Sebuah Undangan ke Taman Kayu Apung di Dunia Gaib 

  • Whatsapp
Taman kayu apung
Ilustrasi taman kayu apung di dunia gaib. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

KAYU apung bukan hanya benda mati. Di tangan yang tepat, ia bisa menjadi pintu menuju dunia lain, sebuah taman rahasia, taman kayu apung, yang hanya bisa diakses oleh mereka yang memiliki hati yang murni.

Dengan semangat menjaga kebersihan pantai, seorang pembuat garam, Arman bersama anjing kesayangannya Bruno, memulai petualangan yang tak terduga. Agar pantai di sekitarnya tetap bersih, kayu apung dikumpulkan di suatu tempat, dan sahabat dari dunia lain membuatnya menjadi sebuah taman indah, sebuah dunia baru yang penuh keajaiban.

—–

Di pinggir pantai sebuah desa kecil, hiduplah seorang lelaki bernama Arman. Ia bukan seorang nelayan, melainkan seorang pembuat garam yang tinggal di tepi laut bersama anjing setianya, Bruno. Hobinya adalah berjalan sepanjang garis pantai, mengumpulkan kayu apung yang terdampar setelah badai.

“Kayu ini terlalu indah untuk dibiarkan menjadi sampah,” katanya, sambil mengisi gerobak kecilnya dengan potongan kayu berbentuk unik.

Arman punya alasan sederhana: ia ingin menjaga pantai tetap bersih dan indah. Ia sering menyusun kayu-kayu itu menjadi karya seni kecil yang ia tinggalkan di tepi pantai sebagai penghias.

Malam yang Aneh

Suatu malam, setelah badai besar, Arman dan Bruno berjalan lebih jauh dari biasanya, menyusuri pantai yang sepi. Mereka menemukan kayu apung dalam jumlah luar biasa banyak, seolah-olah laut sengaja mengirimkannya. Tiba-tiba, kabut tebal turun, dan langit berbintang di atas mereka perlahan memudar.

Saat itulah Bruno mulai menggonggong, matanya terpaku pada sebuah celah cahaya di antara kumpulan kayu besar yang berserakan. Arman, meskipun ragu, memutuskan untuk mengikuti cahaya itu. Dengan langkah pelan, ia masuk ke dalam, dan sebelum ia menyadari apa yang terjadi, ia sudah tidak lagi berada di pantai.

Taman di Dunia Gaib

Arman membuka matanya dan mendapati dirinya berdiri di sebuah taman yang luar biasa indah. Di sekelilingnya, kayu-kayu apung yang ia kumpulkan selama ini tersusun menjadi pohon hidup, lengkungan, dan jembatan melayang. Ranting-ranting kayu itu mengeluarkan cahaya lembut, seperti kunang-kunang yang bersinar. Bruno tampak bingung, tetapi tidak ketakutan.

Dari balik pepohonan, muncullah makhluk-makhluk kecil berwujud aneh namun ramah. Mereka memiliki tubuh seperti ranting kayu yang lentur, dengan mata berkilauan seperti bintang. Salah satu dari mereka, yang tampaknya pemimpin, mendekati Arman.

“Selamat datang, manusia. Kau tak sadar bahwa selama ini kau telah membantu dunia kami,” kata makhluk itu dengan suara lembut yang bergema di udara.

Arman kebingungan. “Apa maksudmu? Aku hanya mengumpulkan kayu-kayu dari pantai,” jawabnya.

Makhluk itu tersenyum. “Kayu apung yang kau kumpulkan berasal dari perbatasan dunia kami. Kami menggunakannya untuk membangun taman ini, tempat kami hidup dan menjaga keseimbangan alam. Tanpa jasamu, taman ini tak akan seindah ini.”

Tiga Hari di Dunia Gaib

Arman dan Bruno diundang untuk tinggal sementara di dunia itu. Selama tiga hari, mereka disuguhi makanan lezat dari buah-buahan bercahaya, minuman yang terasa seperti embun segar, dan cerita-cerita dari para makhluk kayu. Arman terpesona dengan keindahan taman tersebut, di mana semuanya hidup dan saling terhubung. Bahkan kayu terkecil memiliki peran penting.

Arman juga diajak melihat proses bagaimana kayu apung yang ia kumpulkan diolah menjadi bagian dari taman. Dengan sihir yang lembut, kayu-kayu itu dipadukan hingga membentuk struktur yang sempurna, seakan memiliki jiwa sendiri. Ia merasa bangga bahwa tindakannya yang sederhana ternyata berdampak besar pada dunia yang tak pernah ia bayangkan.

Kembali ke Dunia Asal

Di hari ketiga, seorang tetua dari dunia gaib datang menemui Arman. Tetua itu adalah sosok besar yang tubuhnya terbuat dari akar dan batang pohon besar. Suaranya dalam dan menenangkan.

“Arman, waktumu di sini sudah cukup. Kami tak bisa membiarkanmu tinggal lebih lama, karena dunia manusia membutuhkanmu. Namun, ingatlah, setiap kayu yang kau kumpulkan akan selalu menjadi bagian dari keajaiban taman ini.”

Tetua itu mengantar Arman dan Bruno kembali ke celah di mana mereka masuk. Dengan langkah berat, Arman berpamitan pada para makhluk kayu, berjanji untuk terus menjaga pantai seperti biasa.

Kembali ke Pantai

Saat Arman membuka matanya, ia mendapati dirinya kembali di pantai. Kabut telah hilang, dan matahari pagi menyinari garis pantai yang tenang. Bruno menggonggong pelan, seolah mengisyaratkan bahwa semua yang terjadi adalah nyata.

Arman melihat ke sekeliling dan menyadari ada sesuatu yang berbeda. Di dekat tempat ia berdiri, ada sebuah ranting kecil yang bercahaya lembut, mirip seperti yang ia lihat di taman gaib. Ia memungutnya dan tersenyum.

Sejak saat itu, Arman merasa tugasnya lebih berarti. Ia tak lagi sekadar membersihkan pantai, tetapi menjaga hubungan tak kasat mata antara dunia manusia dan dunia gaib.

Arman kemudian berjalan di sepanjang pantai, Bruno di sisinya, dan cahaya matahari menyinari lautan. Di kejauhan, tampak ranting-ranting kayu yang bercahaya, seolah taman gaib masih mengawasi mereka dari jauh.

banner 300x250

Related posts

banner 468x60