Sunset Cruise 2099: Cinta dalam Dunia Digital

  • Whatsapp
sunset cruise
Ilustrasi seorang penumpang yang ikut berlayar dalam paket sunset cruise. (Image: GwAI/Nusaweek)
banner 468x60

LANGIT Bali di tahun 2099 berubah menjadi kanvas warna neon, berpadu dengan semburat jingga matahari yang tenggelam di cakrawala. Di atas perairan yang tenang, kapal pesiar Sunset Aurora melaju dengan tenang, mengandalkan tenaga surya dan sistem anti-gravitasi yang membuatnya melayang beberapa sentimeter di atas ombak.

Malam itu adalah Valentine’s Day, dan para tamu menikmati pengalaman dinner eksklusif: Sunset Cruise Futuristik di perairan laut Bali Selatan.

Read More

Di salah satu dek pribadi, Reza, seorang influencer terkenal di dunia maya, sedang sibuk mengatur NeonCam X5-nya. Teknologi augmented reality yang tertanam dalam perangkat itu mampu menciptakan latar belakang virtual terbaik untuk ribuan pengikutnya.

“Matahari terakhir di Bali sebelum kita beranjak ke era digital sepenuhnya,” tulisnya di kapsi yang langsung terhubung ke MetaSphere, media sosial yang menjadi pusat dunia virtual.

Namun, perhatiannya teralihkan oleh seorang wanita di sudut dek. Alya, seorang seniman digital, duduk menikmati angin laut tanpa perangkat apa pun. Berbeda dengan kebanyakan orang yang berlomba-lomba memamerkan momen digital terbaik mereka, Alya justru menikmati suasana tanpa filter.

“Kau tidak merekam?” tanya Reza, penasaran.

Alya tersenyum, “Tidak semua momen harus diabadikan dalam dunia maya. Kadang, cukup dirasakan.”

Reza terdiam. Selama ini, hidupnya hanya tentang angka-angka: jumlah like, followers, engagement rate. Tapi malam itu terasa berbeda. Dengan latar belakang matahari terbenam yang diterangi oleh drone-lampu holografik, dia melihat sesuatu yang belum pernah ia sadari: keindahan nyata yang tidak bisa dikurasi.

Saat malam tiba, kapal memasuki fase Immersive Experience Mode—teknologi yang memungkinkan para tamu melihat versi digital dari dunia masa lalu. Lewat kacamata realitas campuran, mereka seolah kembali ke Bali abad ke-20: tanpa gedung pencakar langit melayang, tanpa mobil otonom di udara, hanya perahu kayu nelayan dan suara ombak yang alami.

Alya menoleh ke Reza, “Mungkin, kita tidak benar-benar membutuhkan semua ini untuk merasa bahagia.”

Reza tersenyum. Malam itu, untuk pertama kalinya, ia memutuskan untuk tidak mengunggah apa pun ke MetaSphere. Kadang, kenangan terbaik adalah yang tersimpan di hati, bukan di cloud.

Namun, sebelum ia sempat menjawab, sebuah sirine halus berbunyi di seluruh kapal. Sistem keamanan Sunset Aurora mendeteksi adanya anomali dalam jaringan realitas campuran. Langit virtual yang seharusnya stabil tiba-tiba berubah, menampilkan fragmen-fragmen memori dari berbagai era yang tak terkendali. Para tamu mulai panik.

Alya segera mengambil alih situasi. Dengan keahliannya dalam seni digital dan keamanan jaringan, ia membuka tablet holografik portabelnya. “Ini bukan gangguan biasa. Ada seseorang yang mencoba meretas sistem!”

Reza, yang biasanya hanya peduli dengan tampilan media sosialnya, kini justru terpacu. “Aku punya akses ke pusat data MetaSphere. Mungkin aku bisa mencari tahu siapa dalangnya.”

Mereka berdua bergegas ke ruang kendali, melewati lorong-lorong yang saat itu dipenuhi proyeksi visual dunia yang terus berubah—sekali waktu mereka melihat desa tradisional Bali, lalu mendadak berada di tengah kota neon Tokyo tahun 2050. Jika mereka tidak menghentikan ini segera, Sunset Aurora bisa terjebak dalam anomali waktu digital selamanya.

Di ruang kendali, mereka menemukan pesan yang menyala di layar utama:

“Kenangan tidak bisa dimonopoli. Jika dunia nyata terlupakan, maka biarkanlah sejarah berbicara.”

Reza dan Alya saling berpandangan. Ini bukan sekadar gangguan sistem—ini adalah pesan dari seseorang yang ingin mengingatkan dunia tentang sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar perjalanan digital.

“Siap untuk menyelamatkan Bali dan masa depannya?” tanya Alya.

Reza tersenyum, kali ini bukan untuk konten—melainkan untuk sebuah petualangan yang sesungguhnya.

Mereka mulai menyusuri jalur data yang telah diretas, menguraikan kode-kode aneh yang mengarah ke sumber peretasan. Ternyata, ada sekelompok individu yang menyebut diri mereka “The Keepers of Reality”—sebuah kelompok yang berjuang untuk mengembalikan manusia ke kehidupan nyata dan menjauh dari ketergantungan terhadap dunia digital.

“Mereka mengirimkan kode ini untuk membuka portal ke realitas yang telah lama kita tinggalkan,” gumam Alya. “Jika kita tidak hati-hati, semua yang ada di sini bisa berubah menjadi masa lalu yang tak bisa diubah.”

Tiba-tiba, sebuah hologram muncul di tengah ruangan. Sosok seorang pria tua dengan jubah elektronik menatap mereka dengan penuh arti. “Reza, Alya… kalian masih bisa memilih. Masa depan yang penuh dengan memori buatan, atau kembali merasakan hidup yang sesungguhnya.”

Reza merasa dadanya berdebar. Ini bukan hanya tentang perjalanan di kapal ini, tapi tentang pilihan seluruh umat manusia. Apakah mereka akan terus hidup dalam dunia yang sepenuhnya digital, atau kembali menikmati dunia nyata dengan segala ketidaksempurnaannya?

“Kita harus menemukan cara untuk menyeimbangkan keduanya,” kata Reza akhirnya.

“Teknologi tidak harus menggantikan kenyataan, tetapi melengkapinya.”

Alya mengangguk. “Dan kita hanya punya satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya.”

Dengan cepat, mereka mengakses jaringan utama dan mulai memodifikasi algoritma yang menjaga keseimbangan antara dunia digital dan realitas. Ketika kode terakhir dimasukkan, langit virtual Sunset Aurora mulai kembali normal, perlahan mengembalikan dunia ke keadaan semula.

Para penumpang mulai tersadar, seolah baru bangun dari mimpi panjang. Matahari terbenam di cakrawala kini tampak lebih nyata dari sebelumnya. Reza menatap Alya dan tersenyum, menyadari bahwa malam itu ia telah menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga dari sekadar konten viral—sebuah kenyataan yang tak tergantikan.

“Selamat Hari Valentine,” bisik Alya.

Reza hanya mengangguk, menikmati momen yang tidak perlu diunggah ke MetaSphere, tetapi akan selalu tersimpan dalam hatinya. (*)

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *