawatir.
“Saya menyusulmu karena khawatir,” jawab Kanti dengan napas tersengal-sengal. “Saat saya menyeberang, jembatan ini terasa sangat goyah. Seperti ada yang sengaja merusaknya.”
Arya terdiam. Semua kejadian ini terasa semakin aneh dan menakutkan. Pria tua misterius, simbol aneh, dan kini jembatan yang hampir putus. Apakah semua ini berhubungan dengan hilangnya Pak Kades? Dan apa sebenarnya rahasia yang disembunyikan oleh pohon seribu mata?
Malam kembali tiba. Arya dan Kanti berkumpul kembali di gubuk. Arya menunjukkan liontin perak yang ditemukannya. Kanti terkejut melihat simbol itu.
“Ini… ini adalah simbol keluarga Pak Kades,” kata Kanti dengan nada gemetar. “Dulu, hampir semua anggota keluarganya memiliki liontin seperti ini.”
“Jadi, pria tua tadi… mungkinkah dia…” Arya tidak melanjutkan kalimatnya.
“Mungkin,” jawab Kanti lirih. “Mungkin dia adalah anggota keluarga Pak Kades yang selama ini menghilang.”
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pelan di pintu. Arya membuka pintu dan melihat seorang pemuda desa berdiri dengan wajah ketakutan.
“Arya, Nek Kanti… ada sesuatu di hutan seberang sungai. Kami melihat cahaya lagi, tapi kali ini lebih banyak dan bergerak menuju jembatan gantung!”
Tanpa menunggu lebih lama, Arya dan Kanti mengikuti pemuda itu menuju tepi sungai. Dari kejauhan, mereka melihat beberapa obor bergerak-gerak di dekat pohon besar. Namun, ada yang aneh. Cahaya obor itu seperti berputar-putar tidak beraturan.
Saat mereka memperhatikan lebih seksama, mereka melihat siluet beberapa orang sedang bergelut di dekat pohon besar. Terdengar teriakan samar tertiup angin malam.
Arya dan beberapa pemuda desa yang berani segera memutuskan untuk menyeberangi sungai dengan perahu kecil yang biasa digunakan para nelayan. Kanti tetap tinggal di tepi sungai, berdoa untuk keselamatan mereka.
Sesampainya di seberang, mereka berhati-hati mendekati pohon besar. Di bawah rembulan yang samar, mereka melihat pemandangan yang mengerikan. Beberapa orang dengan wajah bengis sedang mengikat seorang pria tua di batang pohon. Pria tua itu meronta-ronta, namun tenaganya tidak sekuat para penculik itu.
Arya dan teman-temannya segera menyerbu para penculik. Terjadilah perkelahian sengit di bawah bayangan pohon seribu mata. Setelah pertarungan yang cukup lama, para penculik berhasil dilumpuhkan.
Pria tua yang diikat itu ternyata adalah adik dari Pak Kades yang menghilang sepuluh tahun lalu. Ia menceritakan bahwa kakaknya menemukan sebuah rahasia tersembunyi di dekat pohon besar, sebuah harta karun peninggalan leluhur desa. Pak Kades berencana memberitahukan hal itu kepada seluruh warga, namun sebelum sempat melakukannya, ia diculik dan dibungkam oleh orang-orang yang juga mengincar harta karun tersebut. Adik Pak Kades selama ini bersembunyi di hutan, mencari bukti keberadaan kakaknya dan rahasia yang ditemukannya. Pria tua yang Arya temui sebelumnya ternyata adalah salah satu kaki tangan para penculik yang sedang mengawasi adik Pak Kades.
Malam itu, teka-teki di ujung jembatan gantung yang mematikan akhirnya terpecahkan. Pohon seribu mata, yang dulunya dianggap sebagai simbol mistis yang menakutkan, ternyata menjadi saksi bisu dari sebuah kejahatan yang tersembunyi selama bertahun-tahun. Rahasia yang tersimpan di hutan seberang sungai akhirnya terungkap, membawa keadilan bagi Pak Kades dan keluarganya. Desa Cempaka Sari kembali tenang, namun cerita tentang pohon seribu mata dan jembatan gantung yang menjadi saksi bisu akan terus diceritakan dari generasi ke generasi. (*)








