Terlalu Bangga Akan Kemampuan Berakhir Memalukan

Demonstrasi drone
Ilustrarsi demonstrasi drone di pinggir pantai. (Kolase: Pixabay/Nusaweek)
banner 468x60

SEBUAH pameran produk militer internasional mengundang beberapa negara untuk berkumpul di sebuah pusat konvensi di tepi pantai dan memamerkan keunggulan teknologi militer mereka.

Sore harinya, salah satu negara yang terkenal dengan keangkuhannya, memandang rendah negara lain dan dengan bangga memeragakan pesawat drone terbaru negaranya yang diklaim mampu menghancurkan sasaran musuh dalam hitungan menit. Dengan percaya diri, pejabat negara itu menekan tombol di ponsel pintarnya untuk memeragakan kehebatan salah satu produk drone-nya.i dan memamerkan keunggulan teknologi militer mereka.

Namun, apa yang terjadi beberapa menit kemudian? Para pengunjung pameran pun menjadi bingung. Pesawat drone itu dikatakan tiba-tiba lepas kendali dan lenyap dari pemantauan si pemilik. Ekspresi wajah sang pejabat tersebut yang sebelumnya angkuh berubah menjadi panik dan nampak tak berdaya. Akhirnya, dengan malu-malu, ia memohon maaf kepada para peserta pameran dan pengunjung dengan alasan “ada masalah teknis”.

Tiba-tiba, seorang perwakilan dari sebuah negara kecil yang ikut perhelatan itu dan selama ini diam lalu angkat bicara, “Ada masalah Tuan? Saya mungkin bisa bantu?”

Dia menjelaskan bahwa pesawat drone itu sebenarnya dalam kondisi baik-baik saja, dan kini berada di tempat yang aman.

“Bagaimana Anda bisa tahu itu?”

“Saya menerima sinyal dari detektor bahwa itu akan mengancam properti kami. Nah, sekarang kendali drone Tuan saya ambil alih secara paksa.”

“Lho… bagaimana bisa begitu?” tanyanya semakin penasaran.

“Tuan telah melanggar perjanjian pembelian. Ingat di situ ada klausul bahwa pembeli tidak boleh mengancam atau menyerang properti atau apapun milik penjual. Sebagai kompensasi pasal itu, kami memberikan Tuan diskon 20 persen.”

Perwakilan penjual itu berhasil mengalihkan targetnya dari negaranya dan sekarang drone tersebut diparkir dengan aman di atas sebuah gedung di depan kantor pertahanan sang pejabat yang arogan tadi.

“Kalau mau, setelah mengambil alih kendali drone itu, saya bisa menggunakannya untuk menyerang kantor pertahanan Tuan. Namun, saya tak lakukan itu karena negara Tuan adalah klien kami yang penting.”

“Maaf…maaf…. Tuan, saya mengaku salah dan sudah memandang rendah negara lain. Saya benar-benar tak menyadarinya ada klausul perjanjian teknis seperti itu. Sekali lagi, maafkan saya.”

Akhirnya permasalahan itu bisa diselesaikan dengan baik-baik, di satu pihak tetap memegang kesepakatan dan pihak lainnya mengakui kesalahannya dan meminta maaf. (*)

banner 300x250

Related posts