- DEWA RUCI adalah sebuah patung yang berdiri kokoh di persimpangan Jalan Bypass Ngurah Rai yang menghubungkan kawasan wisata favorit di Bali yaitu Nusa Dua, Kuta, Tanah Lot (Sunset Road) dan Sanur
- Diilhami epos Mahabharata, patung ini seperti menjadi penunjuk arah menuju destinasi wisata yang menawarkan kedamaian dan ketenangan (baca: Xanadu) di Bali
Ketika berwisata di Pulau Dewata, dari arah Bandara atau Nusa Dua menuju Sanur, Anda akan menjumpai sebuah patung besar di persimpangan Jalan Bypass Ngurah Rai-Jalan Sunset Road (dekat underpass). Patung gagah perkasa itu menggambarkan sosok Bima.
Patung yang dinamis dan estetis tersebut dibangun pada tahun 1996 dan menggambarkan sosok Dewa Ruci yang diangkat dari cerita pewayangan khususnya kisah Bima (Werkudara) ketika melakukan perjalanan spiritual guna mencari Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.
Hal Teknis
Secara teknis, patung Dewa Ruci di simpang jalan ini, oleh pembuatnya Wayan Winten, didesain memuat tiga sosok utama. Ada Dewa Ruci sendiri (patung Acintya) yang mengamati Bhima, sosok manusia (Bima) yang dililit sosok Naga Baruna (Naga Neburnawa) dan menguak mulut naga itu yang sedang dilanda amarah karena Bhima nekat ingin masuk ke Samudra Selatan. Lalu pada bagian terbawah ada gelombang air laut sebagai simbolik samudera.
Seniman Wayan Winten ini memang berdarah seniman yang sudah belajar mematung sejak usia 7 tahun. Patung Dewa Ruci itu dibuatnya dari bahan beton agar kokoh, kuat dan tahan lama.
Sinopsis
Dalam epos Mahabharata, Bima digambarkan sebagai sosok yang jujur, pemberani dan setia kawan. Sifat ini justeru dimanfaatkan oleh Kurawa melalui Drona (guru dari Bima) untuk mencari Tirta Amertha (air suci kehidupan) di dasar laut. Perjalanan ke sana amatlah sulit dan penuh rintangan. Ia sempat dihadang oleh Naga Baruna namun berhasil dilumpuhkan.
Pada kesempatan lain, Bima bertemu makhluk kecil yang mirip dirinya, bernama Dewa Ruci. Aneh bin ajaib, kendati mahluk itu berwujud mungil ternyata Bima bisa masuk ke dalam telinga Dewa Ruci. Di dalamnya, Bima menemukan tempat yang penuh kedamaian dan kenyamanan (Xanadu). Nah, suasana ini membuatnya enggan beranjak dari sana. Dewa Ruci lalu menjelaskan bahwa Bima hanya boleh tinggal di sana setelah kematian, dan Bhima sendiri harus kembali ke mayapada untuk melanjutkan tugasnya.