- TARI BARONG dan Keris dipentaskan secara regular setiap hari kepada para turis di beberapa panggung seni di Denpasar dan Gianyar
- Salah satu tema ceritanya adalah Kunti Seraya yang diangkat dari epos Mahabharata
Tari Barong dan Keris yang menjadi salah satu ikon seni pertunjukan dalam pariwisata Bali adalah pentas seni legendaris dan disajikan secara reguler setiap hari untuk para turis atau wisatawan. Pertunjukan drama tari ini pukul 9 pagi hingga pukul 10..
Nah, setelah menonton Tari Barong (ket) ini, mereka melanjutkan aktivitas wisata seperti mengambil city tour atau wisata dalam kota, ada yang berkunjung ke Desa Mas, Ubud untuk melihat dari dekat aneka seni kriya atau berwisata ke objek Kintamani, Bangli.
Tari barong khusus untuk wisatawan termasuk balih-balihan (seni hiburan) atau juga disebut seni profan Sedangkan versi sakralnya juga ada, namun khusus dipentaskan terkait dengan uapacara yadnya di pura.
Sejarah singkat
Tarian ini diciptakan oleh I Made Kredek dari Singapadu pada tahun 1948 dengan mengambil cerita Kunti Sraya dalam kisah epos Mahabharata. Pertunjukan ini dikemas sedemikian rupa sehingga bisa berlangsung satu jam, dengan menggunakan topeng-topeng non-sakral. Gamelan Bebarongan digunakan untuk mengiringi pentas ini. Lama-kelamaan, tema cerita ini ditiru oleh kelompok-kelompok barong dari Batubulan.
Sinopsis
Pertama-tama, Sahadewa diceritakan diikat di tengah hutan karena akan dipersembahkan oleh ibunya, Dewi Kunti, kepada Rangda. Untunglah pertolongan segera datang dari Dewa Siwa yang memberinya anugerah keabadian.
Berkat anugerah tersebut, Rangda tidak bisa memakannya. Ia pun akhirnya menyerah dan mohon dibebaskan dari kutukan agar bisa masuk surga. Sadewa yang baik hati itu pun mengabulkan permohonannya sehingga Rangda bisa mencapai moksa.
Pada kesempatan lain, Kalika, seorang pengikut Rangda, datang menghadap Sadewa. Dengan tujuan yang sama, ia memohon untuk diselamatkan. Sayangnya, permohonan tersebut ditolak. Tentu saja, hal ini membuatnya berang dan peperangan di antara mereka tak dielakkan. Kalika menjelma menjadi Rangda sedangkan Sadewa menjadi Barong. Nampaknya, kedua petarung memiliki kekuatan berimbang, sehingga pertarungan menjadi ‘seri.’.
Kemudian Kalika mengubah dirinya menjadi seekor babi hutan dan melawan Sadewa. Babi itu dapat ditundukkan. Tak puas dengan kekalahan tersebut, ia mengubah lagi dirinya menjadi seekor burung, lagi-lagi dapat dikalahkan. Akhirnya dia mengubah dirinya menjadi seorang Rangda.
Sementara itu, Sadewa bersemedi dan kemudian dia mengubah dirinya menjadi Barong. Tetap saja Rangda terlalu kuat dan pertarungan tak berkesudahan. Lalu muncullah para pengikut Sadewa (Barong) yang bersenjatakan keris. Lagi-lagi, satu per satu dari mereka bisa dikalahkan oleh Rangda. Mereka bahkan disihir sehingga menyerang diri sendiri. Berkat kehendak Tuhan, para pengikut Barong diberi kekuatan sehingga kebal.
Tari Barong dan Keris dipentaskan di beberapa panggung seperti di Batubulan (beberapa stage), Denpasar (Suwung Kawuh dan Desa Wisata Kertalangu), Ubud dan GWK.