- PURA Besakih sebagai tempat suci umat terbesar bagi Hindu di Bali berada di lereng Barat Daya Gunung Agung, Karangasem
- Lansekap dan arsitektur khas tradisional Balinya menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan
Pura Besakih adalah kompleks pura yang terbesar, terpenting dan paling suci bagi umat Hindu di Bali. Kompleks pura ini dibangun tepatnya di lereng barat daya Gunung Agung. Secara keseluruhan ada 18 pura di dalam kompleks ini, yang terdiri dari 1 pura induk (Penataran Agung Besakih) dan 18 pura pendamping.
Sejarah
Ada sumber yang mengatakan bahwa banyak peninggalan dari zaman megalitikum ditemukan di kompleks pura Besakih ini, seperti menhir, tahta batu serta struktur teras piramid. Ini berarti bahwa kawasan tempat suci ini nampaknya berasal dari zaman yang sangat tua, atau jauh sebelum kehadiran pengaruh Agama Hindu.
Sementara itu, Lontar Markandeya Purana memuat bahwa Rsi Markandeya datang ke Bali bersama pengikutnya dari Jawa Timur sekitar abad ke-8 Masehi dan mengadakan upacara penanaman pancadatu (lima jenis logam mulia) seperti emas, perak, tembaga, timah dan besi sesuai petunjuk sastra. Hal ini dimaksudkan agar mereka memperoleh keselamatan atau mencegah marabahaya dalam membangun peradaban di kawasan tersebut. Lalu, tempat penanaman pancadatu tersebut dinamai Basukian, yang bernakna ‘selamat.’
Konon, Resi Markandeya menerima wahyu untuk pertama kalinya di area Pura Basukian ini. Nah, para ahli sejarah kemudian memperkirakan bahwa inilah asal mula Pura Besakih.
Sekitar tahun 1007 Masehi atau pada masa pemerintahan Raja Udayana, datanglah Mpu Kuturan dari Jawa Timur. Beliau melakukan perjalanan suci dan penataan kembali Pura Besakih sehingga ada kejelasan mengenai area utama dan penyangga.
Filosofi
Secara filosofis, kompleks pura ini dirancang sesuai dengan prinsip keseimbangan alam dalam konsep Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan). Karena itu, desainnya pun disesuaikan dengan arah mata angin agar struktur bangunannya bisa mencerminkan alam sebagai representasi dari keseimbangan tersebut.
Penataan dan desainnya mengacu kepada pedoman arsitektur Bali seperti Asta Kosala-Kosali yang juga memperhatikan topografi lahan kawasan. Ada yang namanya Tri Mandala sebagai pembagian ruang secara horizontal, yaitu halaman terluar (nista mandala), halaman tengah (madya mandala) dan halaman terdalam sebagai tempat pelinggih atau persembahyangan (utama mandala).
Di samping itu, tata ruang Pura Besakih juga dikatakan menerapkan konsepsi tujuh lapisan ruang yang melambangkan Sapta Loka atau tujuh lapisan alam menuju alam Sang Pencipta.
Kemudian, ada konsepsi Dewa Catur Lokapala dimana setiap arah mata angin yang disebut mandala ada dewata penguasanya. Dalam hal ini, mandala tengah berperan sebagai poros, sehingga kelima mandala dimanifestasikan menjadi “Panca Dewata”.
Berdasarkan konsep arah mata angin tersebut, struktur bangunan Pura Besakih terdiri dari pura-pura berikut ini:
- Penataran Agung Besakih: sebagai pusat mandala di Tengah dan sebagai pura terbesar di dalam kompleks Pura Besakih, difungsikan untuk memuja Dewa Siwa;
- Pura Gelap pada di Timur untuk memuja Dewa Ishwara;
- Pura Kiduling Kereteg di Selatan untuk memuja Dewa Brahma;
- Pura Ulun Kulkul di Barat untuk memuja Dewa Mahadewa;
- Pura Batumadeg di untuk memuja Dewa Wisnu.
Arsitektur
Secara garis besarnya, material bangunan yang digunakan pada bangunan pura dan tembok keliling adalah material alami seperti batu padas, batu lahar dan batu bata. Sementara itu, badan pelinggih dibuat dari kayu pilihan dan atapnya dari ijuk atau serabut aren.
Nah, ada beberapa bangunan ikonik yang menjadi ciri khas tempat suci Hindu di kompleks Pura Besakih adalah bangunan meru (pelinggih bertumpang) sebagai tempat pemujaan roh leluhur yang sudah disucikan, candi bentar atau pintu masuk menuju Pura Penataran Agung yang ditopang puluhan anak tangga.
Perjalanan
Pura Besakih ini terletak di Desa Besakih, Rendang, Karangasem (Bali Timur). Perjalanan Anda menuju Pura Besakih ini akan melewati kawasan wisata Bukit Jambul yang indah dan juga merupakan salah satu objek wisata di Karangasem. Dari Bandara Ngurah Rai berjarak sekitar 65 km dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 105 menit dengan kendaraan.
Paket wisata favorit
Ada banyak paket wisata favorit yang menawarkan kunjungan ke Pura Besakih, salah satunya adalah Paket Wisata Kintamani-Besakih. Paket ini disusun sedemikian rupa sehingga memberikan wisatawan beberapa objek menarik yang berada dalam satu jalur perjalanan.
Umumnya, rencana perjalanan dari paket wisata ini terdiri dari acara menonton pertunjukan Tari Barong, menyaksikan sawah bertingkat di Tegallalang dan mengunjungi Desa Kintamani sambil menikmati makan siang. Nah, setelah itu baru dilanjutkan dengan mengunjungi Pura Besakih. Acara ini bisa bervariasi tergantung operatornya.