- RASA lelah setelah pulang kerja terpulihkan setelah minum di bazaar pinggir jalan. Namun, karena asyik ngobrol hingga jatuh tertidur.
- Seperti tidak percaya, ketika terbangun saat fajar, ternyata Made Suka berada di atas pohon asam
Yang namanya jiwa muda, tenaga kuat, tiada rasa takut serta tidak mengenal lelah dalam melakukan hobi. Hal serupa juga ditunjukkan oleh seorang pemuda. Katakanlah namanya Made Suka, seorang pramuwisata.
Pada suatu hari ia mendapat tugas mengantar tamu check-out dengan pesawat DPS-TYO. Ia pun pulang dari bandara sekitar pukul 01:00 dini hari dan sempat mampir di kantor untuk mengambil sepeda motornya.
Seperti dijelaskan sebelumnya, pemuda lajang ini memang tipe pemberani. Sering ia pulang kerja lewat tengah malam kendatipun ia harus bekerja secara komuter, bolak-balik ke kampung yang berjarak sekitar 20 km dari rumahnya.
Kendatipun ia harus melewati sebuah hutan desa di tengah malam, ia tidak pernah mengeluh. Ia senantiasa melakukan tugasnya dengan baik dengan ‘semangat 45.’ Hutan tersebut sepanjang 1 km dan juga berkelok-kelok yang ada tanjakan dan jembatannya. Tentu saja ia tidak boleh mengantuk ketika melintas di jalan tersebut karena jalannya berliku.
Orang lain lebih suka mengurungkan niatnya keluar rumah melewati hutan desa tersebut daripada dihantui rasa takut. Hal ini bisa berbahaya, apalagi pada malah hari. Tidak demikian halnya dengan Made Suka.
Ketika pulang malam itu, ia mendengar suara-suara ramai sebelum memasuki kawasan hutan. Setelah mendekat ia pun terkejut. Ramainya minta ampun. Ternyata ada acara pesta dan bazaar di pinggir jalan. Ia pun tertarik mampir untuk sekedar melepas lelah setalah seharian bekerja keras menemani grup Jepangnya.
“Wah, ini suasananya ramai sekali. Bagaimana kalo aku mampir sebentar sambil minum dan melepas lelah,” pikirnya sembari mencari tempat parkir yang aman.
“Silakan Pak, ini daftar menunya.”
“Oh ya, saya pesan ini saja dulu (sambil menunjukkan pesanannya),” kata Made.
“Ada sebotol bir dan minuman ringan serta kacang asin.”
Ia pun mencari tempat duduk yang menghadap ke jurang. Pemandangannya indah sekali karena dari tempat duduknya terlihat secara remang-remang desa-desa di bawah yang dihiasi lampu berkelap-kelip.
Sambil minum, ia ditemani pelayan bazaar yang cantik. Namanya anak muda, ia mengobrol santai ngalor-ngidul. Sesekali diselingi tawa renyah dan manis sang pelayan. Made pun merasa sangat senang. Kelelahannya bekerja tidak terasa.
“Maaf, ngomong-ngomong apakah Bapak ada tambahan pesanan?” tanya sang pelayan cantik yang di hadapannya.
“Ehm, saya pesan satu porsi sate kambing dan ketupat ya Mbak.”
“Baiklah, satu porsi sate kambing dengan ketupa,” tiru sang pelayan bazaar tersebut sambil memberi kode untuk memanggil kawannya yang melayani.
Sambil menikmati sate kambing, ia melanjutkan obrolannya. Kelihatannya lebih seru lagi. Apa lagi perempuan tersebut katanya belum punya pacar, ia menjadi lebih bersemangat.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 03:30. Kepalanya sudah terasa berat. Kadang mendengar obrolannya, kadang tidak. Mungkin karena sudah tidak mampu menahan kantuknya, ia pun menyandarkan kepalanya di atas meja, tanpa peduli lingkungan sekitarnya, termasuk teman ngobrolnya.
Ketika terbangun, ufuk timur sudah kelihatan sedikit memerah tanda sang fajar sudah mulai menyingsing. Betapa terkejutnya Made ketika menyadari bahwa ia berada di atas pohon asam, namun tidak jatuh. Ia pun bergegas memegang cabang pohon asam yang lebih besar menuju batang induknya agar bisa turun.
Ia baru menyadari bahwa bazaar yang ia kunjungi tadi itu adalah bazaar gaib dan diadakan oleh penghuni hutan tersebut. Dengan jantung berdebar-debar dan nafas terengah-engah, ia bergegas menuju sepeda motor dan kabur karena dihantui rasa takut. Baru kali itu ia punya rasa takut!