Resep “Anti-Galau Liburan” dari Dokter Senyum

Kartun dokter
Ilustrasi 'dokter anti galau.' (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

SELAMAT datang di Hotel Paradisos, tempat  sinar mentari pagi Bali yang‎ seolah menyembuhkan segalanya, kecuali mungkin, “galau liburan.” Untuk penyakit unik ini, Paradisos punya resep rahasia: Klinik Ceria dan sang primadona, Dokter Rio, alias “Dokter Senyum.”

Dokter Rio bukan dokter biasa. Rambutnya agak gondrong, senyumnya lebar, dan ia selalu memakai kemeja pantai daripada jas putih kaku. Meja kerjanya dipenuhi bola stres, puzzle, dan beberapa buku komik.

Suatu pagi, pintu kliniknya terbuka lebar. Sesosok wanita paruh baya dengan topi pantai tergesa-gesa masuk, wajahnya kusut. Ia bernama Bu Retno, dan jelas terlihat ia sedang tidak senang.

“Dokter, saya merasa… tidak berlibur!” serunya, suaranya sedikit parau. “Sudah empat hari di sini, saya belum juga rileks. Saya melihat semua orang bersenang-senang, saya merasa gagal liburan!”

Dokter Rio mengangguk dengan senyum sabar. “Ah, Sindrom Ekspektasi Berlebihan, Bu Retno. Penyakit musiman yang kerap menyerang wisatawan di hotel bintang lima.” Ia mengambil pulpennya. “Gejala: membandingkan diri dengan influencer di Instagram, cemas jika tidak mengunggah foto matahari terbit setiap pagi, dan merasa bersalah jika tidur siang.”

Bu Retno melongo. “Kok Dokter tahu persis?”

“Resepnya sederhana,” kata Dokter Rio, menulis di kertas resep. “Pertama, ‘Detoks Digital 4 Jam’. Simpan ponsel Anda, ya. Kedua, ‘Terapi Pantai Pasir Diam’. Duduk saja, jangan lakukan apa-apa, nikmati pasir di sela jari kaki. Ketiga, dan yang terpenting, ‘Senyum Tanpa Alasan Minimal 5 Menit’ setiap hari.”

“Senyum tanpa alasan? Saya tidak mood senyum, Dokter!”

“Itu efek samping obatnya, Bu. Percayalah. Liburan itu bukan perlombaan.”

Ketika Koper Menyebabkan Insomnia

—–

Kasus lain yang tak kalah unik adalah Pak Slamet. Ia datang dengan mata panda dan wajah pucat. “Dokter, saya tidak bisa tidur. Sejak koper saya sempat hilang saat di bandara, saya jadi insomnia akut. Takut ada yang hilang lagi di kamar!”

Dokter Rio mengamati Pak Slamet dengan saksama. “Aha! Ini adalah ‘Sindrom Koper Hilang yang Menghantui Tidur’. Penyebabnya, otak kita masih sibuk mencari keberadaan koper, bahkan saat kita sudah tidur.”

“Lalu, obatnya apa, Dokter? Obat tidur?”

Dokter Rio tersenyum. “Resepnya bukan obat tidur, Pak. Resepnya adalah ‘Meditasi Koper Datang’. Setiap malam sebelum tidur, bayangkan koper Anda sudah aman di rumah, semua isinya lengkap, dan Anda sedang memilah-milah oleh-oleh. Visualisasikan dengan detail. Dan yang paling penting, sebelum tidur, lakukan ‘Pengecekan Koper Minimalis’: hanya pastikan ia sudah terkunci, lalu lupakan.”

Pak Slamet tampak ragu, tapi putus asa. “Baiklah, Dokter. Saya akan coba.”

Alergi Pekerjaan dan Lomba Kesehatan Unik

Puncak komedi terjadi saat Hotel Paradisos mengumumkan “Lomba Kesehatan Unik.” Staf lain skeptis dengan Dokter Rio. Suster Dina, perawat senior yang lebih konvensional, sering geleng-geleng kepala.

“Dokter, Anda yakin resep ‘terapi melamun di kolam renang’ itu etis?” tanya Suster Dina suatu pagi.

“Suster Dina, melamun itu adalah ‘aktivasi mode hemat energi otak’. Sangat ilmiah,” jawab Dokter Rio sambil mengedip.

Seorang pebisnis muda, Rizal, datang dengan gatal-gatal di seluruh tubuh setelah seharian menjawab email kerja di tepi kolam. “Saya pikir ini alergi matahari, Dokter!”

Dokter Rio memeriksa. “Bukan alergi matahari, Mas Rizal. Ini ‘Alergi Pekerjaan Akut’. Gejala: gatal-gatal, iritasi, dan keinginan kuat untuk melempar laptop ke laut. Penyebab: paparan berlebihan terhadap tekanan kerja saat seharusnya bersantai.”

“Lalu, obatnya?”

“Resepnya adalah ‘Mandi Air Terjun Tanpa Gadget’, diikuti dengan ‘Terapi Nggak Mikirin Deadline’ selama minimal satu jam. Resep ini akan memicu respons relaksasi alami tubuh Anda.”

Rizal, awalnya skeptis, akhirnya mencoba resep Dokter Rio. Sorenya, ia kembali dengan senyum lebar, gatal-gatalnya mereda. “Aneh, Dokter. Tapi berhasil! Rasanya seperti beban berat terangkat.”

Di hari Lomba Kesehatan Unik, Dokter Rio mempresentasikan kasus-kasusnya. Dia menjelaskan secara sederhana bagaimana stres memengaruhi tubuh, bagaimana ekspektasi bisa merusak kebahagiaan, dan bagaimana mindfulness serta humor dapat menjadi alat penyembuhan. Ia menunjukkan testimoni dari Bu Retno yang kini tersenyum lepas, Pak Slamet yang akhirnya bisa tidur nyenyak, dan Rizal yang mulai membatasi interaksi dengan kerja saat liburan.

Juri, yang awalnya menahan tawa, akhirnya mengangguk kagum. Dokter Rio membuktikan bahwa pendekatan yang tidak konvensional, namun berbasis empati dan pemahaman akan psikologi manusia, bisa sama efektifnya dengan obat-obatan. Klinik Ceria memenangkan lomba.

Sejak itu, Dokter Rio dan Klinik Ceria menjadi legenda di Hotel Paradisos. Para tamu tidak lagi takut “galau liburan.” Mereka tahu, ada “Dokter Senyum” yang siap dengan resep uniknya, mengingatkan bahwa liburan itu seharusnya menyembuhkan, bukan menambah beban. Dan kadang, yang kita butuhkan hanyalah senyum, tawa, dan sedikit jeda dari kekhawatiran dunia. (*)

banner 300x250

Related posts