Si Pencuri Daging Babi Beraksi di Pasar

  • Whatsapp
Si Pencuri Daging Babi Beraksi Lagi
Ilustrasi penjuan daging di pasar.
banner 468x60
  • SAAT menyambut Hari Raya Galungan umat Hindu sibuk menyiapkan segala sesuatunya, termasuk bahan upacara dan daging untuk persembahan dan hidangan
  • Seorang wara bernama Pak Beo justeru memanfaatkan momen keramaian untuk mencuri daging babi di pasar. Ulah yang kedua kalinya itu telah membuatnya bertobat. Mengapa?

Kendati udara masih terasa dingin, seperti biasa Pak Riri sudah berangkat ke pasar pukul tiga dini hari. Pelanggan daging babinya pasti sudah ada yang menunggu karena hari itu Hari Penyajaan (Hari Senin).

Pagi itu pasar lebih ramai dari biasanya. Maklumlah masyarakat Bali sedang menyiapkan diri untuk Hari Raya Galungan pada Hari Rabu. Benar saja, beberapa orang sudah ada yang menunggu. Pak Riri segera menggelar dagangannya.

Read More

“Pak, saya mengambil pesanan daging saya yang 5 kg, pesanannya atas nama ini,” kata seorang pembeli sambil memberikan secarik kertas agar Pak Riri mudah mencari paketnya.

“Baik, sebentar ya Pak. Nah, ini dia.”

“Terima kasih.”

Semakin pagi semakin banyak orang yang mengambil pesanannya. Pesanan sebanyak 30 bungkus, kelihatan masih sekitar 10 bungkus saja. Kemudian datang Kakek Putu yang juga akan mengambil pesanannya. Kira-kira ia sudah berlangganan di sini selama lima tahun.

“Pak Riri, pesanan saya sudah siap ya, Pak?” tanya Kakek Putu.

“Sudah Pak, silakan ambil di sebelah sana. Tadi saya sudah tempeli labelnya.”

Kakek Putu mondar-mandir mencari paket pesanan dagingnya di tempat yang ditunjukkan namun tidak juga ditemukan.

“Tadi saya taruh di sana, Kek.”

“Masak ya, Kek. Coba saya bantu, apa memang tidak ada.”

“Wah, mungkin ada yang mengambil Kek?”

“Tidak mungkin, saya sudah buat paketnya sesuai dengan jumlah pesanan.”

“Siapa tahu ada yang keliru ngambil.”

“Kalau begitu, pasti ada yang tersisa Kek.”

“O ya, ya. Gini aja Kek. Saya siapkan ulang pesanan Kakek.”

“Baiklah Pak, terima kasih.”

“Maaf ya Kek. Saya memang sudah menyiapkan paket pesanan Kakek tadi. Mungkin ada yang mengambil karena saya tadi sibuk melayani pembeli langsung. Jadi saya tidak hirau.”

Urusan pesanan Kakek Putu itu sudah selesai. Namun Pak Riri masih penasaran karena kasus yang sama juga terjadi pada hari raya sebelumnya. Satu paket dagingnya juga hilang.

Ia tidak mau pusing-pusing terus memikirkan masalah itu. Ia berpasrah saja dan menyerahkan masalah itu kepada Yang Kuasa.

Sore harinya setelah selesai berjualan, ia sembahyang ke pura pasar dan dalam doanya ia menyampaikan kejadian yang menimpanya. Ia memohon, barangsiapa yang mengambil paket daging tersebut semoga menyadari perbuatannya. Bila lupa membayar, semoga segera menyusul. Kalau itu pencurian murni, semoga tidak mengulangi lagi untuk yang ketiga kalinya.

***

Pada malam harinya, Pak Beo, orang yang mengambil paket daging tadi dan tidak membayar, bermimpi dikejar oleh dua sosok berbadan kekar sambil membawa tali tambang. Sosok itu berteriak-teriak menyuruh dia berhenti dan membayar bungkusan yang dibawanya.

“Kalau tidak bayar besok, kami akan terus mengejar dan menangkap Bapak. Ingat itu baik-baik!” kata salah satu sosok itu.

“Burrrr…….” Pak Beo tercebur ke dalam selokan yang berair deras.

“Tolong-tolong,” pinta Pak Beo.

Seketika itu pula Pak Beo terbangun dari mimpinya. Keringat dingin melanda sekujur tubuhnya. Dalam mimpi tersebut ia merasa panik dan tak kuat berlari, tiba-tiba terjatuh kedalam selokan.

Isterinya pun dibuat kaget karena suaminya terdengar minta tolong seperti mengigau. Ia lalu terbangun dan langsung mengambilkan segelas air diberikan kepada suaminya.

“Pak, minum dulu biar agak tenang,” kata Bu Beo.

“Bu, aku tadi bermimpi dikejar-kejar dua sosok berbadan kekar, tapi wajahnya tidak jelas kelihatan. Pokoknya menakutkan,” kata Pak Beo yang masih ngos-ngosan.

“Memangnya ada apa dengan Bapak, kok bisa mimpi begitu?”

“Maaf ya, Bu. Tadi pagi saya mengambil paket daging babi di pasar tapi tidak bayar.”

“Oooh, begitu to. Tidak benar perbuatan Bapak itu, itu namanya mencuri Pak. Bapak harus selesaikan urusan ini sebelum hari raya. Masak kita pakai daging curian untuk berhari raya?”

“Bagaimana caranya. Bapak tidak ada ide dan malu kalau minta maaf ke sana. Apalagi dilihat orang banyak di pasar Bu.”

Pak Beo juga menambahkan bahwa sosok itu menyuruhnya membayar bungkusan (daging) itu, paling lambat besok. Kalau tidak, ia akan ditangkap.

“Wah, apalagi demikian. Itu mungkin sosok penjaga niskala (tidak nyata)-nya. Cepat Bapak ke pasar dan selesaikan urusan itu. Begini saja Pak, nanti Bapak ke pasar dan beli daging sekilo di tempat itu juga, lalu titip uang untuk harga daging yang Bapak ambil kemarin. Bilang saja, Bapak membawa titipan dari tetangga yang kemarin lupa membayar daging karena buru-buru.”

Selama perjalanan ke pasar, ia terus berdoa agar tidak ada masalah dan segala sesuatunya berjalan lancar. Itu adalah tindakan pencurian kedua yang ia lakukan karena ia melihat ada kesempatan lagi dan pedagang tidak rungu karena ramainya pembeli.

***

“Pak, saya beli sekilo dagingnya,” kata Pak Beo sambil berusaha agar kelihatan setenang mungkin. Saat itu, pembeli kelihatan agak sepi karena sudah agak siang.

“Baik Pak. Nah, ini dagingnya,” kata Pak Riri.

“O, ya Pak, ini saya ada titipan dari tetangga berupa uang untuk satu paket daging yang ia beli kemarin. Katanya lupa membayar karena buru-buru,” tambah Pak Beo.

“Oh begitu, baik saya terima uangnya Pak. Terima kasih banyak.”

“Sama-sama Pak,” sahut Pak Beo.

Setelah membeli daging dan ‘membawa titipan uang’ tersebut ia merasa lega. Berbeda dengan pencurian yang ia lakukan pada hari raya sebelumnya, ia tidak mengalami masalah apa-apa. Namun, kali ini berbeda. Ia masih terbayang dengan mimpinya itu dan ingin menyelesaikan masalahnya secepat mungkin. Akhirnya, si pencuri bertaubat untuk tidak mengulanginya lagi. (*)

banner 300x250

Related posts

banner 468x60