PAK WAYAN, seorang pemandu wisata bersepeda yang terkenal ramah dan sabar, sedang mengantar tiga orang tamu menelusuri alam pedesaan Bali. Dua tamu Eropa, Pak Peter dan Bu Peter, sangat menyenangkan dan mudah diarahkan. Namun, tamu yang ketiga, Pak Robert, lain ceritanya. Dia selalu arogan dan susah dikasi tahu.
Ketika mereka tiba di sebuah turunan curam di dekat rumpun bambu, Pak Wayan mengingatkan para tamu wisata bersepeda itu untuk berhati-hati dan mengikuti instruksinya. Pak Peter dan Bu Peter mengikuti arahan dengan baik, tetapi Pak Robert malah mendahului mereka dengan kecepatan tinggi.
“Wah, santai Pak Rober! Jalurnya licin, berliku dan berbahaya!” teriak Pak Wayan.
Namun, Pak Robert malah tertawa dan berkata, “Ah, santai saja Pak Wayan. Saya terbiasa melintasi jalur pedesaan seperti ini di negara saya. Ini tidak seberapa!”
Pak Wayan hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah. Tak lama kemudian, Pak Robert kehilangan kendali sepedanya dan terperosok ke jurang kecil dekat rumpun bambu. Untungnya, dia tidak terluka parah, hanya lecet dan terkilir.
Dengan susah payah, Pak Wayan dan dua tamu lainnya membantu Pak Robert naik ke atas. Pak Robert, yang sebelumnya arogan, kini tampak malu dan menyesal. Seluruh badannya tercebur ke dalam kolam dangkal sehingga badannya belepotan dengan lumpur.
“Maaf Pak Wayan, saya tadi ceroboh,” kata Pak Robert. “Saya tidak tahu kalau medannya di sini berbeda dengan di negara saya.”
Pak Wayan tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa Pak Robert. Akhirnya Bapak tahu setelah mengalaminya. Untungnya tidak ada yang terluka parah. Lain kali, tolong dengarkan instruksi saya dan jangan sombong.”
Pak Robert mengangguk dan berjanji untuk lebih berhati-hati di masa depan. Pengalaman dalam wisata bersepeda ini menjadi pelajaran berharga baginya untuk tidak meremehkan medan yang unfamiliar.
Moral cerita: Kesombongan hanya akan membawa malapetaka. Selalu dengarkan arahan orang yang lebih berpengalaman, terutama ketika berada di tempat yang baru.