Setelah Janjikan Permen, Mesin Pemotong Rumput Pun Hidup

Ilustrasi tukang kebun villa
Ilustrasi tukang kebun villa.
banner 468x60
  • MADE Doe, seorang tukang kebun di sebuah vila, sedang memotong rumput. Mesinnya mati setelah ia coba hidupkan berkali-kali
  • Kemudian Made berjanji kepada ‘penghuni alam gaib’ memberi permen bila mesinnya bisa dihidupkan

HARI sudah agak siang, sekira pukul 10 pagi namun sinar matahari agak meredup karena awan. Made Doe, seorang tukang kebun villa sedang melaksanakan tugasnya merawat rerumputan di taman yang berada di pinggir sungai dekat bendungan irigasi subak.

Ia bekerja menata taman dengan mesin pemotong rumput agar selalu kelihatan rapi dan asri. Karena ia juga seorang pecinta tanaman dan alam hijau, ia sangat menikmati pekerjaannya tersebut. Di sekelilingnya masih banyak burung lokal berkicau. Baginya, nyanyian alam seperti itu membuat dirinya tenang dan semangat bekerja.

Read More

Setelah menyelesaikan pekerjaan di lima unit vila, ia beristirahat sejenak di dekat bendungan kecil. Ia membuka sepatu pacetnya dan mencelupkan kakinya kedalam air. Waah, segarnya air sungai yang mengalir jernih, sangat menenangkan.

“Nah, sekarang saya tinggal memotong rumput di tiga vila lagi. Paling sebelum tengah hari, pekerjaan ini sudah akan tuntas,” katanya dalam hati.

Ia kembali memeriksa mesinnya apakah minyaknya masih cukup untuk melanjutkan pekerjaan. Oh, ternyata, minyak cukup hingga pekerjaan selesai. Setelah beristirahat barang sepuluh menit, ia melanjutkan pekerjaan.

“Cerrr….cerrrrrrrrrrrrrrrrr…”

“Mengapa bisa macet, tadi nggak apa-apa. Lancar jaya,” gumamnya.

Beberapa kali ia sudah mencoba untuk menghidupkan mesinnya, namun tetap sia-sia, tidak mau hidup.

Kemudian ada seorang kakek yang kebetulan lewat dan hendak ke kebunnya di dekat vila tersebut. Ia pun mencoba meminta bantuan untuk menghidupkannya.

“Kek, tolong bantu sebentar ya untuk menghidupkan mesin ini. Tadi saya sudah berkali-kali mencoba menghidupkannya. Namun, tidak berhasil juga. Siapa tahu, kakek bisa kali ini,” pintanya.

“Cerrrr….Cerrrrrrrrrr….Cerrr.”

Entah berapa kali kakek itu sudah mencobanya, namun tidak berhasil juga. Akhirnya, ia pun menyerah.

“Maaf, De, kakek tidak bisa. Silakan Made mencobanya lagi siapa tahu kali ini bisa,” kata sang kakek sambil mohon diri untuk melanjutkan perjalanan ke kebunnya.

Made Doe mengucapkan terima kasih kepada sang kakek. Kemudian ia berpikir, apa gerangan masalahnya ya, padahal tadinya oke-oke saja dan tidak ada masalah. Minyak dan olinya pun masih cukup dan tidak ada yang kurang.

Nah, kemudian teringatlah dia bahwa tempat di sekitar bendungan itu, tepatnya di hulu bendungan angker itu ada beberapa pohon besar, memang agak angker. Kata orang-orang, hal itu terkait dengan alam gaib atau komunitas ‘wong samar.’ Ia pun menerawang kembali cerita-cerita yang pernah ia dengar terkait tempat tersebut.

“Wahai Jero (Tuan) yang ada di sini, begini saja. Tolong bantu saya menghidupkan mesin ini, nanti kalau bisa hidup, saya kasih Jero permen,” janjinya seperti ada yang diajak bicara. Maksudnya, ia berjanji kepada ‘mereka’ si penghuni alam gaib, penunggu tempat itu.

“Cerrrr…cerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr.”

“Wah akhirnya bisa hidup juga,” ia pun sangat senang.

“Ini berarti saya harus segera ke warung ini untuk beli permen biar pekerjaanku hari ini cepat rampung.”

Tanpa menunda atau ba bi bu lagi, ia pun bergegas ke warung untuk membeli permen sesuai apa yang ia janjikan tadinya. Memang tempat itu terbilang angker seperti dikatakan penduduk di sekitarnya.  Setelah kejadian itu, ia selalu menghaturkan permen di tempat itu sebelum memulai pekerjaan untuk mengantisipasi gangguan ‘non-teknis’ seperti itu.

banner 300x250

Related posts